Pagi ini Kaito dibangunkan oleh deringan telepon dari smartphone nya. Dengan wajah malas nya Ia mengambil smartphone nya dan mengangkat telepon nya.
==============
Kaito
"Kak bukain pintu nya dong kekunci nih."
Mataku yang setengah sadar seketika terbuka lebar mendengar suara adik perempuan ku.
"Apa maksud mu?", tanyaku dengan rasa penasaran.
"Hih ... buka dulu pintu depan nya buruan!", pinta adik perempuan ku.
Aku pun melangkah menuruni tangga menuju pintu depan rumah yang terkunci. Saat membuka pintu adik perempuan ku menerobos masuk dengan tergesa gesa.
***Bruk ***...
Dia meletakan kopernya dengan kasar dan membuat ku bertanya.
"Hanabi ... kau ini kenapa?"
"Ayah dan ibu marah pada ku", jawab Hanabi dengan wajah kesal.
"Bukanya ayah dan ibu melarangmu tinggal di sini?", tanya ku dengan wajah cuek.
Gadis berambut hitam panjang yang duduk di sofa ruang keluarga ku ini adalah adik ku. Hanabi namanya. Sejak dulu dia selalu ikut ayah dan ibu. Dan kata ibu belakangan ini Hanabi selalu merengek minta tinggal bersama ku.
Tentu saja ayah dan ibu menolak. Selain karena dia masih SMP, aku juga tidak pandai merawat nya. Aku pun duduk di samping nya dan menyalakan televisi. Kemudian aku bertanya padanya.
"Dengar ... kakak tak pandai merawat mu ... apa kau yakin tinggal di sini?, Dan juga sekolah mu gimana?"
"Hmm ... soal sekolah aku dah daftar di SMP kakak yang dulu." jawabnya dengan santai.
"Eh, loh terus yang bayar?", tanyaku dengan wajah bingung.
"Ayah udah urusin semua", jawab Hanabi dengan santai.
"Heh ... kau ini selalu merepotkan ...", kata ku sembari mengacak acak rambut nya.
==============
Hanabi
Memang nya kau tak pernah merepotkan. Waktu itu siapa coba yang ngurung diri di kamar. Waktu aku tawari makanan malah gak dijawab. Terus aja cuekin aku. Memang nya apa sih masalah nya. Aku kesini karena khawatir tau. Kak Kaito memang gak pernah memperhatikan ku.
==============
Kaito
Melihat wajah nya yang cemberut itu aku tahu apa yang dia pikirkan. Lagi lagi dia merasa aku kurang memperhatikan nya. Sejak kejadian 3 tahun lalu itu sepertinya aku sudah berubah. Mina, Raku, bahkan Hanabi. Semuanya mengatakan aku jadi cuek dan tak punya semangat. Untuk menghiburnya aku bertanya.
"Hanabi ... apa kau mau jalan jalan?"
==============
Hanabi
Apa aku tak salah dengar?, kakak ku yang cuek ini mengajak ku jalan jalan. Ah ini pasti mimpi. Mana mungkin kak Kaito ngajak aku jalan jalan. Tamparan kecil di pipiku menyadarkan ku dari lamunan ku.
"Apa sih kak!", teriak ku sembari menepis tangan nya.
"Hmm ... habis nya kamu malah bengong ... gak jadi aja lah ...", kata kak Kaito dengan wajah cuek nya.
"Weh kak ... jangan gitu ... ayo ayo ... kita ke perpustakaan kota aja", pintaku sembari menarik lengan kaos nya berulang ulang.
==============
Kaito
Eh, perpustakaan kota. Sejak kapan Hanabi suka membaca. Bukanya dulu dia sama sekali tak mau menyentuh buku saat aku ajak ke perpustakaan kota.
"Weh ... sejak kapan kau suka membaca?", tanya ku sembari menyingkirkan tangan nya yang menarik lengan kaos ku.
"Memang nya hanya kakak yang boleh berubah?!, aku sekarang ingin menulis novel seperti kakak ... Kakak yang dulu!!", kata Hanabi sedikit membentak ku.
"Hmm ... oke oke, kakak mandi dulu ...", aku segera berdiri dan melangkah ke kamar mandi.
==============
Saat Kaito mandi Hanabi mengganti bajunya di kamar Kaito. Setelah mandi Kaito masuk ke kamar nya dan melihat koper Hanabi yang terbuka dan beberapa baju di ranjang nya. Kaito pun berteriak dengan wajah kesal.
"Woi Hanabi ...beresin gak!"
"Gak mau! Sekali kali lah kak", sahut Hanabi dari lantai bawah.
=============
Kaito
Hadeh, lagi lagi cari perhatian. Aku terpaksa membereskan kamar ku lagi. Setelah semua beres, aku pun turun ke ruang keluarga.
"Kakak ... bagus gak baju ku", tanya Hanabi yang mencegat ku di tangga.
Kemeja merah muda dan rok hitam itu adalah hadiah natal yang ku berikan tahun lalu. Dia pasti menunjukan nya padaku hanya untuk mencari perhatian ku.
"Hmm ... terserah, ayo keburu sore nih", aku hanya melewatinya dengan wajah cuek ku.
Karena perpustakaan kota sedikit jauh kami memutuskan untuk naik kereta. Pemandangan pohon sakura yang sedang mekar di musim semi seperti menyambut kami dari luar jendela kereta.
Kami pun tiba di perpustakaan kota. Gedung besar dua lantai berwarna putih dan jendela yang memantul kan cahaya matahari itu masih sama seperti dulu.
Begitu masuk dari pintu depan kami hanya disambut keheningan dan suara halaman buku yang saling bergesekan. Di hari minggu seperti ini perpustakaan kota memang sedikit padat. Lantai satu dikhususkan untuk buku ilmu pengetahuan dan sejarah. Sedangkan lantai dua dikhususkan untuk manga, novel, dan cerpen.
Saat berada di depan pintu keluar aku bertanya pada Hanabi.
"Kau ini mau baca apa?"
"Novel atau manga kak ... aku mau ngumpulin materi buat novel ku", jawab Hanabi penuh semangat.
"Hmm ... ayo naik ke lantai dua", aku pun menggenggam tangan Hanabi agar dia tak terpisah dari ku.
Setelah menaiki tangga kami pun sampai di lantai dua. Aroma AC bercampur bau khas buku ini masih sama seperti tiga tahun lalu.
Aku juga masih melihat kursi panjang yang terbuat dari kayu dan meja didepan nya itu masih berada di tempat nya. Kenangan itu selalu muncul di setiap langkah ku.