Rivano melirik arloji berwarna hitam, yang melingkar di pergelangan tangannya. Benar, sekarang sudah pukul delapan malam. Pantas saja, perutnya sedari tadi berbunyi. Ternyata, karena dia belum makan malam.
"Ayo, tapi sebelum pulang. Kita makan dulu ya, aku laper," ucap Rivano.
Rivano, bangkit dari posisi duduknya. Dia masuk terlebih dahulu ke dalam mobilnya, diikuti oleh Melody. Dia duduk di kursi penumpang.
Melihat Melody, yang duduk di kursi penumpang. Kening Rivano berkerut. "Kenapa duduk di belakang? Sini, pindah ke depan," titah Rivano.
Melody menggelengkan kepalanya. "Gak usah, gapapa. Aku, di sini aja," tolak Melody.
"Ck," decak Rivano.
"Yaudah, terserah. Tapi, kita makan dulu ya," lanjutnya.
Anggukan kepala, hanya itu yang Melody berikan sebagai jawaban. Hari ini, hatinya memang terasa sangat sakit, akibat perkataan kedua orang tuanya siang tadi. Tetapi, entah kenapa seketika hatinya terasa berbunga, saat Rivano memberikannya perhatian seperti tadi.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com