webnovel

A Love For My Little Brother

Untuk aku, adik laki-lakiku yang bernama Ricky itu, adalah sesuatu yang berharga bagi hidupku. Kalau diibaratkan benda, Ricky itu adalah sebuah permata berlian 24 karat seberat setengah kilogram yang harus dijaga dan dilindungi. Ribuan personel TNI--baik AU, AD, maupun AL--rela aku kerahkan untuk menjaga benda paling diincar itu. Agak berlebihan memang, namun itulah yang aku rasakan. Sudah bertahun-tahun aku berpisah dengannya dan tidak disangka-sangka saat aku kembali, dia sudah tumbuh besar dan semakin tampan. Aku ingin sekali memeluknya dan mencium-ciumnya sama seperti apa yang aku lakukan saat kami masih kecil. Tapi kenapa dia malah menjauh? Wajahnya selalu memerah setiap aku memanjakannya. Malu kah? Atau mungkin jijik? Yah, apapun itu sudah membuatku senang dengan ekspresi baru itu. Aku dapat kabar kalau dia sedang jatuh cinta dengan teman sekelasnya. Apa itu benar? Kalau benar, aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Dia masih terlalu muda untuk mempunyai kekasih dan aku menjadi orang pertama yang menolak dengan keras hubungan itu walau kedua orang tuaku mendukungnya untuk memiliki kekasih. Kenapa tidak kakak saja yang mencarikan kekasih untukmu? Aku yakin kamu tidak akan menyesal dengan pilihanku ini! Cerita yang mengisahkan tentang kakak-beradik yang tinggal di keluarga serba berkecukupan. Cerita yang mengisahkan tentang betapa cintanya Sang Kakak kepada adiknya yang sudah bertahun-tahun ia tinggalkan untuk menempuh pendidikan dan meraih mimpi. Cerita yang mengisahkan tentang betapa malu dan jengkelnya Sang Adik kepada kakaknya karena kelakuannya yang menganggapnya sebagai anak kecil. Melihat Sang Kakak bersifat kelewat batas seperti itu, akankah Sang Adik bisa memiliki kekasih yang ia idamkan? A Love For My Little Brother

tahraanisa · Adolescente
Classificações insuficientes
155 Chs

Balas Budi

"Hmm... Akhir cerita yang cukup mengharukan."

Ricky melirik ke belakang melalui spion dalam untuk melihat Andi. "Cerita apa?"

Andi melepas pandangannya dari ponsel. "Kak Aurel kirim cerita ke gue waktu hari Jumat. Gue baru selesainya sekarang," jawabnya seraya mengantungi ponselnya ke saku celana jeans nya.

"Cerita buatan dia? Kirim ke gue juga dong."

"Lu minta sendiri aja. Kan nanti kita mau ketemuan juga." Sebelum Ricky sempat menanggapi, ia sudah melanjutkan. "Lagian ini bukan cerita yang tokoh utamanya Kak Aurel. Ini tentang temannya. Lu mau baca cerita itu?"

"Oh? Tentang temannya? Bukan tentang Kak Aurel depresi atau—"

"Nggak. Kak Aurel baik-baik aja di situ."

"Oh, bagus deh. Berarti gue gak harus baca."

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com