webnovel

A Love For My Little Brother

Untuk aku, adik laki-lakiku yang bernama Ricky itu, adalah sesuatu yang berharga bagi hidupku. Kalau diibaratkan benda, Ricky itu adalah sebuah permata berlian 24 karat seberat setengah kilogram yang harus dijaga dan dilindungi. Ribuan personel TNI--baik AU, AD, maupun AL--rela aku kerahkan untuk menjaga benda paling diincar itu. Agak berlebihan memang, namun itulah yang aku rasakan. Sudah bertahun-tahun aku berpisah dengannya dan tidak disangka-sangka saat aku kembali, dia sudah tumbuh besar dan semakin tampan. Aku ingin sekali memeluknya dan mencium-ciumnya sama seperti apa yang aku lakukan saat kami masih kecil. Tapi kenapa dia malah menjauh? Wajahnya selalu memerah setiap aku memanjakannya. Malu kah? Atau mungkin jijik? Yah, apapun itu sudah membuatku senang dengan ekspresi baru itu. Aku dapat kabar kalau dia sedang jatuh cinta dengan teman sekelasnya. Apa itu benar? Kalau benar, aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Dia masih terlalu muda untuk mempunyai kekasih dan aku menjadi orang pertama yang menolak dengan keras hubungan itu walau kedua orang tuaku mendukungnya untuk memiliki kekasih. Kenapa tidak kakak saja yang mencarikan kekasih untukmu? Aku yakin kamu tidak akan menyesal dengan pilihanku ini! Cerita yang mengisahkan tentang kakak-beradik yang tinggal di keluarga serba berkecukupan. Cerita yang mengisahkan tentang betapa cintanya Sang Kakak kepada adiknya yang sudah bertahun-tahun ia tinggalkan untuk menempuh pendidikan dan meraih mimpi. Cerita yang mengisahkan tentang betapa malu dan jengkelnya Sang Adik kepada kakaknya karena kelakuannya yang menganggapnya sebagai anak kecil. Melihat Sang Kakak bersifat kelewat batas seperti itu, akankah Sang Adik bisa memiliki kekasih yang ia idamkan? A Love For My Little Brother

tahraanisa · Adolescente
Classificações insuficientes
155 Chs

Pilih Kasih

"Lu lagi marahan sama Andi, ya? Tumben banget gue liat di kelas, lu gak ngobrol sama sekali bareng dia." Eza bertanya untuk membuka topik baru setelah mereka menghabisi makanan mereka dan menunggu bel masuk berbunyi.

"Wah, beneran? Kalian berdua lagi marahan?" tanya Caca memastikan. Ia tidak bisa menyembunyikan senyumannya ketika mendengar pertanyaan Eza yang sekelas sama Ricky dan Andi itu.

"Siapa yang marahan? Gue gak marahan sama dia," bantah Ricky. "Kita sama-sama diam karena gue gak ada yang ingin diomongin sama dia. Andi sendiri juga gak pinter buat topik. Jadi yaa..." Ricky menggantungkan kalimat sejenak. "Lagian, gue juga sudah bebas ngobrol sama dia selama di rumah."

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com