Sang Putra Mahkota sangat berpengetahuan mengenai aturan ini, jadi ia tidak terlalu terburu-buru untuk menawar. Sebaliknya, ia menghabiskan seluruh perhatiannya menunggu.
Tidak lama setelah itu, sebuah suara yang ragu-ragu terdengar dari ujung area tempat duduk umum.
"Seratus ribu?"
Sang Putra Mahkota hampir tidak bisa menahan tawanya.
Seperti yang diharapkan dari seseorang yang duduk di tempat duduk umum, lupa akan dunia. Mengetahui bahwa mereka tidak akan mampu membelinya, mereka masih memberi tawaran harga. Mungkinkah bermaksud untuk berpartisipasi dalam kesenangan?
Bahkan untuk sebuah senjata Baja Mendalam Tingkat Ketiga Kelas Bawah saja, masih sulit dibeli dengan harga seratus ribu perak. Meskipun demikian, masih ada orang yang berani untuk menawar dengan harga tersebut?
Karena sudah ada penawar pertama, maka penawar kedua dan ketiga pun mulai cepat menyusul.
"Tiga ratus ribu!"
"Empat ratus ribu!"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com