webnovel

Air Mata Di Padang Bulan-Medan

Saya akan menyusul kekasih saya Ahmad, untuk bersama dengannya, sekalipun kami tidak bisa bersatu di dunia, kami akan bersatu di akhirat kelak. Karena cinta kami suci, dan tidak berlandaskan nafsu belaka. " Ma..., Pa..., "Satu permintaan saya sebelum detak jantung saya tidak berdenyut lagi, kuburkan saya nanti dekat dengan kuburan kekasih saya.... Mati adalah kepastian, namun bagaimana apabila seorang kekasih yang terpisah oleh waktu yang sangat lama, tiba-tiba harus bertemu dengan kekasihnya yang sudah kaku, tidak bernyawa lagi?"karena kecelakaan pesawat yang ditumpanginya? "

Man_84 · História
Classificações insuficientes
20 Chs

Wafat

Setelah selesai me_niga hari (masyarakat membaca Surat Yasin di rumah duka) dan Latifah memberi tau isi surat yang ditulis Ahmad, maka dia dan keluarganya meminta izin untuk pulang ke kampung.

Sore itu hujan di luar sangat lebat, sehingga dinginnya serasa menusuk sampai ke tulang sumsum.

Gadis cantik itu beserta Papa dan Mamanya keluar dari rumah besar nan bertingkat itu dengan membawa tas berwarna silver.

"Jaga kesehatan ya Buk..., kalau ada waktu luang kabari juga kami di kampung," kata Latifah.

"Ia nak..., kamu juga yang sabar ya, dan jangan berlarut-larut dalam kesedihan," sambut Buk Salehah.

"Ia Buk," jawab Latifah sambil memeluk Buk Salehah, kemudian Latifah merebahkan tubuhnya di pelukan Buk Fatimah sambil menangis.

Dia pun beranjak menyalami Ayah Ahmad.

"Bu..., saya bawa poto Ahmad yang berada di dinding mengenakan baju wisuda," pinta Latifah.

Wanita paruh baya itu hanya menganggukkan kepala.

Ketiganya pun masuk ke mobil dan berjalan sampai hilang dari pandangan mereka, sementara itu ayah dan Emak Ahmad memilih tetap di Medan sampai memperingati hari ke empat puluh setelah meninggalnya Ahmad karena itu sudah merupakan tradisi di Daerah Sumatera Utara.

Setelah tiga minggu kepulangannya dari Kota Medan,Latifah bekerja sebagai dokter disalah satu rumah sakit yang tidak jauh dari kampungnya.

Dia selalu membantu siapapun yang butuh bantuannya sekalipun harus mengorbankan jam istirahatnya.

Tak heran kalau badannya jadi sakit-sakitan dan semakin hari semakin kurus saja karena makan dan istirahat yang tidak teratur, apalagi setelah kepergian Ahmad untuk selamanya.

Perasannya sangat mudah tersentuh dan air matanya akan menetes ketika melihat seorang anak yang sakit namun tidak langsung ditangani oleh dokter karena orang tuanya miskin dan tidak sanggup untuk melengkapi administrasi.

Sekali sebulan gadis muda itu selalu ke rumah almarhum tunangannya untuk sekedar melepaskan rindu dengan melihat-lihat poto dan kitab yang dipakai kekasihnya itu sewaktu mondok di pesantren dan juga untuk melihat kondisi kesehatan mantan mertuanya itu.

Pada Malam Jum'at sesudah membaca Surat Yasin dan Ar Rahman dia ambil baju pengantinnya, dia pandangi, di peluknya baju itu sambil berurai air mata, tangisnya berhenti ketika Buk Marni datang menghampiri dan merangkulnya dari samping serta duduk di dekatnya.

Dipandanginya wajah putrinya itu yang sudah tampak kurus,

"Nak, gimana kalau kamu menikah saja....

Nak Dodi teman satu kerja denganmu sering menghampirimu ke sini, namun kamu tak pernah di rumah.

Tapi nampak Mama dia suka kepadamu nak, " kata Buk Marni.

"Maafkan Ifah Ma, Ifah belum terpikir untuk menikah karena setengah hati Ifah sudah dibawanya menghadap Allah SWT, tidak mungkin Ifah membagi setengah hati Ifah kepada orang lain....

Buk Marni menangis mendengarkan jawaban anak semata wayangnya itu.

Sebuah perasaan cinta yang bukan hanya sehari dua hari, sebulan dua bulan, namun sehidup semati.

Memasuki tahun kedua masa kerjanya di rumah sakit, diapun jatuh sakit karena banyak pekerjaan yang dilakukannya tanpa kenal istirahat, ditambah lagi selera makannya yang terus berkurang.

Malam Jum'at, jam 21:00 WIB dia dilarikan ke Rumah Sakit Martondi yang berada di Kota Padang Sidempuan untuk mendapatkan bantuan intensif karena tidak sadarkan diri.

Gadis cantik itu langsung di bawa masuk ke ruang IGD di dampingi kedua orang tuanya.

Kedua orang tua Ahmad pun sudah berada di rumah sakit.

Tak berapa lama kemudian Buk Salehah pun sampai dan berada bersama-sama di rumah sakit.

Kelima orang tua itu duduk di samping pembaringannya, mereka menangis menatap sedih gadis yang terbaring tak berdaya itu.

Sesaat kemudian Ifah menggerakkan tangannya dan membuka kedua matanya, dia tersenyum melihat orang-orang yang dikasihinya berada di sampingnya, wajahnya basah dengan aliran air mata.

" Ma..., Pa...Bu... Emak... Ayah..., sambil memandangi wajah orang tua yang berada didekatnya satu persatu.

"Mungkin masaku tidak lama lagi, dengan suara yang lembut dan terputus-putus dia melanjutkan perkataannya,

" Saya akan menyusul kekasih saya Ahmad untuk bersama dengannya, sekalipun kami tidak bisa bersatu di dunia, kami akan bersatu di akhirat karena cinta kami suci dan tidak berlandaskan nafsu belaka,

"Ma...Pa..., satu permintaan saya sebelum detak jantung saya tidak berdenyut lagi, kuburkan saya dekat dengan kuburan kekasih saya, nafas Ifah sudah tidak beraturan lagi naik turunnya.

Kemudian Buk Salehah membisikkan ke telinganya,

Asy hadu allaa Ilaaha illallooh, wa Asy hadu anna Muhammadarrosuulullooh....

Dengan suara yang terputus-putus Latifah mengiringinya,

Asy hadu allaa ilaaha illallooh, wa asy hadu anna Muhammadarrosuululloh....

Gadis cantik itu pergi dan menutup mata untuk selamanya, ruangan itu pun penuh dengan tangisan.

"Selamat jalan Ifah....

Semoga kamu tenang di alam sana dan dipertemukan dengan kekasihmu di syurga....

Aamiin yaa Allah....

Aamiin yaa Robbal 'Aalamiin....

         🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫