webnovel

90th Days (Stockholm Syndrome)

"Aku mencintaimu, dan cukup katakan jika kau mencintaiku, maka aku akan ikut bersamamu kemanapun kau pergi, bahkan ke dasar neraka sekalipun aku akan turut bersamamu" _bbh_

soo_yong · Outros
Classificações insuficientes
13 Chs

Part 8

Hari ke 2280

Baekhee masih fokus pada jalanan di depanya yang sangat padat, salahnya sendiri tidak segera pulang dan menghindari berkendara di jam pulang kerja. Baekhee terlihat cantik dengan rambut panjangnya yang dia warnai menjadi kecokelatan, warna itu terlihat sangat cocok denganya.

"Mama"

"Ya sayang"

Baekhee tanpa menoleh, wanita itu masih fokus pada jalanan dan mencari celah agar bisa cepat sampai ke rumah, demi apapun dia lelah, setelah berkutat pada dokumen-dokumen sialan yang membuat kepalanya berdenyut.

"Kenapa Papa belum juga menjemput kita? Apa Papa sudah lupa dengan kita Ma?" Baekhee menoleh pada sosok anak laki-laki di sampingnya. Ini bukan kali pertama, anak itu menanyakan hal itu.

"Tidak mungkin sayang, Papa selalu menepati janjinya, kita tunggu sebentar lagi ya?"

Jawaban yang sama, Baekhee hanya akan menjawab hal yang sama jika buah hatinya bertanya tentang Papanya yang sekalipun tidak pernah dia lihat wajahnya, bahkan anak itu ragu akan adanya sosok Papa yang selalu Mamanya ceritakan adalah laki-laki yang tampan. Setidaknya jawaban Baekhee bisa membuat anak laki-lakinya tidak lagi bertanya.

"Mama" panggilnya lagi.

"Hm?"

"Apa Papa-ku sangat tampan?" itu adalah pertanyaan kedua yang selalu anak laki-lki itu tanyakan. Baekhee menyukai bagian ini, wanita itu begitu memuja laki-laki yang menghamilinya, dan dengan pertanyaan itu, Baekhee bisa membayangkan betapa indahnya laki-laki itu.

"Tentu sayang, kau lihat betapa tampan nya dirimu?" Baekhee mengusap kepala anak laki-lakinya"...itu karena Papamu sangat tampan"

Setelah berjuang keluar dari kemacetan yang semakin membuatnya penat, Baekhee akhirnya sampai ke rumah keluarganya.

"Halmeonie"

Anak laki-laki itu berlari menghampiri seorang wanita paruh baya yang duduk di ruang tengah, wanita itu meletakan ponselnya setelah menerima panggilan telepon.

"Hei sayang, sudah pulang" Taeyeon, wanita itu memeluk tubuh mungil cucu laki-lakinya, mengecup pusuk kepala anak itu sebelum melepas kembali pelukanya.

Tak lama, seorang maid yang biasa membantu Baekhee mengasuh anak laki-lakinya datang untuk mengurusi keperluan si kecil.

"Jack kedalam dulu sayang, Halmeonie ingin bicara dengan Mamamu"

Anak laki-laki yang dipanggil Jack itu mengangguk, kemudian menggandeng tangan maid itu meninggalkan tempat itu setelah mengecup pipi Mamanya.

Baekhee dan Taeyeon duduk di ruangan itu. Keduanya hanya diam, Baekhee menunggu hal apa yang akan Ibunya katakan. Sedangkan Taeyeon tampak gelisah, wanita itu ragu untuk mengatakanya, mengingat ini akan kembali menyakiti perasaan anak semata wayangnya itu.

Baekhee mulai jengah dengan keterdiaman Taeyeon, ini bukan pertama kalinya Taeyeon bersikap seperti itu, gelisah dan ragu untuk mengatakanya.

"Eomma, apa ini tentang perjodohan lagi?"

Baekhee memecah keheningan di antara keduanya. Taeyeon tahu jika akan mendapat respon tidak suka dari Baekhee, ini bukan kali pertama mereka sebagai orang tua menjodohkan Baekhee denga rekan bisnis ayahnya. Tapi tidak ada yang tahan denga wanita seperti Baekhee yang pintar mendebat lawan bicaranya, semuanya merasa enggan melanjutkan, terlebih Baekhee adalah seorang Ibu tunggal. Tidak perduli betapa berpengaruhnya ayah dari wanita itu, pria-pria itu memilih mundur.

Entah sejak kapan Baekhee pintar mendebat lawan bicaranya. 6 tahun berlalu semua tidak mudah untuknya yang hamil tanpa suami, itu aib keluarga Byun, Baekhee selalu menebalkan telinga saat mendengar bisik-bisik orang di belakangnya, tapi Baekhee tidak bisa selamanya diam.

"Maafkan Eomma sayang, tapi Ayahmu--"

"Aku tahu itu Appa" Baekhee memotong kalimat Taeyeon "...jadi, kali ini pria mana lagi yang ingin Appa jodohkan dengaku?" Baekhee denga santai menjawabnya.

"Pria itu seorang Investor perusahaan Ayahmu, pria itu berasal dari Skotlandia, Pria itu keturunan Korea, tapi menghabiskan masa kuliahnya di sana" Taeyeon menjelaskan yang dia tahu "...maafkan Eomma sayang"

"Ya, aku memang tidak lebih dari seorang anak yang memalukan bagi keluarga kita yang hamil seorang anak tanpa ayah, bukan begitu Eomma?" Baekhee terdengar kecewa pada Ayahnya yang masih menganggap kehadiran Jackson adalah aib.

"Baek, ini demi dirimu dan Jackson, demi kalian"

'Demi kita Baek, aku mohon'

Sekilas, Baekhee mengingat kalimat yang Chanyeol ucapkan malam itu, Baekhee hanya tersenyum miris.

"Aku mengerti, usiaku sudah 30tahun, terlebih aku mempunyai seorang anak, aku sudah bersyukur perusahaan Appa tidak jatuh bankrupt karenaku" Baekhee memejamkan matanya saat mengatakan kalimat itu.

"Maafkan--"

"Berhenti minta maaf Eomma, ini bukan salahmu" Baekhee bangkit dari duduknya"...jadi, kapan Pria itu akan datang?" Baekhee menatap Taeyeon dengan tatapan melemah, wanita itu pasrah.

Baekhee hanya bisa berharap jika pria yang akan dijodohkan denganya menolak karena keadaanya.

"Malam ini, Ayahmu mengundangnya makan malam di Rumah kita sayang" Taeyeon masih dengan perasaan bersalah.

"Cih, kali ini Appa benar-benar serius hingga membawanya ke rumah untuk makan malam?"

Baekhyun mendecih, wanita itu hampir tertawa remeh. Pasalnya baru kali ini ayahnya mengundang pria yang akan di jodhkan denganya ke Rumah, biasanya mereka melakukan pertemuan makan malam di luar rumah.

"Sayang--"

"Aku baik-baik saja Eomma"

Baekhee berlalu meninggalkan Taeyeon yang tidak hentinya merasa bersalah pada Baekhee.

'Aku sudah lelah, 6 tahun berlalu, tapi tidak ada sedikitpun kabar darimu Oppa, aku berusaha tetap percaya saat melihat pemberitaan tentang Alden Park tertangkap, hingga pemberitaan hukuman matinya beredar luas pun, aku masih tetap percaya jika itu hanya kabar bohong, aku percaya padamu, aku sangat yakin jika kau akan datang dan membawa ku dan Jackson, aku percaya, tapi hingga detik ini, kau tidak kunjung datang, apa kau sudah melupakanku Oppa?, dan apa kau masih hidup?, aku sudah lelah Oppa'

Baekhee kembali ke kamarnya dan mendapati Jackson ada di kamar itu alih-alih berada di kamar tidurnya sendiri.

"Jack"

Baekhee mendekati anak laki-lakinya yang duduk sambil tertunduk, entah apa yang anak itu lakukan hingga kehadiran Baekhee tidak disadarinya.

"Yes Mama"

Jackson bangkit dan berbalik menghadap Baekhee yang berjalan mendekatinya.

"Sedang apa hm?" Baekhee tidak memperhatikan sekitarnya, wanita itu hanya berfokus pada Jackson.

"Ini"

"Jack--" Baekhee menggantung kalimatnya saat Jackson menyodorkan sebuah foto polaroid, di dalam foto itu Jackson melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi dan gadis berambut pendek sebahu sedang berada di sebuah taman bermain, entah anak itu mendapatkanya darimana.

Baekhee mengingatnya dengan jelas, itu adalah foto yang dia ambil bersama Chanyeol saat laki-laki itu hampir meninggalkanya di taman bermain.

"Ini Papa?" Jackson menuntut jawaban Baekhee "...waah, Mama benar, Papa sangat tampan, tapi kapan Papa datang Ma?"

Jackson menunduk memandangi foto yang dia pegangi. Baekhee berusaha menyembunyikan perasaanya yang entah seperti apa saat ini, wanita itu begitu merindukan laki-laki yang ada di dalam foto itu, Chanyeol yang entah di mana keberadaanya.

"Jack, dengarkan Mama" Baekhee menepis jauh-jauh perasaan dan kenangnya pada laki-laki itu, Baekhee duduk di tepi tempat tidur dan diikuti Jack kecil yang duduk di sampingnya

"...malam ini kita akan kedatangan tamu, dan--dan kau"

"Lagi?"

Jackson menatap Baekhee, anak itu baru berusia 5 tahun, tapi Jackson tahu maksud Mama nya, ini bukan pertama kalinya mereka kedatangan tamu, dan tamu yang dimaksud adalah seseorang yang akan dikenalkan dengan Mama nya. Demi apapun Jackson tidak menyukainya, Jackson masih berharap besar jika Papa nya akan datang.

"Maaf sayang"

"Tapi Jack tidak ingin melihat Mama bersama orang lain, Jack hanya ingin melihat Mama bersama Papa"

Jackson mulai terisak, anak sekecil Jackson pun dapat merasakanya, merasa kecewa dan patah hati, setiap kali Kakeknya mengenalkan Mamanya dengan pria, Jackson merasa patah hati, anak itu tidak rela jika Mamanya bersanding dengan laki-laki lain selain Papa kandungnya.

"Jack, sayang"

Baekhee memeluk buah hatinya yang menangis. Baekhee tidak tega setiap kali melihat Jackson seperti itu, tapi Baekhee tidak bisa berbuat banyak.

"Ya Mama, Jack mengerti jika Jack harus bersikap sopan" Jackson masih terisak "...aku benci Harabeoji!!!"

Jackson sedikit berteriak jika dia membenci kakeknya yang selalu menbawa pria-pria itu.

'Maafkan Mama sayang, kali ini Mama menyerah, selama ini Mama memberi harapan yang tidak pasti untukmu, maafkan Mama'

.

.

.

Baekhee masih menatap wajahnya di pantulan cermin. Sempurna, hanya satu kata itulah yang bisa menggambarkan penampilanya saat ini, Baekhee menggerai rambut panjang kecokelatanya, wanita itu membuatnya bergelombang hingga membuat kesan seksi.

Baekhee pasrah, apapun pilihan ayahnya kali ini, Baekhee akan menerimanya. Baekhee membuang nafas beratnya. Wanita itu melihat ke arah Jackson yang tampak malas.

"Sayang" Panggil Baekhee.

"Jack tidak suka penampilan Mama" Jackson begitu jujur. Baekhee menilik kembali penampilanya, tidak ada yang salah.

"Tidak suka? apa mama terlihat buruk?"

"Mama terlalu cantik, nanti paman itu menyukai Mama, Jack tidak suka" kejujuran Jackson membuat Baekhee mengulas senyumnya. Sebegitu tidak sukanya kah jika Mama nya bersama pria lain.

"Astaga anak Mama" Baekhee hemas dan mengecup kening anak laki-laki nya.

"Jack serius Mama" Jackson menatap Baekhee memelas.

"Tapi sayang, kita harus menghormati tamu kita"

"Hmm terserah Mama" Jackson menyerah dan menundukan kepalanya.

"Ayo kita turun"

Baekhee keluar kamarnya dengan menggandeng Jackson, keduanya menuruni anak tangga yang mengatarkanya ke lantai 1 rumah keluarganya. Baekhee melihatnya, pria yang dikatakan Taeyeon ibunya, pria Scotland yang akan Ayahnya kenalkan denganya, pria itu duduk membelakanginya dan berbincang santai dengan Ayah Baekhee.

"Ah Baekhee sudah turun"

Tuan Byun melihat putrinya berjalan anggun sembari menggandeng jemari anak laki-laki nya.

"Selamat malam" pria itu menoleh, kemudian berdiri menyambut Baekhee.

"Saya Aideen Kim" pria itu memperkenalkan dirinya.

"Byun Baekhee" Baekhee berusaha bersikap wajar. Wanita itu tidak menampik jika pria yang berdiri di hadapanya cukup menarik, terlebih kulitnya yang eksotis, menambah kesan seksi. Ya, pria itu seksi.

"Jack"

Baekhee sedikit menyentak putranya yang sedari tadi hanya diam memandangi pria itu dari ujung kaki hingga kepala.

"Selamat malam paman, saya Jackson Byun" Jackson mengenalkan dirinya.

"Maafkan saya Nona, Tuan Egan terlambat"

"Tuan?"

Baekhee mengerutkan dahinya saat pria itu menyebut nama pria lain, pria mana sebenarnya yang ayahnya hendak kenalkan padanya.

"Ya, saya Sekretaris pribadi Tuan Egan, kebetulan Tuan membawa kendaraan sendiri dan mengatakan akan mengunjungi satu tempat terlebih dulu dan mengirim saya untuk meminta maaf pada tuan Byun jika akan datang terlambat"

"Ah" Baekhee hanya mengangguk paham.

Satu jam berlalu, ternyata pria itu tidak kunjung datang dan membuat sekretaris pria itu meminta maaf berkali-kali sebelum pamit pulang meninggalkan kediaman keluarga Byun.

"Sekali lagi, aku minta maaf atas nama Tuan Egan"

Pria bernama Aideen itu sekali lagi meminta maaf atas nama Tuan nya.

"Tidak usah di pikirkan Tuan Kim, aku tahu Tuan Egan adalah orang yang sibuk"

Tuan Byun, ayah Baekhee memahami keadaanya.

"Mungkin--"

"Maaf saya terlambat"

Suara berat itu menginterupsi saat Aideen hendak mengatakan sesuatu. Pria bernama Egan itu datang walaupun sudah lewat waktu.

"Tuan"

Aideen sedikit membungkuk pada Tuan nya.

"Urusanku sudah selesai, dan aku merasa akan sangat tidak sopan jika sampai aku tidak datang, walaupun ini sudah sangat terlambat"

Kali ini pria yang disebut bernama Egan menunduk untu meminta maaf sudah membuat si tuan rumah menunggu lama.

"Aideen, kau bisa kembali lebih dulu, kau juga punya janji lain bukan?" suara pria itu terdengar penuh wibawa "...maaf aku sudah menyita waktumu" Egan menepuk bahu sekretaris nya.

"Tidak apa Tuan, sudah tugasku. baik, saya pamit"

Aideen pergi setelah berpamitan dengan Tuan Byun dan Egan.

"Maaf saya terlambat" Egan meminta maaf sekali lagi atas keterlambatannya.

"Tak apa tuan, tapi putriku mungkin sedang menidurkan Jackson cucuku"

Mendengarnya, pria itu sedikit terkejut.

'Jackson? Dia jagoan'

"Ah, sayang sekali" Ada raut kekecewaan di wajah pria itu.

Byun Yohan Ayah Baekhee mempersilahkan pria itu masuk. Keduanya sempat berbincang tentang pekerjaan dan kerjasama perusahaan mereka.

"Appa, bagaimana--" Baekhee menghentikan kalimatnya saat melihat tamu yang datang sudah berganti dengan pria berbeda.

Yohan dan pria itu berdiri saat mendengar suara Baekhee.

"Baek, kebetulan kau di sini"

Baekhee membelalak saat melihat wajah yang tidak asing. Pria itu, apakah dia pria yang disebut-sebut bernama Egan.

"Brandon Egan Park"

Laki-laki itu memparkenalkan diri. Suaranya terdengar tegas, meskipun demikian, Baekhee tidak lupa, suara itu, wajah itu, mereka orang yang sama.

"Byun Baekhee" Baekhee memperkenalkan diri dengam anggun.

"Senang bertemu dengan anda Nona" Pria itu mengulas senyum terbaiknya, demi Tuhan, senyumnya tidak berubah.

"Baek, ada apa denganmu?" Yohan melihat Baekhee yang menatap Tamu nya hampir tidak berkedip.

Ini baru pertama kali terjadi, Yohan tidak pernah melihat putrinya tertarik dengan pria yang dia kenalkan.

"Tuan Park, bolehkah aku memelukmu?"

Baekhee tiba-tiba, suaranya tercekat, wanita itu bersusah payah menahan tangisnya agar tidak pecah saat itu juga.

"Baekhee!" Yohan merasa jika putrinya bersikap tidak sopan.

"Kau mengingatkanku pada seseorang yang aku rinduka Tuan, jadi bisakah aku memelukmu?" Baekhee tanpa memperdulikan Ayahnya.

"Suatu kehormatan untukku Nona" pria itu dengan binar di matanya.

Baekhee mengambur ke pelukan pria itu, rasanya masih sama, hangat tubuhnya, aroma tubunya yang menenangkan, tidak ada yang berubah, pria itu Chanyeol, Park Chanyeol nya yang menghilang, dia kembali.

"Aku merindukanmu Oppa" lirih Baekhee

"Aku menepati janjiku Baek, jangan menangis ku mohon" Chanyeol berbisik.

Keduanya berpelukan cukup lama, hingga dehaman Yohan terdengar, membuat keduanya melepaskan pelukanya.

"Maafkan kelancangan putri saya Tuan"

"Tidak apa Tuan Byun, aku rasa Nona Byun benar-benar merindukan seseorang"

"Sekali lagi, maafkan putriku"

"Aku rasa jam makan malam belum berlalu, apa kau bersedia pergi bersamaku Nona?" Chanyeol mencari alasan.

"Tapi Jackson--" Baekhee mengingat putranya yang baru saja tertidur.

"Pergilah, Eomma mu akan menjaganya"

"Aku akan membenarkan riasanku--" Baekhee sedikit salah tingkah.

"Kau sudah Cantik Nona, tidak ada yang salah dengan riasanmu"

.

.

.

Selama perjalanan, Baekhee tidak memutuskan pandangam dari sosok yang sedang mengemudikan mobilnya, kedua tanganya saling bertautan, baik Chanyeol maupun Baekhee seperti enggan walaupun hanya merenggangkan tautan.

Chanyeol menghentikan mobilnya di depan sebuah bangunan bergaya klasik. Bangunan itu tidak terlalu besar, bagian depan terdapat beberapa jendela kaca yang cukup besar, terlihat seperti banguna sebuah Caffe, tapi bagunan itu sudah diubah menjadi sebuah rumah.

"Ini"

Baekhee merasa tidak asing dengan tempat itu, masih sangat membekas di ingatanya, semua hal yang terjadi di tempat itu, Baekhee masih menyimpanya di dalam hati dan ingatanya.

"Tempat kita"

Baekhee memeluk erat tubuh pria itu seperti enggan melepasnya lagi. Baekhee menangis, wanita itu tidak tahu bagaimana perasaanya saat ini, semuanya bercampur jadi satu, kenangnya, sedihnya, bahagianya, rindunya, entah lah semuanya mambuat Baekhee hanya bisa menangis dengan keras untuk meluapkanya.

"Apa kau kesulitan?" Chanyeol dengan nada rendah syarat akan kerinduan.

"Aku kesulitan tanpamu Oppa" Baekhee semakin mengeratkan pelukanya.

"Apa aku sangat jahat sudah meninggalkanmu?" Chanyeol dengan nada penuh penyesalan.

"Kau adalah seorang penjahat paling keji jika hari ini kau tidak datang"

"Maafkan aku" Chanyeol mengecup kepala Baekhee, menghirup aroma wanita itu dalam-dalam, aroma yang sangat dia rindukan.

Baekhee gadis naif sudah berubah menjadi seorang wanita dewasa yang sangat cantik dan anggun.

"Appa membenciku Oppa, Appa membenci anak kita, Appa hampir membunuh anak kita" Baekhee memukul-mukul punggung Chanyeol.

"Maafkan aku, kau harus melalui semuanya sendirian" Chanyeol melepaskan pelukanya dan menyeka airmata Baekhee dengan ibujarinya.

"Aku hampr gila rasanya, jika bukan Jackson, tidak ada lagi alasan aku bertahan saat mendengar kau dihukum mati, aku hampir gila rasanya, memikirkan semuanya, meyakinkan diriku sendiri jika kau tidak berbohong dan akan datang menjemputku dan anak kita, aku hampir putus asa Oppa, aku kesulitan"

Baekhee manyandarkan kepalanya di dada pria itu. Baekhee merindukanya, merindukan semua yang ada pada pria itu.

"Maafkan aku Baek, semua di luar rencanaku, akupun kesulitan, aku hampir kehilangan cara untuk kembali melihatmu dan anak kita" Chanyeol sangat mengerti perasaan Baekhee, pria itu pun sama, Chanyeol begitu merindukan gadis yang dia tinggalkan dulu.

"Maafkan aku sayang, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu" Chanyeol mengusap-usap punggung Baekhee yang tidak mau melepaskan pelukanya.

"Aku berjanji tidak akan meninggalkan kalian lagi, hari ini aku menepati janjiku dan menjemput kalian walaupun ini sangat terlambat" Chanyeol bersungguh-sungguh.

"Bawa aku kemanapun kau pergi Oppa, aku bisa mati jika kau meninggalkanku lagi"

.

.

.

Tbc

Untuk di webnovel, author minta maaf karena ga up cerita ini lama banget.

Cerita ini hanya punya 13 Chapter, kalau kesibukan tidak mencekik akan di up malam minggu.

Untuk yang suka dan masih menunggu, silahkan ingatkan saya kalau up nya telat.