webnovel

Chapter 10: Seseorang yang Manipulatif

Andrian telah mencoba beragam kemampuan yang dimiliki oleh Kian. Memang kekuatan yang cocok bagi seorang <Incubus>.

Andrian menganggap Kian sebagai seseorang menyukai bunga ke tingkat yang tidak sehat. Obsesi ini menjadi sumber dari mutasi yang membentuknya menjadi <Iblis Bunga: Incubus>

Pikir Andrian yang saat ini masih berbaring selagi menunggu dirinya berhasil menetralisir racun yang dia terima.

.

.

.

"Apa-Apaan ini Cecillia?! "

Dylan masih belum dapat bergerak dari racun di tubuhnya, namun konstitusi tubuhnya memungkinkan dirinya untuk menggerakkan kepalanya. Tidak lama lagi dia akan dapat sepenuhnya menetralisir racun yang diterimanya.

Hanya saja sebelum Dylan dapat bangkit, bunga-bunga yang layu kembali bermekaran memenuhi lapangan. Melemahkan dirinya yang sudah tidak bisa bergerak.

"Argh… "

Di tengah lapangan, Andrian telah bangkit dari berbaring. Dia telah mengamati apa yang terjadi. Andrian mulai mendekati Dylan.

Dengan sebuah jentikan jari, semua bunga di lapangan berguguran dan menghilang. Cecillia mulai bertekuk menyambut Andrian yang datang.

"Cecillia Engkau pengkhianat! … beraninya Engkau bekerja sama dengan Iblis… dia menghancurkan desa kita! "

Dylan Merasa sangat terpukul melihat sikap Cecillia yang merendahkan diri tunduk kepada Andrian.

"Desa Kita?! Sejak Kalian mengusir Nana, … Aku tidak pernah menganggap Novem sebagai tempat Asalku."

"Cecillia… "

Dylan memanggil nama Cecillia sekali lagi sebelum kehilangan kesadarannya.

Suara tepuk tangan muncul dari Andrian di sebelah Cecillia. Luka berbentuk X di dadanya telah mulai menutup dan kembali ditutupi oleh pakaian yang ia kenakan.

"Kerja bagus Cecillia, untuk sekarang tidurlah."

Perintah Andrian yang kemudian menumbuhkan beberapa bunga dibawah kaki Cecillia.

"Baiklah Tuan Andrian. "

Cecillia pun kehilangan kesadarannya. Andrian menangkap tubuh Cecillia dan meletakkan tubuhnya dengan hati-hati di tanah.

Sebuah hembusan angin datang melewati mereka. Sosok bertopi jerami besar berdiri mengangkat tubuh Dylan ditangannya. Sambil memangku Dylan dia melirik ke Andrian.

"Engkau adalah Iblis yang Aneh"

Ungkapnya, suara yang keluar adalah sebuah halus seperti seorang gadis. Berbeda dari suara berat seperti sebelumnya.

"Dan Anda juga aneh untuk mengajar seseorang cara untuk membunuhmu."

Jawab Andrian.

"Heee~ kamu mengetahuinya…setidaknya kamu menepati janjimu untuk tidak membunuhnya. Aku berterima kasih untuk itu."

Sosok ini langsung menghilang dari tempat dia berada.

'Menjadi seorang guru yang mengajarkan murid yang suatu saat nanti akan membunuhnya… hehehe terdengar puitis.'

"Wew.. Yep satu lagi konflik telah berakhir~"

Menyapu kedua tangannya.

Andrian mulai mendekati salah seorang penjaga. Kakinya bergetar ketika Andrian berhenti di depannya.

"Sekarang tunjukkan, dimana saya akan tidur.."

.

.

.

Penjaga tersebut membawa Andrian ke ruangan paling dalam Penjara Freyer. Andrian sebenarnya merasa sedikit bangga bahwa dia diletakkan di bagian terdalam penjara, tapi khawatir dengan fasilitas yang akan diterimanya.

Ruang yang akan dia tempati sejujurnya tidak buruk. Ruangan ini tidak jauh berbeda dari ruangan penjara dari dunia Andri berasal. Bagaimana cara wastafel dan toilet bekerja dibawah sana bukanlah sesuatu yang dia ingin ketahui.

Sebelum Andrian hendak memasuki ruang penjaranya, seseorang penjaga datang menghampiri Andrian.

"Tuan Andrian, Ada seseorang yang ingin menemui anda."

.

.

.

Mengikuti sang pengawal, Andrian sampai di sebuah ruangan. Di dalam ruangan ini terdapat sebuah meja, sepasang kursi, dan Bianca yang duduk di salah satu kursi.

Bianca yang melihat kedatangan Andrian kemudian melihat ke pengawal yang ada di sebelahnya.

"Anda bisa pergi… "

"Tapi Nona Bianca Vilhelmina Elysium jika saya pergi, Anda akan-"

sang pengawal menunjukkan rasa khawatir di wajahnya. Dia telah diperintahkan oleh Nona Cynthia Feltros untuk menjaganya.

Menghela nafasnya Bianca menatap ke sang pengawal.

"Percayalah kepadaku jika dia ingin aku mati. Dia akan melakukannya bahkan jika engkau disini… . Pergilah. "

"A… A.. Baiklah Nona Bianca. "

Sang Pengawal akhirnya menyerah dan meninggalkan ruangan.

.

.

.

"Jadi Nona Bianca 'Vilhelmina Elysium' ? "

Tanya Andrian sambil bercanda dengan Bianca.

"Aku menolak untuk mengganti namaku Andrian. Nama 'Vilhelmina Elysium' bersama dosa mereka akan terus bersamaku hingga akhir hayat. "

Bianca terlihat jauh lebih tenang saat bicara dengan Andrian karena mereka terlihat pada umur yang sama. Dia tahu bahwa jika dia menjaga identitasnya orang-orang yang ingin membalaskan dendam juga akan datang kepadanya.

"Bahkan dengan keadaan keluargamu yang sekarang? "

Tanya Andrian dengan khawatir. Andrian telah memperkirakan apa yang akan terjadi pada keluarga Vilhelmina Elysium setelah ini.

"Keluarga Feltros telah memutuskan akan melindungiku jadi kamu tidak harus disini Andrian.."

Bianca berusaha meyakinkan Andrian

" Keluarga Feltros hanya ingin melindungimu Bianca, mereka tidak akan melindungiku.

terutama apa yang telah ku lakukan pada Cynthia."

Jawab Andrian. Dengan apa yang telah dialakukan, dengan berada di dalam jeruji seseorang bisa menghindari amukan massa di dunianya sebelumnya.

'Bagaimana pula aku bertanggung jawab atas Cynthia dan Cecillia.. Hais… '

Pikir Andrian, aksinya telah mengubah hidup keduanya.

"Lagipula kenapa kamu ingin aku keluar dari sini? . Semua ini adalah salahku."

Mencoba untuk mengganti topik, Andrian mulai menanyakan motif dari Bianca di depannya.

"Andrian tidak Kian… saat kamu memberikan belati itu kepadaku saat aku melihat ayahnya meronta-ronta di tanah, suatu perasaan yang tidak pernah aku rasakan muncul di hatiku. Semua penyihir tinggi tersebut yang tidak memperdulikan kondisi anaknya.. Mereka semua haruslah- "

"Hentikan pemikiranmu ini Bianca!!! "

Andrian meletakkan tanganya di pundak Bianca, Menghentikan gumamanya.

"Bianca, kamu tidak bisa berpikir seperti ini."

Andrian menatap ke mata Bianca yang yang mulai memancarkan cahaya.

"Andrian."

Bianca hanya bisa menatap Andrian dan tidak berani berkata apa-apa. Ini pertama kalinya dia melihat Andrian yang seperti ini.

Menyadari sesuatu, Bianca mulai bertanya kepada Andrian.

"Ada sesuatu yang aku ingin tanyakan padamu Andrian.. "

"Ya? "

"Apakah 'pria' tersebut juga bercampur dalam jiwamu.? "

Mengetahui siapa yang dimaksud, Andrian pun tercengang dengan pertanyaan yang disampaikan Bianca.

Bianca tidak ingin mendengarkan basa basi langsung menekankan Andrian untuk jawaban.

"Aku punya caraku sendiri Andrian… "

Tidak memiliki cara lain, Andrian hanya bisa mengakui

"Iya… beberapa pecahan nyawanya juga termasuk di dalamku."

Andrian dapat mengingat beberapa sihir dan ingatan yang di miliki Alimentarius. Namun berbeda dengan nyawa utuh, pecahan ingatan tidak bisa mempengaruhi individu yang memilikinya.

Genggaman Andrian di pundak Bianca mulai melemah.

"Lalu Andrian, Apakah.. Apakah Ayahku selalu menyayangiku sebagai Anaknya?! "

Teriak Bianca memaksakan Andrian untuk menjawab pertanyaannya. memperhatikan perlakuan yang ditunjukkan oleh keluarga Feltros kepada Cynthia, pertanyaan ini muncul di benak Bianca.

Andrian yang melihat ini hanya bisa mengalihkan wajahnya. Dia telah melepaskan genggaman tangannya di pundak Bianca. Jawaban untuk pertanyaannya ini terdapat dalam pecahan ingatan yang dimilikinya.

Cuma satu jawaban muncul dari mulut Andrian

"Maaf.. "

Jawab Andrian sambil tertunduk.

"Begitu ya…"

memahami apa yang dimaksud oleh jawaban dari Andrian, Bianca menyandarkan dirinya ke kursinya sambil melihat ke langit yang biru.

"Lalu Andrian- tidak Kian… apakah engkau bersungguh-sungguh menganggapku sebagai partnermu ? "

Pertanyaan ini sempat membuat mata Andrian terbuka lebar. Namun dia segera kembali seperti semula dan menjawab.

"Sejujurnya waktu itu aku bersungguh-sungguh , namun kali ini aku tidak ingin menyeretmu bersamaku. "

Kesunyian memenuhi ruangan sebelum Bianca berdiri dari kursinya dan pergi menuju pintu keluar.

"Aku telah mendapatkan apa yang ingin kuketahui untuk itu aku harus pergi… kita akan berjumpa lagi Andrian, ...Jangan melupakanku Andrian."

Meninggalkan kata-kata tersebut, Bianca meninggalkan ruangan dan menutup pintunya.

.

.

.

.

.

Kini di ruangan yang kembali sunyi, sebuah senyuman lebar muncul di wajah Andrian.

Tangannya kini menahan wajahnya yang ingin tertawa.

"Ah….Ya Tuhan, Aku ini benar-benar seseorang yang manipulatif. "