webnovel

Chapter 13: Marie (2)

"Dan Pendekatan apa yang engkau sarankan Andrian? "

Senyuman muncul dari mulut Andrian

"Tidak ada… dia tidak membawa ancaman bagi kita. Namun, membimbingnya sebagai muridmu bukanlah ide yang buruk.

Akan kupastikan… dia akan sepadan untuk waktu yang engkau gunakan…."

.

.

.

Keesokan paginya, Marie yang telah mengenakan seragamnya berjalan menuju gedung utama yang terletak di tengah kompleks akademi. 4 menara menjulang tinggi memberikan karakteristik yang unik bangunan tersebut.

Memasuki pintu depan, Marie berjalan ke ruang makan dimana murid-murid lain yang berpakaian sepertinya telah menunggu untuk serapan.

Marie bertemu dengan Rose yang tengah memilih makan paginya.

"Selamat pagi Rose! "

"Umu.. Pagi Marie"

Menerima makanannya Marie dan Rose pergi mencari meja dimana mereka makan. Mereka kemudian sampai di meja yang digunakan oleh Iris yang kini duduk di meja makan yang kosong.

Bukannya dia menolak orang lain duduk disana, tidak ada orang yang berani duduk bersamanya.

Marie mendekati Iris yang mulai memakan makanannya.

"Pagi Iris! , Bolehkah kami duduk disini"

Iris menghentikan alat makannya dan melihat ke Marie di depannya.

"Untuk berani memanggil seorang keluarga kerajaan dengan nama awalnya kamu berani juga."

"Ah! Apakah Maafkan saya yang mulia Iris Apatura."

jawab seringaian di wajahnya.

"Tidak.. Tetap panggil aku Iris, duduklah. Lagipula tidak ada yang akan mau duduk di sini. "

Iris menggelengkan kepalanya dan melirik ke Rose yang berdiri membeku di tempat dengan mulutnya menganga.

"Dan dia? "

"Ah.. Maafkan hamba untuk tidak memperkenalkan diri saya tuan putri Iris Apatura. Hamba bernama-"

"Iris saja"

" Ah… iya.. Iris, perkenalkan saya Rosarie Bellathorna, saya adalah-"

"Aku tidak menanyakan 'apa' Rorie, namamu sudah cukup. "

"Rorie?! "

"Apakah aku salah jika memanggilmu Rorie? "

"Tidak ada masalah Iris, silahkan panggil saya Rorie"

"Ahaha 'Rorie' namanya sesuai dengan namaku. Aku juga akan memanggilmu Rorie dari sekarang~"

Rose kini Rorie Memiliki wajah kemerahan dari candaan temannya. Dia bersegera duduk di depan Iris setelah Marie menarik sisi bajunya mengajak dia duduk.

Murid-murid yang melihat ke arah mereka kini kembali memakan makanannya.

Mereka bertiga kini memakan makanannya. Makanannya ini terdiri atas beberapa adonan tepung yang digoreng di atas loyang menyerupai sebuah pancake namun memiliki rasa yang cenderung Ambar sedikit asin. Setidaknya terdapat selai dan telur yang dapat dimakan bersamanya. Dan minumannya hanyalah air.

Marie telah terbiasa memakan makanan seperti ini setelah 12 tahun di dunia ini, namun di dalam hatinya dia masih merindukan makanan dari dunianya.

Sayang sekali dia tidak tahu cara memasak.

Setelah kebanyakan siswa menyelesaikan makanannya, beberapa senior datang ke ruang makan membawa beberapa trolley yang berisi sebuah teko. Salah seorang diantara mereka maju kedepan.

"Perhatian Semuanya"

Suara senior ini menarik perhatian semua orang di ruang.

"Tiap pagi hingga akhir tahun pertama, kalian akan menerima minuman di teko ini. Kalian hanya dapat meminum satu cangkir saja. "

"Kami memperingatkan kalian. jika kalian meminun lebih dari satu cangkir maka akan berefek fatal bagi tubuh kalian."

Mendengar ini mereka semua memperhatikan seniornya ini rasa bingung muncul di wajah mereka.

"Baiklah kami akan menyalurkan 1 gelas untuk setiap orang. "

"kalian bebas untuk meminumnya atau tidak tapi efektivitas minuman ini akan hilang setelah tengah hari."

Bersamaan itu beberapa senior lainnya mulai mendorong trolley mereka ke meja setiap murid. Mereka mulai menuangkan minuman tersebut pada gelas tiap murid.

"Mohon berikan gelas anda. "

Seorang kakak senior mendatangi meja tempat Marie berada dan ingin menuangkan gelas mereka.

"Ini dia kak"

"Ah iya.. "

"... "

Marie dan lainya memberikan gelasnya dan sang senior menerimanya dan menuangkan minuman tersebut pada gelas mereka masing-masing.

Gelas yang Marie terima kini berisi cairan kuning keemasan. Melihat ini nyaris membuat Marie memikirkan cairan lain. Namun aroma wangi yang disebarkannya menghentikan pemikiran tersebut.

Semua murid juga memikirkan hal yang sama

'Apa ini? '

' minuman beralkohol kah ? '

' Mungkinkah ini Teh?'

"Baiklah karena gelas kalian semua telah terisi, silahkan minum. "

Senior tersebut mempersilahkan murid-murid ini meminumnya tapi tidak ada yang berani meminumnya. Melihat ini, senior tersebut menghela nafasnya dan mulai meminum salah satu gelas yang diisi untuk dirinya.

Melihat tidak ada perubahan yang terjadi pada senior tersebut. Seorang siswa mulai meminum cairan tersebut dibawah pengamatan semua orang.

*gulp..gulp*

Suara tegukan mulai terdengar di ruang makan yang kini di penuhi perasaan tegang.

Tak lama, setelah semua minuman tersebut habis.

'!!!'

Matanya terbuka lebar.

"Aliran sihirku!…mungkinkah ini Ramuan sihir?!"

Semua murid terkejut mendengar ini.

Ramuan sihir adalah campuran dari herbal-dan bahan sihir lainnya yang berkhasiat membantu pertumbuhan sihir seseorang.

Untuk mendapatkan ramuan sihir ini setiap harinya, banyak siswa mulai minum dan merasakan efek yang sama.

Keributan terjadi di aula makan ini. Beberapa siswa mencoba meminum gelas kedua dari mereka yang tidak minum secara diam-diam. Namun tangan mereka ditahan oleh para senior.

"Bukankah sudah kami beritahu, Kalian tidak bisa meminum lebih dari satu!.... "

Murid tersebut menerima hujanan ceramah dari seniornya

Marie hanya menatap ke dalam cairan kuning di gelasnya. Haruskah dia meminumnya?

Marie pun melihat kedua temannya.

Rorie menyampingkan 'ramuannya' sementara Iris telah meminumnya tanpa menunggu lama. Kini Marie berada dalam dilema haruskah dia meminumnya?

Hingga Akhir waktu serapan, Marie masih merenungkannya hingga akhirnya dia memutuskan untuk meminumnya disaat-saat terakhir.

*gulp*

"Ah Marie… ! "

Rorie menyadari bahwa Marie telah menyelesaikan gelas di tangannya. Dia menangkap Marie disebelahnya mencegahnya dari jatuh. Reaksi ini berbeda dari murid lain yang Rorie lihat.

Marie merasakan jantungnya berdetak kencang seolah sesuatu telah mengaliri seluruh tubuhnya. Dia pun mencoba merasakan apa yang terjadi di dadanya dengan rasa bingung.

Tidak lama, efek ini mulai hilang dan Marie kembali ke keadaannya semula.

"Ha… Ha… Ha"

napasnya masih terengah-engah

"Apakah Kau baik-baik saja Marie?! "

"Ha… Ha… Ha.. Aku sudah sedikit baikan Rose… Ha.. Ha.. Ha."

Orang-orang melihat reaksi Marie tadi dengan rasa cemoohan.

'Aku kira dia memiliki bakat yang luar biasa untuk bisa mendekati seorang keluarga kerajaan… dia ternyata hanyalah seorang penjilat. '

Beragam kesan pertama yang buruk muncul tentang Marie, Namun tidak ada yang berani mengutarakannya karena Iris yang berada di depan mereka.

.

.

.

.

Setelah menikmati 'serapannya', semua murid dibawa dan disuruh berbaris di sebuah aula besar. Setelah semua murid berbaris, Dari sisi samping Aula Bianca dan empat orang lainnya muncul.

Keempat orang ini adalah empat guru besar dari empat cabang sihir yang diajarkan di akademi. Mereka mulai berjalan ke atas podium dengan Bianca berada di tengah.

"Semuanya Selamat Datang di Akademi Sihir Elysium"

Sambut Bianca yang kini terlihat berwibawa sebagai kepala sekolah akademi sihirnya.

"Selama 4 tahun kedepan, kalian akan dilatih untuk… "

Dikala Bianca dan guru besar lainnya yang masih membacakan sambutannya, Marie mencari sosok berjubah hitam yang dia temukan sebelumnya, namun dia tidak dapat ditemukan.

'Apakah dia bukanlah seorang guru?'

Setelah setengah jam, sambutan telah berakhir dengan lancar dan para murid dibagikan ke kelas masing-masing.

Marie senang melihat bahwa dia sekelas dengan Rose Namun Iris berada di kelas lain. Susunan kelas di tahun pertama masih berupa susunan acak sebelum pengujian standarisasi sihir 2 bulan dari sekarang.

"Marie ayo kita ke kelas. "

Marie yang melihat sosok Iris pergi ke kelasnya meninggalkan mereka berdua membalikkan wajahnya ke Rorie.

"Iya, tunggu aku Rorie. "

"Kumohon, tetap panggil aku Rose disaat kita berdua saja… "

Gumam Rose namun gumaman nya ini tidak sampai ke telinga Marie sehingga Rose memaksakan dirinya selama seminggu untuk dikenal dengan panggilan Rorie

Di kelasnya, Marie bertemu dengan dengan wali kelasnya. Marie dan murid lainnya menjalani pengenalan dasar tentang sihir, konsep sosial masyarakat sihir, sejarah, ilmu alam, matematika, dan pelatihan tubuh.

Marie tidak mengira dia akan ditemukan dengan pendidikan jasmani. Tidak hanya itu pelatihan tubuh ini juga mencakup pelatihan tarung menggunakan senjata tiruan.

Suatu hari, Marie dipasangkan dengan Rorie sebagai rekan tarungnya. Rorie mulai membuatnya babak belur seolah berusaha membalaskan sesuatu yang telah Marie lakukan.

'Ugh.. Aku tetap akan memanggilmu Rorie. '

Ungkap Marie sebelum kehilangan kesadarannya.

Selama bulan pertama mereka belum diperbolehkan menggunakan sihir apapun.

Beberapa murid seperti marie telah mampu menggunakan sihir sebelum memasuki Akademi, namun dengan alasan seperti.

"Membangun landasan yang kokoh itu penting bagi setiap penyihir" dan "untuk memberikan awal adil bagi semua orang. "

mereka dilarang untuk menggunakan sihirnya pada bulan pertama pembelajaran.

'Namun coba tebak, hidup ini tidak adil!'.

Marie menjalani bulan pertama yang terasa seperti tidak pernah berakhir