webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Adolescente
Classificações insuficientes
114 Chs

Chapter 18

Kaito

Pagi ini aku dibangunkan oleh deringan alarm dari smartphone ku.

Hari sabtu ya? ... aku masih belum berhasil menulis satu huruf pun.

Aku kembali meletakan smartphone ku di kasur dan bangkit dari ranjang. Aku sedikit tenang karena hari ini libur, dan juga aku tak akan bertemu kak Ruui atau kak Sakura.

Tapi aku salah.

Kak Ruui sudah menunggu ku di ruang tamu rumah ku saat aku turun dari tangga.

"Oi ... kohai", sapa nya dengan wajah dingin nya.

"Hmm ... terserah", jawab ku dengan wajah malas.

=°=°=°=°=°=°=°=°

Ruui

"Dia ... aku melihat nya ... mata nya ... mata nya berkata padaku dia ingin mati", ucapan Sakura yang terngiang di kepalaku.

Hmm ... apa segitunya?

=°=°=°=°=°=°=°=°

Kaito

Aku membuka kulkas dan mengambil minuman kaleng dan meminum nya. Setelah isi kaleng itu habis aku membuang nya di tempat sampah di samping kulkas.

"Siapa yang mengijinkan senpai masuk ke rumah ku?", tanya ku dengan wajah malas.

"Adik mu", jawab nya tanpa memandang ku.

"Lalu dimana Hanabi?", tanya ku melangkah ke ruamg tamu.

"Pergi sama temen nya ...", kata kak Ruui sembari bermain smartphone nya.

"Senpai ... jangan paksa aku untuk kembali menulis ...", ucap ku putus asa.

"Aku tak datang untuk itu ... aku hanya ingin meminta pendapat mu tentang ini", kata nya seraya menunjukan sebuah naskah novel padaku.

"Eh?!"

Aku pun duduk di bangku yang berada di samping kak Ruui. Aku pun membaca naskah novel nya dengan perlahan. Suasana di ruang tamu pagi ini sangat sunyi. Tentu karena tak ada Hanabi. Hanya suara kicauan burung dan jam dinding yang berdetak yang terdengar di telinga ku.

Kata kata nya cukup bagus ... jadi ini adalah kemampuan anak dari penulis terkenal ... tapi ... entah kenapa aku ... tak merasakan apapun di dalam nya.

"Ano ... senpai ..."

"Aku tau ... Kau tak merasakan apapun dari cerita nya kan?", kata kak Ruui menyelaku.

"Emm ... senpai mungkin hanya butuh sedikit inspirasi", ucap ku seraya mengembalikan naskah nya.

=°=°=°=°=°=°=°=°

Ruui

Cih, lagi lagi ... semua orang bilang cerita ku dingin ... Ayah ... Kakegawa sensei ... bahkan Kaito.

Aku ... harus bagaimana? ... aku sudah melakukan semuanya ... tapi ... tetap seperti ini.

=°=°=°=°=°=°=°=°

Kaito

Eh loh ... wajah dingin nya berubah ... jadi sedih nih sekarang?

Mata kak Ruui mulai berkaca kaca. Seakan menahan kesedihan. Aku tak pernah melihat ekspresi lain, selain wajah dingin nya.

"Ano ... senpai ... apa sekolah buka hari sabtu ini?", tanya ku mengubah topik pembicaraan.

"Eh, iya emang kenapa? ... jangan bilang kau ...",

"Hmm ... jangan tanya aku mau ngapain", ucap ku seraya berdiri dan melangkah ke kamarku.

=°=°=°=°=°=°=°=°

Kaito memakai jaket hitam nya dan menggendong ranselnya. Kaito pun kembali turun ke ruang tamu.

"Senpai ... ikut lah dengan ku", kata Kaito dengan wajah cuek nya.

Entah mengapa Kaito bisa pergi ke sekolah di hari libur. Ini pasti sesuatu yang sangat penting.

Mereka berjalan berdampingan di pagi yang cerah ini menuju sekolah. Wajah malas Kaito, wajah dingin Ruui. Mereka biasa di sebut dua salju di SMA Asakura. Beberapa gosip tersebar disekolah mereka berdua memiliki hubungan khusus.

=°=°=°=°=°=°=°=°

Kaito

Ketika kami berdua melewati gerbang sekolah bersama, anggota klub lari, anggota klub bola, anggota klub bisbol. Mata mereka semua tertuju pada kami berdua.

"Etto ... senpai ... kenapa mereka semua melihat ke arah kita?", tanyaku gugup karena menjadi pusat perhatian.

"Apa urusan ku?", jawabnya dengan wajah dingin.

Apa urusan mu? ... apa maksud nya itu? ... jika gosip aneh menyebar kan namamu juga ikut.

Aku merasa lega ketika kami sudah masuk kedalam gedung sekolah.

"Heeee??!!! ... pe-peringkat sa-tu kelas 3 ... kak Ruui?!!", teriak ku terkejut ketika melihat papan pengumuman sekolah.

Terjawab sudah alasan kenapa anak anak di lapangan tadi menjadikan kami pusat perhatian. Ruui adalah peraih nilai tertinggi dalam ujian minggu ini.

Aku ... jalan bareng cewek peringkat satu sekolah? ... jangan bercanda lah.

"Hmm ... kenapa kau terkejut kau juga peringkat satu kelas 2", ucap kak Ruui sembari menunjuk ke arah papan pemgumuman.

Haa?!! ... tu-tunggu aku juga peringkat satu?! ... cih, gosip nya bakalan aneh aneh pasti nanti.

Aku pun menghela nafas ku untuk menenangkan diri.

"Huf ... udah lah lupain aja", kata ku dengan wajah malas.

Kami pun melanjutkan langkah menuju ruang klub sastra. Saat aku membuka pintu ruang klub aku melihat Ai duduk di bangku nya. Dia sepertinya melanjutkan naskah novel yang ia tulis.

"Selamat pagi Ai", sapaku dengan sedikit senyum.

Dia hanya menoleh ke arah ku dan memberikan senyuman manisnya.

Oi ... hentikan senyuman mu itu ... bisa bisa aku diabetes tau.

"Senpai ... coba baca naskah novel Ai", ucap ku sembari duduk di bangku ku.

"Hmm ... aku belum baca lanjutan cerita yang kemarin sih ...", kata kak Ruui dengan wajah dinginya seraya duduk di samping Ai.