webnovel

A Secret Of Love

Sebuah pertemuan tidak terduga yang mempertemukan Dania dan Chandra, membuat mereka berdua semakin dekat dan terkuaknya sebuah rahasia cinta yang selama beberapa tahun ini tertutup rapat.

DGiunia · Urbano
Classificações insuficientes
4 Chs

Jomblo is Free

Tuk! Tuk! Tuk!

Dania yang sedang asik mengerjakan pekerjaannya di komputer pun langsung mengangkat kepala saat mendengar ketukan dari kubikel pembatas tempat kerjanya.

Sebelah alis tebal milik Dania terangkat keatas saat melihat sosok laki-laki berkacamata dan berlesung pipi tengah berdiri di depan pembatas kubikel kerjanya dengan senyuman yang terulas di wajah tampannya itu.

"Kamu nggak istirahat Ni? Udah lewat jam makan siang loh."

Dania pun mengerjapkan matanya beberapa kali mencerna perkataan 'Arga Gunawan' staff Administrasi yang sudah dianggapnya seperti abang sendiri begitupun sebaliknya, Arga yang sudah menganggap Dania seperti adik sendiri.

Kalau boleh jujur, sebenarnya saat pertama kali Dania bekerja disini dan melihat Arga untuk pertama kalinya, Dania merasakan debaran aneh pada hatinya ketika melihat senyuman milik Arga yang terkesan manis untuk ukuran seorang laki-laki.

Ditambah lagi dua lesung pipi yang akan selalu terbentuk ketika dirinya tersenyum. Ingin sekali rasanya Dania mengambil salah satu lesung pipi milik Arga untuk ditempelkan pada pipi chubby miliknya.

"Hey, Nia? Nia?" Panggil Arga sambil melaimbaikan telapak tangannya di depan wajah Dania yang sedari tadi terdiam menatap kearahnya dengan mata berkedip kedip dengan seulas senyum di wajahnya.

Brak!

"Woi Nia!" Sentak Bryan karyawan laki-laki penghuni bilik sebelah kanan meja kerja Dania sambil memukul bilik pembatas, membuat sebagian karyawan yang masih berada di balik bilik kerja menatap kearah mereka bertiga.

"Aish! Mas Bry ganggu aja sih! Nia kan lagi menghayal, seandainya salah satu lesung pipi mas Arga bisa Nia ambil terus ditempelin ke pipi Nia. Waah, pasti Nia bakalan makin manis deh senyumannya, kaya senyumannya mas Ar- Eh?!"

Pekik Dania terkejut saat menyadari apa yang baru saja dia bicarakan dihadapan kedua laki-laki yang bisa dibilang most wanted di kantor tempatnya bekerja ini.

"Jadi kamu mau ngambil salah satu lengsung pipi punya mas, Nia?" Tanya Arga sambil menaik turunkan sebelah alisnya menggoda Dania yang sudah mengerucutkan bibirnya karena merasa kesal sekaligus malu secara bersamaan.

"Udah ah, stop! Dania kebablasan tadi Mas." Elak Dania sambil merapihkan berkas yang menumpuk di meja kerjanya.

"Nggak ke bablasan juga nggak kenapa-kenapa kok Ni. Mas ikhlas berbagi lesung pipi buat kamu." Ujar Arga sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda Dania.

Sedangkan Bryan yang melihat raut wajah aneh sahabatnya itu pun memasang ekspresi seolah-olah dirinya ingin muntah.

"Auah! Udah ayo! Katanya mau makan siang bareng!" Decak Dania memicingkan matanya menatap kearah Arga yang malah menaikan sebelah alisnya.

"Kapan Mas ngajakin kamu makan siang Nia? Mas kan cuman ngingetin kamu doang tadi. Bukannya ngajakin makan siang bareng."

Blush..

Kedua pipi Dania bersemu. Karena merasa malu sekaligus kesal untuk yang ke dua kalinya.

"Tau Ah! Terserah!"

Dania langsung berjalan pergi begitu saja sambil menghentakan kakinya sebal meninggalkan Arga dan Bryan yang sedang tertawa senang karena telah berhasil mengerjai Dania yang sudah mereka anggap seperti adik sendiri.

"Heh, tanggung jawab itu Ar, si Nia ngambek tuh." Ujar Bryan menyikut lengan Arga yang berjalan beriringan dengan dirinya untuk menyusul Dania yang sedang berdiri didepan lift.

"Gampang. Dikasih tiket nonton bioskop sama makan sepuasnya di restoran Korea juga bakal jinak lagi."

Tak!

"Emang mas Ar fikir aku ini binatang apa? Bisa jinak?!" Sungut Dania galak sambil menjitak kening Arga yang kini sudah berada di sampingnya. Sedangkan Bryan yang sedari tadi memperhatikan hanya terkekeh pelan melihat kelakuan sahabat dan adik gemes nya itu.

Ting!

Pandangan pertama kali yang mereka lihat saat pintu lift terbuka adalah sorotan mata menyelidik dari para karyawati yang melihat kearah mereka bertiga sedang merangkul satu sama lain untuk memasuki lift.

"Ekhm." Dehem Bryan saat sudah masuk kedalam lift dan berdiri tepat di depan pintu lift bersama Dania yang berada di sebelah kanannya dan juga Arga yang berada disebelah kanan Dania.

'Ternyata rumor kalau mereka terjebak cinta segitiga itu benar ya?'

'Dasar perempuan ganjen! Berani banget dia dekat-dekat Arga sama Bryan!'

'Liat saja nanti! Suatu saat akan gue balas tuh cabe-cabean!'

Ugh!

Ingin sekali Dania menyumpal mulut-mulut kurang kerjaan para karyawati yang setiap saat bertemu mereka bertiga pasti akan selalu berkata seperti itu.

Cinta segitiga? Yang benar saja!

Bryan itu sudah memiliki tunangan! Bahkan tunangannya selalu datang menemuinya untuk sekedar berbelanja maupun curhat.

Tapi... Arga?

Dania pun menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pemikiran yang sempat terlintas didalam kepalanya jika Arga memiliki perasaan kepadanya dan terus mengelak jika dirinya sudah memiliki seorang kekasih namun tidak pernah di ajak untuk berkenalan dengannya dan Bryan.

***

Malam ini Dania kembali bekerja lembur demi menyelesaikan laporan bulanan yang harus dia ajukan kepada atasanya.

Meskipun badannya terasa sangat lelah, Dania sama sekali tidak pernah mengeluhkan itu semua. Karena ini semua merupakan cita-citanya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan.

Menjadi seorang Accounting di perusahaan besar adalah cita-citanya. Maka dari itu Dania tidak pernah mengeluhkan betapa pusing dan melelahkannya pekerjaan menjadi seorang Accounting diperusahaan besar yang sudah terkenal dipelosok Indonesia maupun Benua Asia.

Pukul. 20.00 WIB

Diliriknya jam digital yang berada dilayar komputer. Sebelum dirinya memilih meraih ponsel yang sedari tadi tergeletak di sudut meja kerjanya tak tersentuh sama sekali dengan mode silent.

20 Panggilan tidak terjawab.

40 Pesan masuk.

999+ Notifikasi Line.

Kedua mata Dania sontak membesar saat melihat betapa banyaknya notifikasi yang masuk kedalam ponsel pintarnya.

"Eh buset! Tumbenan nih hape rame. Biasanya juga sepi macam di kuburan!" Decak Dania kagum dan langsung menggerakan garis pola untuk membuka tampilan layar di ponsel pintarnya.

Pesan Masuk.

Dari : Syifa Prawita

'Dani!!! Hari Sabtu sore kerumah gue! Lu pulangnya hari minggu. Gue udah bilang bonyok lu.'

Dari : Mellany Citra

'Ni! Hari sabtu gue sama suami mau pulang kampung. Nyokapnya mas Dito sakit. Lu bisakan kerumahnya si Syifa? Gue nggak bisa dateng. Wakilin gue ya.'

Dari : mba Rahma

'Heh mblo! Udah malem pulang! Jangan nginep di kantor ya mentang-mentang jomblo nggak ada beban buat jagain anak sama suami!'

Dari : Ibu Negara

'Dasar anak bandel! Mau nyamain bang toyib kamu ya?! Mentang-mentang belum nikah sama belum punya pacar, kerjaannya lembur mulu di kantor! Pulang sekarang pokok nya!'

Dari : Ibu Negara

'Btw, mama udah bilang sama bu Rasti kalau mama ada niatan buat jodohin anaknya si Jaka sama kamu. Tunggu berita selanjutnya dirumah!'

Tatapan memicing Dania layang kan saat membaca pesan dari Mama nya.

"WHAT?!" Teriak Dania heboh saat membaca pesan masuk tersebut yang di kirimkan oleh mamanya sekitar satu jam yang lalu.

"Ah! Gue nggak mau di jodohin sama si Jaka! Tolong dong!" Erang Dania frustasi menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Ah, gue mendingan milih nge jomblo seumur hidup deh dari pada harus di jodohin sama si Jaka! Lagian sekarang itu bukan jamannya Siti Nurbaya yang main jodoh-jodohan!"

Decakan Dania yang mengeluhkan masalah perjodohannya dengan anak dari teman sang Mama terhenti. Saat merasakan getaran dari ponselnya.

Drtt... Drt... Drtt...

Dania kembali fokus pada ponsel pintarnya yang bergetar diatas meja. Menandakan adanya panggilan masuk.

Matanya pun langsung berbinar cerah saat melihat nama penelepon yang tertera di layar ponselnya.

Arga Memanggil.

Dengan gerakan cepat Dania langsung meraih ponsel pintarnya dan menjawab panggilan dari Arga.

'Halo Nia?'

"Mas Arga!"

'Widihh semangat banget jawabnya.Lagi dimana kamu Ni?'

"Ah, itu. Nia masih di kantor mas hehehe."

'Apa? Serius kamu?! Ini udah malem Nia! Sama siapa aja kamu lemburnya?'

"Ehm. Sama Supri, Icha, Danang, mas."

Dania menggerakan matanya mengabsen siapa saja karyawan yang saat ini ikut lembur sama seperti dirinya.

'Mau mas jemput nggak?'

"Wah mau mas!!" sayang nya kalimat itu hanya dapat terserukan didalam hatinya. Dania berfikir dia tidak mungkin kan merepotkan Arga untuk datang kekantor jam segini?

"Eh, nggak usah deh mas. Nanti Nia naik ojek online aja."

'NGGAK BOLEH!'

Dengan cepat Dania menjauhkkan ponsel pintarnya dari telinga saat Arga menyerukan ketidak setujuannya itu.

"Aish.. Biasa aja kali mas, nggak usah teriak gitu." Cibir Dania memajukan bibirnya, meski dia tau Arga tidak akan dapat melihatnya.

'Kamu itu perempuan Nia! Mas nggak mau kamu naik ojek online. Nanti mas yang jemput kamu. Pulang jam berapa?'

Melirik sekilas jam digital di monitor komputernya. "Jam setengah sembilan mas. Nggak apa-apa ni mas? Nia takut ngerepotin hehe."

'Kamu tuh ya! Udah kaya sama siapa aja. Oke mas siap-siap dulu. Kamu tunggu di tempat yang ramai ya.'

"Iya. Hati-hati mas jangan ngebut!"

Pip..

Sambungan telepon pun terputus. Dania meletakan kembali ponsel pintarnya di atas meja. Beralih pada kertas-kertas yang berserakan di atas meja kerjanya yang terlihat seperti kapal pecah.

"Huh.. Sambil nunggu mas Arga dateng, beres-beres dulu deh gue nya. "

***

Brum.. Brum.. Brum..

"Makasih ya mas! Maaf ngerepotin malem-malem."

Dania memasang cengiran lebar sambil menyerahkan helm pada Arga yang memutar bola matanya malas.

"Sekali lagi kamu ngomong kaya gitu, nggak mas ajak nonton sama makan lagi ya!" Ancam Arga membuat Dania memajukan bibirnya sebal. "Ih, ancemannya gitu masa! Nyebelin."

"Hahaha lagian siapa suruh kamu bilang maaf terus. Udah sana masuk. Ditungguin sama papah kamu tuh di pintu." Kekeh Arga menunjuk seorang laki-laki paruh baya yang memiliki wajah mirip Dania sedang melipat kedua tangannya di depan dada.

"Iya iya, Nia masuk dulu. Mas hati-hati ya di jalan. Jangan ngebut-ngebut udah malem!"

"Sip!!"

Tin! Tin!

"Om! Arga pulang dulu ya!" Seru Arga melihat papah Dania berjalan kearah mereka.

"Iya hati-hati dijalan. Terimakasih udah mau nganterin anak nakal ini pulang." Ujar Rayan sambil mengusap lembut rambut putri bungsunya yang sedang mendumel.

"Hahaha iya om, sama-sama. Pulang dulu ya om. Malam om, Nia." Pamit Arga setelah menyalimi tangan papah Dania.

"Iya, hati-hati ya Ga."

"Aww! Kamu kenapa si Nia. Sakit tau!" Ringis Rayan mengusap perut nya yang menjadi sasaran cubitan putri bungsu tersayangnya.

"Papah mah nyebelin ah!" Rajuk Dania sebal sambil menghentakan kakinya.

"Hahaha kamu ini. Setiap hari pulang diantar laki-laki berbeda-beda.Nggak malu memangnya?" Tanya Rayan sembari merangkul bahu mungil putri bungsunya yang kini sudah menjadi dewasa.

"Kenapa harus malu pah? Nia kan pake baju. Lagian nih ya pah. Nia kan jomblo. Jomblo itu bebas mau pergi kemana-mana sama siapa aja, tanpa harus takut ketahuan selingkuh atau segala macemnya itu pah. Jomblo is free! Kaya Nia yang bebas mau jalan sama siapa aja! Hahahaha."

Rayan hanya dapat menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri bungsunya itu.

"Papah doa in supaya kamu cepet ketemu sama jodoh kamu."