Kaito
"Tak ku sangka kak Ai juga akan senang bertemu dengan mu ...", kata Ame kembali mengusap air mata nya yang tersisa di pipi nya.
Sial ... kenapa aku harus membantu nya saat itu!!
"Jangan berfikir kau salah ... kau sudah membuat pilihan yang tepat", aku terkejut dan tak terlalu terkejut dia bisa membaca pikiran ku.
"Jangan bercanda!!! ini cuma mimpi kan?!!", aku menolak semua kejadian yang ku alami saat ini.
"Ya ... ini memang mimpi ... sebenarnya seorang malaikat memberikan ku kesempatan untuk bertemu dengan mu lagi ...", sekali lagi Ame melangkah ke arah ku.
Jarak kami semakin dekat seiring Ame melangkah kan kaki nya satu per satu dengan perlahan.
"Malaikat itu berkata aku dikirim ke dunia untuk mengubah takdir mu", entah ini nyata atau tidak tapi tiba tiba ada bunga matahari yang mekar tepat di depan kaki Ame.
"Dia bilang kau akan mati jika tak bertemu dengan ku ... dan kau juga akan mati jika tak bertemu dengan Ai", Ame membungkuk dan memetik bunga matahari yang ada di depan nya itu.
"Dan ... jika kau tetap berusaha bunuh diri sekarang ... kau akan hidup kembali di kondisi yang sama ... sama seperti diri mu yang dulu", Ame mengendus bunga matahari itu dengan wajah imut nya.
"Kau itu spesial ... kau bisa menciptakan dunia sendiri di alam mimpi mu ... bahkan kau bisa memundurkan waktu", baru kali ini aku tak mempercayai kata kata Ame.
"Apa itu?! ... jangan bawa bawa novel fantasi ke sini!!", aku benar benar tak percaya akan hal itu.
"Hahaha ... senpai memang lucu", tawa Ame yang mengejutkan ku.
Apanya yang lucu?!
"Aku yakin senpai sudah mengalami semua itu", kata Ame sembari melangkahkan kaki nya sekali lagi.
Jangan jangan??!
Saat aku koma waktu itu, aku benar benar melakukan perjalanan waktu. Aku tak menyangka hal ini bisa menjadi kenyataan. Dan juga kutukan itu, ternyata aku membuat dunia ku sendiri dan membuat Ame palsu di sana.
"Senpai ... kau bisa menyelamatkan banyak orang dengan cerita yang kau tulis ...", tanpa sadar Ame sudah tepat berada di depan ku.
"Aku benar benar gak paham apa yang kamu bilang ... tapi ... bunga matahari itu ... kita akan berpisah sekarang kan?", Tanya ku saat melihat bunga matahari di tangan nya untuk ke dua kali nya.
"Iya ... jaga kakak ku baik baik ya?", pesan Ame pada ku dengan senyum yang sama setiap kali aku bertemu dengan nya.
"Ame ... aku ... akan melawan takdir ku ...", ucap ku seraya mengambil setangkai bunga matahari dari tangan kecil nya itu.
"Tapi ... Senpai?!", wajah khawatir Ame itu mulai memudar.
Aku pasti akan bangun dari tidurku kali ini.
Kriingg ... kriingg~
"Kak? bangun ... nanti telat loh", Hanabi menggoyang kan badan ku untuk segera membangunkan ku.
"Hmm ... makasih ...", aku segera bangkit dari ranjang dan berlari ke kamar mandi.
"Hee?!! semangat macam apa itu?!", Hanabi mengernyit heran melihat ku terlalu bersemangat pagi ini.
"Eh?! ... hari ini hari apa Hanabi?", tanya ku saat melepaskan kaos ku di kamar mandi.
"Jumat ... dan ... kakak itu sekolah tapi kok gak tau hari ... emang tolol!", ejekan Hanabi di pagi hari memang membuat ku merasa lebih baik.
Aku pun segera membersihkan badan ku, dan seperti biasa aku langsung memakai seragam ku dengan rapi.
Duk duk duk ...
Aku berlari menuruni tangga menuju ke ruang makan yang sekaligus dapur dimana Hanabi selalu membuatkan sarapan untuk ku.
"Ha-hanabi ... maaf ... tapi kakak harus berangkat sekarang ... maaf gak bisa sarapan bareng", aku langsung memakai sepatu sekolah ku dan berlari keluar dari rumah secepat mungkin.
"Ai ... aku ... aku ... aku akan mengubah takdir mu ... walau itu arti nya aku harus mengorbankan nyawa ku sekalipun", gumam ku sembari berlari menuju arah persimpangan yang biasa Ai lewati untuk pergi ke sekolah.
Aku terus berlari secepat yang aku bisa. Aku tak akan melewatkan sedetik pun. Aku pasti bisa merubah takdir nya.
Walau aku tahu takdir mustahil untuk dilawan. Aku tetap akan mencoba nya. Tak peduli sesulit apa. Aku sudah bersiap menghadapi situasi terburuk sekalipun.
Dan setelah beberapa saat berlari. Aku melihat Ame dengan rambut panjang dan suara nya yang hilang. Itu adalah kakak nya, Mirai Ai.