Gilang membuka pintu rumahnya perlahan. Hati-hati ditutupnya kembali kemudian sambil berjingkat pemuda itu melepaskan sepatu conversenya.
Dengan gerakan yang amat dalam mode waspada itu, Gilang mencoba melewati ruang tamu rumah besarnya yang lampunya sudah dimatikan.
Gilang sempat mendesah lega karena mengetahui sang mamah ternyata sudah tertidur. Tapi hanya sekejap, saat melewati ruang tengah Gilang setengah mati berusaha menahan diri untuk tak berteriak terkejut saat lampu tiba-tiba saja dinyalakan menampakan sosok sang papah dengan kaus polo putih dan celana pendeknya.
Gilang meringis. "Eh... papah," katanya kikuk. Seperti maling ketahuan mencuri ayam. "Kok belum tidur pah?"
Yudi sang papah, melihat putranya itu masih dengan pakaian seragam putih abu-abu baru pulang diatas jam 12 malam hanya bisa mendesah pelan.
"Darimana saja kamu? Masih pakai baju seragam," tanya sang papah.
Gilang merapatkan bibir. "Dari rumah Arvino. Aku ketiduran," jawabnya jujur.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com