Sakura menceritakan bagaimana Ai bisa dibenci oleh gadis gadis kelas tiga. Kurang lebih 30 menit mereka berdua berada di perpustakaan. Jam dinding sudah menunjukan pukul 1 siang.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Kaito
"Hmm ... ternyata cuma masalah sepele ... tak kusangka popularitas menjadi hal utama para gadis kelas 3", ucap Kaito dengan wajah malas nya.
"Ya gitu lah ... kau tau sendiri Ai selalu tersenyum pada semua orang ... cowok kelas 3 yang mata keranjang pasti langsung suka", lanjut kak Sakura.
"Hmm ... sudah lah ... ternyata aku buang buang waktu, aku pulang dulu ...", ucap ku seraya melangkah keluar dari perpustakaan.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Sakura
Walau kau bilang begitu ... hati mu yang dingin itu sedikit puas kan ... walau wajah mu bisa berbohong tapi mata mu tidak pernah bohong Kaito.
Aku bisa melihat nya ... mata mu waktu itu ... kau ingin mati karena kau kehilangan hujan semangat mu ... aku tak tau siapa yang bisa membuat mu kembali menulis, yang jelas aku sedikit berharap pada Ai.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Kaito
Aku pun kembali melangkah menuju ruang klub sastra untuk mengambil tas ku yang ku letakan dibawah kursi seperti biasa.
Saat aku masuk ke ruang klub, aku tak lagi melihat kak Ruui. Hanya ada Ai yang memakai seragam olahraga. Ai sepertinya melanjutkan menulis naskah novel nya.
"Aku mau pulang ... apa kau masih mau disini?", tanya ku seraya memakai ransel yang ku ambil di bawah kursiku.
Lagi lagi dia hanya mengangguk dan memberikan senyuman manis nya padaku.
"O-oh ... baiklah, aku pulang dulu", ucap ku sedikit gugup.
Saat aku sampai di rumah, Hanabi sudah menyambutku dengan wajah marah nya.
"Kakak tolol!!! ... ninggalin aku di rumah sendiri gak pamit ...", teriak Hanabi sembari memukul ku yang sedang berdiri di depan pintu.
"Oi ... kau sendiri tadi pagi pergi kan?", ucap ku cuek
"Aku pergi kan cuma bentar ... kakak malah pergi ama pacar kakak yang tadi pagi kesini", lanjut Hanabi.
"Hmm ... dia bukan pacar ku ... lagian kakak pergi ke sekolah tau", jelas ku.
"Aaahhh!!! kakak ini selalu begitu ... terus aja tinggalin aku, cuekin aku dasar tolol!!", teriak Hanabi seraya masuk ke kamar dan menutup pintu dengan keras.
Itulah mengapa kau lebih baik ikut ayah
dan ibu saja ... aku memang kakak yang buruk. Maafkan aku.
Aku pun menutup pintu depan rumah dan melepaskan ranselku. Saat aku melangkah ke ruang keluarga aku melihat semacam surat pengumuman yang terletak di meja depan sofa.
Tanpa pikir panjang aku mengambil nya dan membaca nya. Ternyata ini adalah surat pengumuman lomba menulis novel yang Hanabi ikuti.
Oh ... tadi pagi dia mengambil surat pengumuman ini ... peringkat lima ya?, sepertinya dia sudah berjuang dengan keras.
Aku pun menghela nafas dan melangkah ke depan pintu kamar Hanabi.
"Hanabi ... maaf kakak memang bukan kakak yang baik ... kakak ... kakak ... benar benar minta maaf",
=°=°=°=°=°=°=°=°
Hanabi
Aku yang berdiri di belakang pintu kamar ku ini mendengar suara kakak ku yang putus asa itu.
Tolol!!, kalau kak Mina tak menceritakan semua nya padaku ... aku pasti sudah membenci mu, aku hanya ingin kau kembali seperti dulu ... sebelum kejadian itu.
=°=°=°=°=°=°=°=°
Kaito
Aku pun melangkah perlahan menuju sofa di ruang keluarga. Saat aku hendak menduduki sofa, suara ketukan pintu menghentikanku.
*Tok tok tok *...
"Kaito ... kau dirumah?"
Aku pun membuka pintu dan melihat Mina dengan seragam olehraga nya dan rambut merah yang berantakan seperti biasa.
"Hmm ... kenapa?", tanyaku dengan wajah malas.
"Ano ... soal festival nya ...", ucap Mina tak yakin.
"Kenapa? Raku tak mau ikut?", tanyaku.
"Hmm ... gitulah ... tadi di sekolah dia malah marah sama aku", lanjut Mina.
Hadeh ... dasar kacamata peang!, kalo diajak pergi nolak mulu.
"Ya udah ... kamu pergi sama Hanabi aja besok", ucapku dengan wajah cuek.
"Loh kamu gimana?", tanya Mina sedikit memiringkan kepalanya.
"Kalo gak males aku nyusul", lanjutku dengan nada malas.
Hmm ... yah ... setidaknya Hanabi bisa sedikit terhibur.
"Hanabi marah padaku ... jadi kau yang ngomong sama Hanabi ya?", Pintaku.
"Eeh?!, berantem lagi? ... ya udah lah", ucap Mina melangkah masuk ke kamar Hanabi.