Keara menarik nafas panjang. Gadis berkacamata itu sudah hampir semalaman mengurung diri di kamar. Tak ada keinginan untuk makan apalagi bertemu dengan orang-orang.
Sang ayah pun yang sudah gatal sebenarnya ingin menerobos masuk kedalam kamar Keara. Tapi ibu Keara menahannya berkali-kali agar memberi waktu. Membiarkan putrinya itu menenangkan diri setelah kemarin sore pulang dengan wajah sembab.
Vaden bahkan merasa sangat tak enak sampai berkali-kali meminta maaf pada ibu Keara. Pemuda itu juga ikut merasa bersalah.
Rasanya seperti mimpi. Mimpi siang di siang hari. Keara merasa nafas saja seakan sulit. Mau menangis tapi air matanya sudah habis.
"KEARAAAAA!!!" suara teriakkan nyaring dari luar kamarnya membuat Keara sempat tersentak. Gadis itu menoleh pada pintu kamarnya yang tertutup rapat.
"KEARA WOY ASSALAMUALAIKUM BUKA DONG INI JISOO MAU MASUK,"
"KEARA BUKA DONG PINTUNYA ADUH IRI BANGET GUE KAMAR BOLEH DIKUNCI GUE MAH PASTI DIOMELIN,"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com