Final Chapter
Tolong baca catatan yang ada di akhir ya
Happy Reading
.
.
.
Baekhee masih bermain-main di atas Chanyeol, Baekhee sesekali menggoyangkan pinggulnya tepat di atas kejantanan Chanyeol, keduanya masih menggunakan pakaian lengkap, Chanyeol hanya memandangi Baekhee yang tengah menggodanya, tangan mungil wanita itu membuka satu persatu kancing kemeja yang Chanyeol kenakan, jemarinya menggoda dan bermain di permukaan kulit dada Chanyeol.
Chanyeol mati-matian menahan hasratnya karena ulah Baekhee, tapi Chanyeol memberikan kesempatan untuk Baekhee melakukan hal yang dia inginkan.
"Hyung!" Panggilan itu menginterupsi kegiatan keduanya. Aideen tiba-tiba membuka pintu tanpa ijin,Chanyeol refleks menutup tubuh Baekhee yang berada di atasnya dengan selimut yang ada di sampingnya "...maaf—"
Aideen membalikan tubuhnya, bukan hanya Chanyeol dan Baekhee, pria itu pun terkejut bukan main.
"Apa yang terjadi?" Chanyeol mendudukan tubuhnya dengan Baekhee yang masih berada di atasnya dan memangku wanita itu.
Chanyeol merasakan jika Baekhee membenamkan wajah di dadanya, Baekhee tidak berani bergerak barang sedikitpun walaupun tubuhnya tertutup selimut.
"Nanti saja, aku—"
"Katakan Aideen"
Aideen merasa canggung, tapi Chanyeol memaksanya untuk mengatakan maksud kedatanganya yang tiba-tiba itu.
"Aku ingin meminta ijin padamu untuk menemuinya" Aideen tanpa membalikan tubuhnya. Pria itu masih membelakangi Chanyeol dan Baekhee.
"Pergilah, selesaikan urusanmu" Chanyeol dengan nada yang dibuat setenang mungkin.
"Terimakasih, dan maafkan aku sudah mengganggu kegiatan kalian"
Aideen melangkahkan kakinya lebar-lebar dan meninggalkan kamar Chanyeol. Ada rasa sesal saat dirinya menerobos masuk dan melihat Chanyeol dan Baekhee sedang melakukan adegan yang cukup menggangu matanya. Aideen tidak memperhitungkan hal itu, pasalnya pria itu tidak tahu jika Baekhee datang menemui Chanyeol.
Chanyeol melihat Baekhee tidak menggerakan tubuhnya sama sekali, wanita itu masih tetap pada posisinya yang menunduk dan membenamkan wajahnya di dada Chanyeol walaupun Chanyeol sudah membuka selimut yang menutupi tubuhnya.
"Haha!"
Chanyeol meledekan tawanya setelah mengamati Baekhee yang menempel padanya seperti bayi koala yang berada di gendongan induknya.
"Ish!" Baekhee mengangkat wajahnya dan memukul dada Chanyeol yang masih menertawakanya. Wajah Baekhee memerah karena malu.
"Kau malu sayang?" Chanyeol melihat wajah Baekhee yang sudah merah padam.
"Oppa, bagaimana jika dia menganggapku wanita liar"
Baekhee kembali membenamkan wajahnya di dada Chanyeol, demi apapun itu adalah hal yang memalukan bagi Baekhee, bahkan wanita mungil itu hampir menangis karena malu.
"Jangan perdulikan apapun sayang, beruntung itu Aideen bukan William" Chanyeol masih tertawa dan memeluk tubuh Baekhee.
"Jangan menertawakanku Oppa!"
"Kau tidak pernah berubah" Chanyeol menajuhkan bahu wanita itu agar bisa melihat wajanhya yang terus saja bersembunyi walaupun saat ini mereka hanya berdua
"...masih gadisku yang dulu, apa sangat menyenangkan naik di atasku?" Chanyeol justru menggoda Baekhee.
"Hentikan Oppa!"
Baekhee menggeleng sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganya.
"Mau melanjutkan atau tidak?"
"Tidak!"
"Sayang" Chanyeol menarik tangan Baekhee yang menutupi wajah cantiknya.
"Tidak!" Baekhee menggeleng, wajahnya masih terlihat memerah "...sebaiknya kita menemui Jackson, dia mencarimu dan mendiamkanku"
Baekhee berusaha bangkit dari pangkuan Chanyeol.
"Baek" Chanyeol menarik tangan Baekhee yang masih terlilit dasi di salah satu sisinya, pasalnya Baekhee baru melilitkan dasi itu di salah satu tanganya saja.
"Ya"
"Aku mencintaimu" Chanyeol mengecup bibir Baekhee sekilas "...Buang dasi itu"
"Kenapa?" Baekhee terlihat enggan melakukanya, walaupun wanita itu tidak mengikatnya dengan benar.
"Akan lebih menyenangkan jika tanganmu bebas dan menjamahi tubuhku" Chanyeol berbisik dengan suara parau.
"Oppa"
"Hmm?" Chanyeol mengusap-usap pipi Baekhee.
"Jangan bicara pada wanita lain" Chanyeol mengerutkan dahinya saat mendengar kalimat itu "...kau tahu? Suaramu itu seksi, bisa saja mereka merayumu dan mengajakmu tidur bersama"
"Itu sering terjadi" Chanyeol menjawabnya begitu saja.
"Apa?!" Baekhee membelalak"...kau!"
"Argh!! Baek, aku tidak—Baekhee!" Baekhee menekan bokongnya di selangkangan Chanyeol dan membuat pria itu menggeram "...aku tidak pernah meniduri satupun dari mereka, aku sudah mengatakanaya bukan?"
"Coba saja kalau kau berani!" Baekhee menunjuk Chanyeol di wajahnya.
"Possesif!" Chanyeol kembali berbisik "...tapi aku suka"
"Salahkan saja dirimu yang terlalu seksi"
"Wanna play now?"
"As your wish babe"
Baekhee menjawabnya sambil mengerlingkan matanya.
"Aku ingi bertanya sekali lagi sayang" Chanyeol menahan kedua lengan Baekhee saat wanita itu mulai bergerak menggodanya "...maukah kau menikah denga penjahat ini?"
"Aku pun akan menjawab hal yang sama" Baekhee menangkup kedua pipi Chanyeol "...aku mau Oppa"
"Mungkin kau penjahat di luaran sana, tapi bagiku kau adalah pria biasa yang sialnya membuatku tergila-gila" Baekhee mengecup bibir Chanyeol alih-alih memagutnya "...aku akan ikut kemanapun kau pergi, bahkan ke dasar neraka sekalipun aku akan turut bersamamu, dan aku pernah mengatakanya bukan?"
.
.
.
"Aku merindukan hal seperti ini Baek" Chanyeol terus saja memainkan kedua dada Baekhee, pria itu memeluk wanitanya dari belakang.
"Memangnya aku tidak?" Baekhee memejamkan matanya, wanita itu tengah menikmati setiap sentuhan di kulitnya.
Pria itu terus saja bermain di tengkuk dan leher Baekhee, keduanya mengulang adegan lama saat keduanya selalu bermain-main dengan gairah, Chanyeol dan Baekhee berdiri dan saling mencumbu di bawah guyuran air yang keluar dari shower di atas kepala mereka.
"Apa Jackson menunggu kita?" Chanyeol menelusupkan jemarinya di bagian depan kewanitaan Baekhee.
"Mhh~Entahlah Oppa, dia marah padaku" Baekhee memejamkan matanya.
"Selesaikan dengan cepat sayang" Chanyeol memaju-mundurkan kejantananya yang tengah di apit oleh paha Baekhee alih-alih memasukanya kedalam, Chanyeol ingin mengulang kenikmatan yang berbeda, adan menanti orgasme dengan cara berbeda.
"Aku tidak yakin nghh~"
Baekhee mulai melenguh saat kejantanan Chanyeol berkali-kali bergeseken dengan klitorisnya juga sesekali ujung benda itu bersinggungan dan menggelitik lubang hangatnya hingga ia merasakan kenikmatan yang berbeda. Dia pernah merasakanya, tapi Baekhee tidak biasa, ini luar biasa.
"Sedikit lagi sayang akhh~" Chanyeol berbisik dengan suara rendah tepat di belakang telinga Baekhee. Miliknya berkedut dan mungkin sebentar lagi akan menyemburkan cairan kental.
"Akh! Oppa~mhh~" Baekhee merasakan kejantanan Chanyeol menerobos masuk, dan tanpa aba-aba, pria itu menghentaknya dengan keras.
"Baiklah" Chanyeol menggerakan pinggulnya dengan cepat saat merasakan pelepasanya semakin dekat.
"Baekh~" Chanyeol mulai merasakan rambut halus di sekujur tubuhnya berdiri saat kejantananya merasakan seperti diperat dengan kuat di dalam sana dan merasakan jika miliknya itu semakin terhisap dalam.
"Nghh~akhh..." Baekhee melenguh panjang saat merasakan orgasmenya dan meluruhkan cairan bening yang mambuat Chanyeol menggila.
"Arghh! Ahhh~" Chanyeol mengeram dan meremas kuat dada wanita yang tengah di setubuhinya dengan cara tidak biasa itu saat mencapai puncaknya.
Keduanya tertawa dengan nafas terengah-engah saat menyadari keduanya sudah melakukan itu untuk ketiga kalinya setelah Aideen pergi.
"Kau maiak Baek" Chanyeol mengecupi tengkuk Baekhee dan meninggalkan jejak di pundak dan leher wanita itu.
"Kau yang membuatku menjadi maniak Oppa" Baekhee hanya mengatakan kejujuran "...kau selalu membuatku bergairah, apapun keadaanmu"
Setelah bertahan lebih dari 1 jam di dalam kamar mandi, keduanya keluar dan bergegas meninggalkan kamar itu dan pergi ke rumah keluarga Baekhee untuk menemui Jackson yang mungkin masih marah dan kesal pada keduanya.
Mobil keduanya saling berkejaran, kadang keduanya saling melempar tawa saat mobil mereka kendarai berhenti sejajar. Keduanya mengendarai mobil masing-masing karena Baekhee tidak ingin meninggalkan mobil kesayanganya di aera parkir Hotel.
"Dimana Jackson?" Baekhee saat bertemu Maid yang mengasuh Jackson jika dirinya tidak ada.
"Tuan muda sedang tidur Nona" Maid itu menunduk hormat.
"Ah, sayang sekali" kali ini Chanyeol.
Setelah Maid itu pergi, Chanyeol dan Baekhee melangkah dengan tujuan kamar Jackson yang berada di lantai 2 rumah besar itu.
"Baek"
Langkah keduanya terhenti saat mendengar seseorang memanggil namanya.
"Eomma"
Chanyeol menunduk hormat pada wanita paruh baya dengan tubuh tidak jauh berbeda dengan kekasihnya itu.
"Aku ingin bicara pada kalian, sebaiknya kalian ikut aku ke ruang kerja Appa-mu"
Taeyeon menggiring Baekhee dan Chanyeol agar mengikuti langkahnya menuju ruang kerja Yohan, Ayah Baekhyun.
"Apa yang ingin Eomma katakan?"
Saat ketiganya berhenti tepat di depan pintu ruang kerja Ayah Baekhyun.
"Tinggalkan kami berdua Baek" Taeyeon terlihat serius saat mengatakanya.
"Eomma—"
"Tak apa, mungkin ini sangat penting"
Baekhee tampak khawatir, wanita itu takut kalau-kalau Ibunya melakukan sesuatu pada Chanyeol. Berbeda dengan Baekhee, Chanyeol terlihat tenang dan menerima jika Taeyeon ingin mengatakan sesuatu hanya berdua denganya.
Baekhee mengangguk, wanita itu menurut pada Chanyeol dan tinggal di depan pintu setelah Ibu dan kekasihnya hilang di balik pintu ruang kerja Ayahnya.
"Ini menggangguku sejak melihatmu beberapa hari lalu Tuan Park" Sesaat setelah keduanya masuk dan berada di ruangan itu, Taeyeon bicara langsung ke intinya.
"Apa alasanmu Nyonya Kim?" Chanyeol menautkan kedua alis matanya. Chanyeol tidak menyangka jika Taeyeon merasa risih saat melihatnya.
"Aku tidak tahu alasanku, hanya saja Jackson terlihat mirip denganmu" Taeyeon menghela nafas sejenak "...mungkin orang lain tidak akan menyadari hal itu, dan sejak hari dimana aku bertemu denganmu pertama kali, aku terus saja memikirkan hal itu"
Baik Taeyeon maupun Chanyeol, keduanya terdiam, keduanya sibuk dengan pemikiran masing-masing.
"Apa kau laki-laki itu? yang sudah menghamili putriku, kau Ayah kandung Jackson?" Taeyeon memecah keheningan, wanita itu hanya menyampaikan hal yang menjadi pemikiranya sejak beberapa hari lalu.
Chanyeol membatu di tempatnya, pria itu tidak menyangka jika Taeyeon berpikir jauh akan hal itu. Tapi, sesaat kemudian Chanyeol tersenyum pada wanita paruh baya itu.
"Maafkan aku nyonya Kim, tapi kau tidak salah, aku memang laki-laki yang menghamili putrimu" Chanyeol membungkuk seraya meminta maaf.
Taeyeon memijat pangkal hidungnya, perkataanya ternyata tepat sasaran.
"Apa alasanmu meninggalkanya sendiri? Tidak kah kau tahu bagaimana menderitanya dia?" Taeyeon menuntut penjelasan dari pria itu?
Chanyeol tidak tau apa yang harus dia sampaikan pada wanita itu, Chanyeol melihat berbagai ekspresi di wajah wanita itu. Chanyeol merasa jika Taeyeon kesal, marah juga ada kesedihan yang tersirat dari setiap perkataanya.
"...aku menerima semua yang terjadi pada Baekhee Putriku, aku menganggap itu sebagai hukuman bagiku sebagai orang tua yang lalai menjaga anaknya, tapi apa pantas seseorang yang mapan dan lajang sepertimu meninggalkan tanggung jawab begitu saja, dan—"
"Aku hampir mati saat itu nyonya, aku tidak melarikan diri dari tanggung jawabku, selama ini aku berjuang untuk hidup dan bernafas hingga bisa kembali padanya" Chanyeol menyela perkataan Taeyeon.
"...Aku mengalami kecelakaan mobil dan membuatku berada di ambang kematian" Chanyeol menghela nafas sejenak "...aku tidak sedikitpun melupakan tanggunng jawabku"
"Lalu keluargamu? Apa mereka tidak pernah tahu tentang hubunganmu dan putriku?" Taeyeon menautkan kedua alis matanya.
"Aku hanya memiliki seorang kakak perempuan, dan kami tinggal terpisah" Chanyeol tersenyum samar, pria itu mengingat kakak perempuanya.
"Entahlah, aku tidak tahu semua perkataanmu jujur atau tidak, hanya saja jika kau datang untuk memenuhi tanggung jawabmu, buktikan padaku Tuan Park, buktikan jika kau adalah sumber kebahagiaan putriku, maka aku tidak akan menghalangi kebahagiaannya"
Taeyeon menggaruk alis matanya, wanita itu tidak tahu yang disampaikan oleh Chanyeol adalah kejujuran atau karangan belaka demi mendapatkan simpatinya.
"...sudah cukup aku melihatnya diselimuti kesedihan berkepanjangan, aku tidak ingin melihatnya menangis lagi, kecuali itu air mata kebahagiaan"
Taeyeon mendekat pada Chanyeol dan menggenggam hangat tangan pria itu. Chanyeol terkejut dengan perlakuan Taeyeon padanya, awalnya Chanyeol mengira wanita yang sebentar lagi akan menjadi Ibu mertuanya itu hendak memukulnya atau menamparnya, tapi dugaanya salah besar, Taeyeon menyambutnya dengan hangat.
"Aku berjanji nyonya Kim, aku tidak akan membiarkanya menangis lagi, kecuali itu tangis bahagia" Chanyeol tersenyum seperti orang gila, pasalnya dia tidak pernah mendapatkan perhatian atau apapun dari seorang wanita yang disebut Ibu.
"Panggil aku Eommonim" Taeyeom menepuk punggung tangan Chanyeol sebelum melepaskanya.
"Ya eommonim" Chanyeol terlihat senang.
"Aku harap kalian cepat menikah, aku tidak ingin kalian terus melakukanya tanpa ikatan pernikahan, dan putriku kembali hamil sebelum menikah" Taeyeon menghela nafas kemudian memijat pangkal hidungnya saat mengingat ada bercak kemerahan di sekitar leher putrinya.
"Itu—"
Chanyeol tidak sempat melanjutkan kalimatnya, karena Taeyeon berlalu begitu saja dan keluar dari ruangan itu lebih dulu. Chanyeol terkekeh mengingat kebodohanya sendiri karena meninggalkan beberapa bercak merah di leher mulus Baekhee, seperti sebuah kebiasaan, karena kekasih nya itu sangat menggemaskan.
Taeyeon kembali menghela nafas setelah keluar dari ruang kerja suaminya. Demi apapun, wanita itu hanya menahan amarahnya saat berbicara dengan Chanyeol, ingin sekali wanita itu menampar, memukul kepala pria itu, atau bahkan melempar kepalanya dengan buku yang berada di meja kerja suaminya itu, tapi Taeyeon menahan semua amarahnya.
"Eomma, semuanya baik-baik saja?" Baekhee saat melihat Ibunya keluar lebih dulu.
"Temui Jackson, mungkin dia sudah bangun" Taeyeon tidak menjawabnya, wanita itu justru menyuruh Putrinya untuk menemui Jackson yang mungkin sudah bangun dan mencarinya.
"Ya?" Baekhee tidak mengerti dengan sikap Taeyeon.
"Dan jangan pakai pakaian yang provokatif seperti itu lagi!" Taeyeon sedikit membentak.
Taeyeon berlalu begitu saja setelah mengatakan hal itu, Baekhee hanya tertegun, tidak biasanya ibunya seperti itu.
"Apa yang terjadi?" Baekhee mencari jawaban untuk rasa penasaranya pada Chanyeol yang baru saja keluar.
Berbeda dengan Taeyeon, Chanyeol tampak biasa saja dan tersenyum senang saat keluar dari ruang kerja Ayahnya.
"Tidak ada" Chanyeol menjawab santai.
"Jangan membohongiku Oppa, Eomma terlihat aneh setelah keluar ruang kerja Appa" Baekhee begitu penasaran tentang pembicaraan Ibu dan kekasihnya itu.
"Baiklah" Chanyeol mengusap pipi Baekhee, dan kembali tersenyum "...Eommonim hanya mengatakan jika kita harus menikah secepatnya, sebelum benih yang aku tanam kembali tumbuh" Chanyeol mengatakanya sambil berbisik dan tanganya mengusap perut rata milik Baekhee.
"Eommonim?"
"Ya eommonim"
"Eish! Astaga!" Baekhee memukul lengan Chanyeol, wanita itu menganggap Chanyeol sedang bercanda denganya.
"Aku tidak berbohong sayang" Chanyeol memegang kedua bahu Baekhee "...kita akan menikah—besok? Lusa? Atau hari ini juga?"
"Berhentilah main-main, itu sama sekali tidak seperti dirimu Oppa!" Baekhee kembali memukul lengan pria itu.
"Aku tidak main-main sayang, kita akan menikah, minggu depan, tidak ada penolakan, kau sudah menerima lamaranku—2x"
.
.
.
Hari yang Chanyeol tunggu akhirnya tiba, lebih dari satu minggu setelah pembicaraanya dengan Taeyeon, Chanyeol dan Baekhee akan melangsungkan pemberkatan pernikahan mereka hari ini.
Chanyeol juga mendapatkan kabar baik lain saat William menghubunginya jika sahabatnya itu sedang melakukan penerbangan ke Korea untuk menyerahkan beberapa berkas yang Chanyeol butuhkan. Seolah dimudahkan segala sesuatunya William melakukanya dengan cepat seperti perintah Chanyeol.
"Ini terasa mudah"
Chanyeol berada di ruang tunggu bersama William yang mendarat di Korea dua hari lalu.
"Aku rasa, kau layak menerimanya, karena kau sudah berusaha keras selama 6 tahun ini" William terlihat duduk santai sambil melihat Chanyeol yang masih sibuk merapihkan tampilanya "...aku rasa ini adalah kesempatan lain yang Tuhan berikan"
"Aku berharap mereka tidak menemukan fakta baru tentang Alden Park" Chanyeol mendudukan diri tidak jauh dari tempat duduk William.
"Aku mengharapkan hal yang sama, walaupun semua jejak sudah kita hilangkan, bahkan 6 tahun sudah berlalu Hyung"
"Ya aku rasa kau benar Will" Chanyeol terdengar lega, kuasa pria itu luar biasa, karena orang-orangnya sangat loyal.
"Kau berhak hidup bahagia, terlepas siapa dan bagaimana dirimu hidup selama 38 tahun ini" William bersandar dan menopangkan sebelah kakinya.
"... sejak kecil kau hidup bersama keluarga Bae, bahkan ketika keluargamu masih lengkap, mereka membuangmu seperti sampah dan membuatmu tumbuh menjadi seseorang yang dingin dan kejam, tapi gadis itu membuatmu lupa jika kau orang yang kejam"
"Dia bukan gadis lagi asal kau tau" Chanyeol terdengar keberaran saat William menyebut wanitanya sebagai 'Gadis' hingga membuat pria berkulit pucat itu terkekeh
"...dia ibu dari anakku" klaim Chanyeol.
"Ya, apapun itu, kau berhak bahagia dengan keluarga kecilmu" William mengangkat kedua bahunya.
"Terimakasih Sehun-ah"
"Aku membenci nama itu Hyung" William memutar matanya malas. Pria itu benci dipanggil dengan nama Koreanya.
"Tapi aku yakin jika istrimu lebih suka memanggilmu Sehunie"
"Aish!"
William atau Sehun mengumpat saat Chanyeol mengingatkanya dengan panggilan sang Istri padanya. Keduanya terkekeh dan menertawakan hal yang sebenarnya sangat sepele itu.
"...semua yang kau minta ada di sini, Aideen akan menyimpan dan mengurus semuanya selama kau tinggal di Korea" setelahnya, William menyerahkan beberapa berkas dan dokumen untuk keperluan Chanyeol selama di Korea yang entah sampai kapan.
"Apa kau tidak akan tinggal sementara di sini?" Chanyeol sembari memeriksa berkas yang dia terima beberapa saat lalu.
"Aku akan kembali setelah pernikahanmu usai, istriku akan menangis jika aku tidak kembali dengan cepat, penerbanganku butuh waktu lama, jadi aku harus bergegas" William mengingat istrinya yang terkadang bersikap kekanakan karena kehamilanya
"...berhati-hatilah jika istrimu hamil lagi, dia akan benar-benar merepotkanmu, beruntung lah saat dia hamil dulu kau tidak ada bersamanya, jika iya, aku pastikan kau bisa-bisa mati berdiri karena dibuat kesal" William terdengar menakuti Chanyeol.
"Kau berlebihan Sehun-ah" pria berambut silver itu terkekeh dengan perkataan William yang terdengar tidak masuk akal.
"Aku hanya memperingatkanmu Hyung, wanita hamil lebih menjengkelkan ketimbang Klien yang berhianat" William tersenyum miring "...kita bisa mengabisi mereka dengan mudah, tapi istrimu? Tidak ada yang bisa kau lakukan, kau harus menurutinya sepanjang waktu"
Chanyeol menelan ludahnya, entah kenapa perkataan William yang terakhir terdengar manakutkan jika mengingat betapa possesifnya Baekhee padanya.
"Hyung, ini sudah waktunya" Aideen masuk ke ruangan itu.
"Eoh, ya" Chanyeol refleks berdiri saat Aideen muncul. William terkekeh melihat reaksi wajah Chanyeol dan membuat Aideen bertanya-tanya.
Chanyeol keluar dari ruangan tempatnya menunggu. Chanyeol menuju Altar tempat yang akan menjadi saksi pernikahannya dengan Baekhee, kekasihnya yang sudah memberikan seorang putra yang tampan. Chanyeol berdiri dengan gagah dan menunggu mempelainya.
Chanyeol tidak berhenti mengucapkan syukur atas datangnya hari ini. Kilasan kisah masalalunya dan saat-saat pertama bertemu dengan Baekhee terus saja berputar di ingatanya, Chanyeol bersyukur karena Tuhan memberikan kesempatan padanya untuk merasakan kebahagiaan yang bahkan dulu, Chanyeol tidak berani hanya dengan membayangkanya saja.
Chanyeol tersenyum lebar saat Baekhee berjalan menuju Altar sambil menggandeng lengan ayahnya.
"Kau sangat cantik sayang" Chanyeol sesaat setelah pegangan tangan Baekhee beralih ke tanganya.
"Kau sempurna Oppa"
Baekhee terkagum-kagum dengan penampilan calon suaminya, pria itu terlihat sempurna dengan Tuxedo hitam dan rambut silvernya ditata rapih memperlihatkan dahi yang menambah kesan seksi pada pria itu.
"Mari kita bersama sampai Akhir" Chanyeol mengecup punggung tangan mempelainya "...Tanpa 90 hari itu kita tidak akan sampai di titik ini, pertemuan pertama kita mungkin bukan suatu hal yang baik, tapi aku berusaha memperbaikinya walaupun nyawaku taruhanya, mungkin suatu keberuntungan karena kita masih diijinkan bersama hari ini, walaupun untuk sampai ke titik ini banyak hal yang harus kita lalui"
"Ya Oppa, sejak hari itu, hari di mana aku menyerahkan semuanya padamu, aku benar-benar yakin jika kau adalah orang yang Tuhan kirimkan untuk membahagiakan aku, walaupun jalan menuju kebahagian itu tidak mudah, tapi kita berhasil melewatinya, walaupun harus terpisah dalam waktu yang tidak sebentar, aku tetap yakin jika kau akan kembali seperti janjimu malam itu"
"Terimkasih sudah menungguku, terimakasih sudah mempertahankan Jackson dan memberinya limpahan kasih sayang, terimakasih sudah membesarkanya dan bertahan walaupun tanpa kehadiranku"
"Ya Oppa, aku juga berterimakasih karena kau kembali tanpa kurang suatu apapun, walaupun kau pernah berada di ambang kematian, aku berterimakasih karena kau mampu bertahan, dan aku minta maaf jika aku tidak bersamamu saat kau mengalami semuanya"
"Aku juga minta maaf sudah membiarkanmu melalui semua kesulitan itu sendirian"
"Tidak Oppa, aku tidak sendirian, Jackson bersamaku, dan cintamu selalu ada bersamaku, dan kalian lah yang membuatku kuat dan mampu berdiri hingga hari ini"
"Aku mencintaimu Baekhee"
"Aku lebih mencintaimu Oppa"
"Apa kalian siap?"
Suara itu menginterupsi keduanya, pria itu adalah pendeta yang akan memimpin jalanya pemberkatan pernikahan mereka.
"Ya/Ya"
Upacara pemberkatan dilakukan setelah keduanya mengucapkan janji pernikahan. Acara berlangsung dengan khidmat, walaupun acara pernikahan dilakukan secara tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga dan beberapa rekan kerja Tuan Byun saja.
Kedua mempelai tengah berciuman mesra, para undangan bertepuk tangan seolah turut merasakan kebahagiaan dari kedua mempelai.
Jackson tampak terkejut saat gadis cantik yang bersamanya menghalangi pandanganya. Gadis yang duduk di atas kursi roda itu menutup kedua mata Jackson, gadis itu tidak memperkenankan Jackson melihat ciuman panas kedua orang tuanya.
"Kenapa Noona?" Jackson menoleh saat pandangamya terhalang.
"Jack, tidak boleh melihatnya" gadis itu tersenyum menatap bocah tampan itu. Senyumnya sangat manis saat bibirnya membentuk tanda hati.
"Kenapa?" tanya Jackson polos.
"Nanti Jack juga tahu dan merasakanya sendiri" Jackson hanya mengangguk, dan gadis itu mengusap kepala Jackson.
"Apa Kyung-ie Noona juga akan menikah dengan Paman Aideen?"
"Hn?" Aideen menoleh saat merasa namanya disebut oleh Jackson.
Sementara gadis yang dipanggil Kyung itu hanya tersenyum, disusul oleh Jackson. Pandangan Aideen kembali terfokus pada pasangan pengantin baru yang berjalan melintasi karpet merah. Diam-diam Pria berkulit tan itu tersenyum mengingat perkataan Jackson dan menganggap itu adalah doa.
"Apa kau siap malam ini sayang?" Chanyeol berbisik.
"Malam ini?" Baekhee mengerlingkan matanya "...aku rasa, saat ini pun, aku sudah sangat siap"
"Bagaimana dengan Jackson?" Chanyeol menoleh kebelakang dan melihat Jackson yang berjalan sembari menggandeng tangan Kyungri yang duduk di atas kursi roda, sementara Aideen mendorongnya.
"Aku rasa, Lelakiku yang itu sudah menemukan cinta nya yang lain"
Baekhee melihat kedekatan Jackson dengan Kyungri yang baru dia kenal satu minggu belakangan setelah Aideen membawa gadis itu untuk di perkenalkan pada mereka.
"Kyungri?"
"Sejak Aideen memperkenalkan gadis itu, Jackson langsung menyukainya, kau lihat saja, dia lebih suka bersama Kyungri ketimbang menghampiri kita"
"Jadi?"
"Hn?" Baekhee menautkan alis matanya.
"Apa kau sudah siap memberikan Jackson adik?" Chanyeol kembali berbisik dan membuat Baekhee tersenyum simpul.
"Mungkin saat ini belum, tapi aku selalu siap jika harus membuaka pahaku dan mendesah keras di bawahmu" Baekhee merapatkan tubuhnya pada dada Chanyeol yang sudah resmi menjadi suaminya.
"Mesum"
"Kau Menggairahkan!" Baekhee sembari mengusap kejantanan suaminya.
"Nona, perhatikan tanganmu! Fotonya akan terlihat aneh jika tanganmu terlihat meraba celana suamimu"
Baekhee spontan membenamkan wajahnya di dada Chanyeol, wanita itu lupa jika pesta belum usai dan keduanya masih menjadi pusat perhatian orang-orang. Chanyeol tertawa karena wajah Baekhee yang memerah karena malu, Baekhee, wanita itu, wanitanya, memang tidak tahu tempat.
"Hei, tak apa" Chanyeol mengangkat wajah Baekhee yang masih terlihat memerah.
"Aku malu" Baekhee menutup matanya dan menggeleng keras.
"Aku milikmu, jangan perdulikan tatapan orang" Chanyeol mendaratkan sebuah kecupan di bibir Baekhee.
"Semuanya siap?" fotografer itu memberi aba-aba.
Hari ini tidak terjadi begitu saja, sampai pada hari ini, keduanya harus melalui kesulitan dan kesakitan.
Drama pernculikan atau apapun itu sudah berlalu bertahun-tahun lalu, tapi kejadian itu menyisakan perasaan yang membuat keduanya candu akan kehadiran masing-masing. Perasaan simpati yang pada awalnya Baekhee rasakan tidak berhenti di titik itu, perasaan itu semakin berkembang dan mendesak di relung hati Baekhee. Baekhee jatuh cinta pada titik terdalam pada pria yang hari ini mengikat janji suci pernikahan bersamanya.
Awalnya Baekhee merasa jika perasaan yang dia rasakan sangat tidak masuk akal, tapi bukankah terkadang tidak ada hal yang masuk akal dalam cinta?. Cinta seperti sebuah sihir yang membuat keduanya saling bergantung.
Chanyeol pada awalnya tidak menyangka akan jatuh pada gadis yang dia anggap aneh karena dengan mudahnya mengatakan cinta padanya. Tapi sikap gadis itu membuat ruang kosong di hatinya terketuk dan membiarkan gadis itu masuk dan tinggal di dalamnya, semua terasa tidak masuk akal saat Chanyeol selalu khawatir saat meninggalkan gadis itu sendirian, perasaan gelisah saat gadis itu tidak terlihat dalam jangkauanya, perasaan nyaman hanya karena gadis itu memeluk punggnya saat amarahnya memuncak, dan terkadang Chanyeol benci jika melihat gadis itu menangis walaupun dirinyalah penyebabnya.
Tanpa 90 hari itu, mungkin keduanya tidak akan dipertemukan di hari yang penuh suka cita ini, tanpa 90 hari itu, mungkin kisah keduanya akan berbeda, tanpa 90 hari itu mungkin saja keduanya tidak pernah dipertemukan. 90 hari itu adalah jalan bagi keduanya menuju kebahagiaan yang sesungguhnya.
"Satu, dua, Cheese!"
Setelah fotografer mengambil foto pernikahan, Baekhee melempar bouquet bunga yang dia pegang. Baekhee terkejut karena Bouquet bunga itu jatuh tepat di pangkuan Kyungri dan membuat Jackson melompat-lompat karena senang. Aideen menyunggingkan senyumnya tanpa diketahui siapapun, walaupun setelahnya semua orang kembali fokus pada pasangan pengantin baru itu.
"Aku mencintaimu Park Chanyeol"
"Aku lebih mencintaimu Byun Baekhee"
.
.
.
End.
Aku kembali...
Akhir nya selesai juga, maaf kalian harus nunggu lama untuk ending ceritanya, maaf juga klo endingnya ga sesuai ekspektasi, karena ff ini rencananya emang cuma Oneshot, tapi entah kenapa bisa panjang kayak gini.
Dan maaf, kali ini ga ada epilog, story ini ga ada prolog maka epilog nya juga ga ada. Jadi pliss jangan nagih Epilog.
Dan seperti ff story gue yang lain, ini juga ga bakal ada sequele. Jadi, mohon pengertianya.
Mungkin akan ada Spin Off nya, gue ambil aditional couple di cerita ini, tapi ini baru kemungkinan, karena gue ada rencana klo spin off nya bakal ada di versi buku saja untuk 2 atau 3 couple, jadi ga ada tambahan chapter, hanya ada penambahan scene dan spin off saja (itu juga klo jadi di cetak/dibukuin).
Gue ucapin banyak terimakasih buat kalian yang udah nunggu dan udah apresiate sama cerita-cerita gue. Gue juga berterimakasih buat kalian yang selalu mendukung gue selama ini.
Terimakasih
Love,
Soo Yong