webnovel

Absolute Being

Namaku Kamiya Yato. 17 tahun. Aku mati tersambar petir dan diberi kesempatan untuk hidup kembali. Mungkin ini bukan teori konspirasi, tapi cerita ini berisi sebuah konspirasi.

Alter_Dark · Fantasia
Classificações insuficientes
2 Chs

Awal Segalanya

"Eh, dimana ini? Bukankah aku tadi tersambar petir, lalu kenapa aku ada di ruangan yang serba putih ini?"

Tangan kananku menyangga lantai dan mendorong perlahan tubuhku untuk bangun tadi posisi tidurku.

Tidak lama setelah aku mambangunkan tubuhku, keluar suara lembut seorang perempuan dari belakangku.

"Selamat datang di akhirat"

Aku membalikkan tubuhku untuk mengetahui dari siapa suara tersebut keluar. Aku mendapati seorang perempuan duduk menyilangkan kaki diatas kursi yang berkilauan serta memiliki wajah dan tubuh yang pasti membuat siapa saja yang melihatnya hanya berpikir satu kata yaitu menawan dan orang itu memancarkan aura kesucian yang sangat terang.

"Sudah kuduga, aku akan mati. Mana mungkin manusia biasa bisa selamat dari Sambaran petir yang sangat besar itu. Jadi, setelah ini aku akan diapakan? Apa aku langsung menuju neraka? Atau langsung kau siksa?"

"Sepertinya kamu sangat santai dalam kondisi saat ini. Apa kau sudah paham, kalau kamu ini sudah benar-benar M-A-T-I?"

Dia memindahkan kaki kanannya yang awalnya berada diatas kaki kirinya kebawah dan meletakkan kaki kirinya diatasnya.

"Iya, aku sudah paham. Jadi bisakah langsung saja. Aku tidak mau membuang waktuku. Apa ini sudah termasuk hukumanku? Kalau benar aku tidak masalah."

"Bisakah kamu hentikan keluhanmu di depanku? Itu membuatku sedikit merasa jengkel mendengarnya. Baiklah, akan aku ucapkan sekali lagi. Selamat datang di akhirat. Namaku adalah La Tilica Dewi Kebangkitan."

Eh, bukannya aku akan diadili atas apa yang telah kuperbuat? Kenapa malah dewi kebangkitan yang muncul?

"Oh benar juga, Namaku Kamiya Yato. Umur 17 tahun. Ngomong-ngomong, kenapa Dewi Kebangkitan yang ada di depanku sekarang, bukannya saat ini aku akan dihukum atas apa yang aku perbuat?"

"Pertama kuucapkan maaf karena kesalahan kami dalam menurunkan petir, kami tidak mengira kalau ada manusia dibawah sana. Oleh karena itu, aku ditugaskan untuk memberimu kesempatan lagi untuk hidup. Jadi bagaimana? Apa kau akan menerimanya?"

Siapapun pasti sangat senang bila diberi kesempatan hidup lagi. Tapi tidak denganku, tugasku di dunia itu sudah selesai. Aku tidak memiliki alasan untuk kembali kesan. Malahan aku senang bisa meninggalkan dunia itu. Yah, walaupun hukumannya yang aku tidak sukai itu.

"Kesampingkan dulu tawaranmu. Bukankah itu tidak adil untuk diriku saja yang mendapatkan kehidupan kedua. Itu terasa seperti ada suara dari angit yang tiba-tiba berbicara kepadamu bahwa kamu adalah manusia terpilih."

Aku menanyakan untuk memastikan kembali apa yang Dewi itu tawarkan.

"Jangan salah paham. Itu merupakan peraturan yang ada sejak dulu sebelum kami ada. Kami sebagai Dewa dan Dewi juga bisa membuat kesalahan walaupun kemungkinannya sangatlah kecil dan siapa saja yang membuat kesalahan sekecil apapun akan dibuang, dengan kata lain dia akan menjadi Fallen God dan yang menjatuhkan petir kepadamu itu adalah Metron Dewa petir."

Tunggu, bukankah dia tadi bilang kalau peraturan itu ada sebelum mereka ada? Lalu siapa yang membuat peraturan kalau mereka saja belum ada? Entah kenapa aku mengetahui sesuatu yang seharusnya tidak kuketahui. Untuk sekarang, aku hanya perlu pura-pura tidak pernah mendengarnya.

"Tentang tawaranmu tadi, bagaimana bila aku menolaknya? Apa aku akan langsung dihukum atas apa yang aku perbuat?"

"Dari tadi kamu hanya membicarakan hukuman, hukuman, hukuman. Memangnya apa yang telah kamu perbuat sehingga kamu sangat yakin kamu akan dihukum?"

Apa benar kalau dia Dewa? Kenapa malah bertanya kepadaku tentang masa laluku. Seharusnya dia tahu apa saja yang pernah kulakukan.

Saat aku sedang meragukannya dia mulai melanjutkan bicaranya dan mengeluarkan sebuah kertas.

"Mungkin kamu bertanya-tanya, padahal aku seorang Dewi tetapi aku tidak mengetahui apa pun tentang dirimu dan apa yang pernah kamu lakukan. Setiap dunia ada dewa yang bertanggung jawab. Tapi, ada juga dunia tanpa dewa. Dunia itu mati dan musnah ketika beberapa persyaratan sudah terpenuhi. Bumi itu juga salah satunya."

Hmm jadi begitu, ini ada informasi sangat berharga. Tanpa perlu repot-repot aku sudah mendapatkan informasi yang sangat menarik.

"Jadi begi-"

Sebelum aku menyelesaikan berbicaraku, Dewi itu memotong omonganku.

"Oleh karena itu, aku membawa data tentang dirimu. Akan kubaca sekarang. Kamiya Yato. Umur 17 tahun. Kewarganegaraan Indonesia. Perbuatan mu ... Hmm~ jadi begitu, itu alasanmu kenapa kau selalu bertanya kapan kamu akan dihukum. Memang benar jika dilihat dari perbuatanmu selama kamu hidup. Bisa dipastikan kamu akan dimasukkan ke dalam neraka."

Setelah selesai bicara, dia langsung menghilangkan kertas yang ada ditangannya.

"Aku berterima kasih kau membaca riwayat hidupku. Tapi bisakah kau mulai menjawab pertanyaanku tadi tentang bagaimana bila aku menolak tawarannya"

Aku mencoba mendapatkan jawaban dari pertanyaanku sebelumnya.

"Oh iya, aku sampai lupa tentang pertanyaanmu tadi. Seperti kataku tadi, jika kau menolak maka kau akan langsung dimasukkan ke dalam neraka. Tetapi jika kamu menerimanya, maka semua dosamu akan dihapuskan. Yah, bisa dibilang sebagai permintaan maaf atas kesalahan kami."

Memang benar, itu bukanlah tawaran yang buruk. Malahan tawaran seperti itu bagai berkah saja yang diberikan seorang Tuhan kepada makhluknya. Tapi aku sudah tidak ingin lagi hidup di sana.

"Kalau begitu, bolehkah aku bertanya satu pertanyaan lagi untuk yang terakhir kalinya? Jawabanku tergantung hasil jawaban dari pertanyaanku. Apakah aku akan dihidupkan lagi di bumi?"

Jika perkiraanku tidak salah. Sejak awal, dia tidak pernah mengatakan jika aku dihidupkan lagi di bumi. Yah, ini sebagai jaminan agar aku tidak menyesal bila menolaknya.

"Tentu saja tidak. Sebab memang begitu menurut aturan yang ada. Oleh karena itu, kamu akan dihidupkan di dunia yang berbeda dari duniamu berada. Kamu akan dipindahkan di dunia yang ada namanya sihir. Sekilas tadi saat aku membaca data dirimu dan data duniamu. Di dunia lamamu juga ada seharusnya, tapi entah kenapa sihir itu hilang sejak 2000 tahun SM."

Kalau memang begitu, tidak ada alasan bagiku untuk menolaknya. Lagian aku juga sedikit penasaran, sihir itu seperti apa.

"Baiklah, aku menerimanya"

"Tapi sebelum aku mengirimkanmu kesana. Kamu akan diberi sebuah Job Class dan 3 Skill sebagai dasarnya agar kamu bisa bertahan hidup di sana. Tentu saja kamu tidak bisa memilihnya. Karena kamu akan mengambil sebuah kartu secara acak di ini."

Dewi itu menerbangkan sebuah kotak yang memiliki lubang diatasnya kedepanku.

"Walaupun acak, bukankah kau yang sebagai dewa sudah tahu akan apa yang akan aku ambil?"

"Tenang saja, apapun yang terjadi didalam kotak ini tidak akan ada yang tahu. Meski dewa sekalipun. Tapi kita akan tahu apa yang terjadi setelah kamu mengeluarkan tanganmu dari kotak itu."

Aku berjalan mendekati Dewi itu dan memasukkan tanganku kedalam lubang itu dan memutar pergelangan tanganku untuk mencari yang menurutku cukup bagus untukku. Tapi setelah aku memutarkan pergelangan tanganku, aku masih belum merasakan apapun.

"Oi, tidak apapun didalam sini. Apa kau bercanda?!"

"Kan sudah kubilang tadi. Kami tidak tahu apapun sebelum kamu mengeluarkan tanganmu dari dalam kotak."

Aku menarik keluar tanganku dari dalam kotak.

Heh, beneran muncul. Setelah aku menarik tanganku, tiba-tiba saja ada kertas ditanganku. Padahal saat tanganku berada didalam, aku tidak merasakan apapun.

"Apa ini? Kenapa dikartu ini bertuliskan [ ??? ]?"

"Apa?!"

Dewi yang semulanya sangat tenang tadi berubah menjadi sangat gelisah.

"Maafkan aku, karena aku tidak tenang terkait apa yang kamu ucapkan tadi. Aku tidak pernah tahu kalau ada Job Class yang tidak diketahui. Karena bukan aku yang membuatnya. Yang lebih penting daripada itu, coba kamu sentuh bagian depan kertasnya untuk memunculkan Skill apa saja yang telah kamu dapatkan."

Entah kenapa aku merasa dia menghindar dari pertanyaanku tadi. Tapi biarlah, Job Class menurutku tidak penting. Yang menurutku penting adalah Skillnya.

Aku menyentuh halaman depan kartu itu dengan jari telunjuk tangan kananku. Tidak lama kemudian tulisan yang berada di kertas tersebut berubah.

"Skill yang kudapat adalah [ ??? ], [Appraisal], [Magic Creation]"

Lagi-lagi ada yang memiliki tanda tanya.

"Lagi? Tidak hanya aura misterius yang berasal darimu, tetapi Job Class dan Skillmu juga sama sepertimu. Tapi biarlah, aku juga tidak tahu. Sekarang, karena semua yang kamu butuhkan sudah lengkap. Aku akan mengirimmu kesana. Apakah kamu sudah siap?"

"Baiklah, aku siap."

Aku tidak tahu kenapa tanganku gemetaran. Apa ini karena aku terlalu senang atau karena aku ketakutan. Sudah lama sekali aku tidak merasakannya lagi.

"Sebagai tambahan, untuk melihat semua informasi tentangmu katakan [Status]. Baiklah selamat tinggal."

Tidak lama setelah selesai bicara dia sedikit mengerucutkan bibirnya dan menghembuskan udara yang ada didalam mulutnya keluar.

"Terima kas-"

Sebelum sempat menyelesaikan omonganku, aku sudah menghilang dari tempat aku berada.

Setelah aku menghilang, Dewi Kebangkitan berbicara kepada diri sendirinya.

"Apa aku harus memberitahukan ini kepada yang lainnya? Sesuatu yang tidak diketahui, bahkan oleh diriku yang merupakan salah satu dari 100 Dewan Dewa-Dewi tertinggi. Haha~ sesuatu yang tidak diketahui itu mengerikan. Memang benar aku mengirimkan ke dunia yang seharusnya dia tuju, tetapi aku tidak bilang kalau aku akan mengirimnya ke tempat yang aman. Tapi tetap saja, mau benda peninggalan atau peraturan yang tidak bisa diubah. Dia tetap saja menyusahkan kami."