webnovel

90th Days (Stockholm Syndrome)

"Aku mencintaimu, dan cukup katakan jika kau mencintaiku, maka aku akan ikut bersamamu kemanapun kau pergi, bahkan ke dasar neraka sekalipun aku akan turut bersamamu" _bbh_

soo_yong · Outros
Classificações insuficientes
13 Chs

Part 11

Chanyeol masih menggenggam tangan Baekhee, sementara Jackson bersama Maid yang biasa mengsuhnya. Keduanya masih diam di kamar Jackson, Chanyeol melihat albun foto yang berisi foto pertumbuhan jagoanya hingga saat ini. Ada rasa menyesal meninggalkan Baekhee dan harus sama-sama mengalami kesulitan, walaupun akhirnya mereka bisa bangkit dan menjalani kehidupan dengan memegang keyakinan masing-masing jika keduanya akan kembali berkumpul bersama.

"Jangan lupakan semua yang sudah kita alami"

Chanyeol sembari menutup lembaran terakhir album foto Jackson.

"Tidak akan" Baekhee menggeleng sembari mengusap pipi kekasihnya.

"Aku menderita tanpamu Baek" Chanyeol memegang tangan Baekhee yang berada di pipinya dan mengecupnya.

"Kau pikir aku tidak?"

Baekhee mengurung diri di kamarnya, gadis itu tidak ingin bertemu siapapun kecuali Taeyeon ibunya. Setelah kejadian hari itu, di mana Ayahnya dengan paksa membawanya ke dokter untuk menggugurkan kandunganya.

Baekhee melawan dengan sekuat tenaga, gadis itu berlutut dan memohon pada ayahnya agar tidak menggurkan kandunganya.

"Jika Appa mau membunuh anakku, itu artinya Appa menginginkanku mati juga" Baekhee menatap nyalang. Gadis itu berani melawan Ayahnya demi janin di rahimnya yang masih berbentuk gumpalan darah.

"Baekhee kau--"

"Apa Appa malu punya anak sepertiku?" Baekhee dengan suara makin meninggi "...jika Appa malu, biarkan aku pergi menyusul ayah dari janin di perutku"

"Kau anakku satu-satunya, kenapa kau melakukan ini semua pada orang tua ini Baekhee!" suara Yohan tidak kalah tinggi.

"Appa! Janin ini juga anakku satu-satunya, jika aku kehilangan dia" Baekhee menarik nafasnya yang berat "...aku jamin Appa juga akan kehilangan anak Appa satu-satunya"

"Anak tidak tahu diri! Kau--"

"Cukup!"suara Taeyeon menghentikan Yohan yang hendak memukul wajah putrinya "...hentikan! Byun Yohan! Jika kau tidak mau menerima mereka, biar aku yang mengurusnya sendirian, tapi jangan harap kau bisa bertemu denganku lagi"

Taeyeon menarik Baekhee untuk bangkit dan pergi meninggalkan ayahnya yang masih dalam puncak amarahnya.

"Kim Taeyeon!"

Yohan, saat Taeyeon dan Baekhee berjalan melewatinya.

"Eomma"Baekhee lirih.

"Sayang, ayo kita pergi" Taeyeon menuntun Baekhee untuk pergi.

"Jangan berani pergi dari rumah ini barang selangkahpun!" Yohan berhasil menghentikan langkah keduanya.

"Bukankah kau tidak menginginkan kami lagi berada di rumah ini eoh?!" Taeyeon tidak gentar dengan suara suaminya yang semakin meninggi "...kau bukan kah malu punya anak yang hamil tanpa ayah?!" Taeyeon tidak kalah membentak.

"Eomma" Baekhee merasa bersalah pada Ibunya, gadis belum pernah melihat Taeyeon meninggikan suaranya, selama ini wanita itu tidak sekalipun membentaknya, ataupun mendengarnya meninggikan suara pada siapapun.

"Apa selama ini kau menjaganya dengan baik?" suara Taeyeon mulai gemetar menahan tangisnya "...kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu, bahkan kau tidak tahu saat anakmu jatuh dari sepedanya, kau pun tidak pernah tahu bagaimana paniknya aku saat Baekhee terserang demam, kau--"

"Cukup!" Yohan merasa ucapan Taeyeon tidak ada yang salah, sebagai Ayah, dirinya memang jarang berada di rumah dengan alasan sibuk mengurusi pekerjaan. Semua itu pun tidak salah, hanya saja pria itu sangat banyak melewatkan pertumbuhan Baekhee.

"Ayo Sayang, kita pergi"

Taeyeon tidak main-main dengan perkataanya untuk pergi membawa serta Baekhee. Wanita itu sangat menyayangi Baekhee, gadis itu anak satu-satunya, kehadiranya dulu sangat dinantikan, Taeyeon adalah wanita yang mengandung dan melahirkan gadis itu, wanita itu tahu pasti bagaimana rasanya jika kehilangan seorang anak yang berbagi darah yang sama dan hidup di dalam rahimnya selama lebih dari 9bulan.

"Aku bilang berhenti! Jika kalian berani pergi aku--aku, argh!!!"

Taeyeon berhasil menggertak suaminya, cara yang dia lakukan salah, Baekhee mungkin membawa aib bagi keluarga, tapi tidak sepantasnya gadis itu diperlakukan seperti itu, Baekhee hanya butuh dukungan.

Saat kandunganya menginjak usia 3 bulan, Baekhee mendengar tentang vonis yang Chanyeol dapatkan sudah dilaksanakan, entahlah Baekhee tidak sengaja melihatnya di siaran pagi ini, walaupun Identitas dan wajah tersangka tidak dipublikasikan secara jelas, tapi Baekhee tahu pasti jika itu Chanyeol.

"Baek makanlah sayang" Taeyeon membawa nampan berisi makanan untuk Baekhee.

"Aku tidak lapar Eomma"

"Kau tidak sendiri sayang, ada nyawa lain di dalam perutmu" Taeyeon menggusap kepala putrinya.

"Eomma, rasanya aku ingin mati saja, aku--aku, Eomma kuatkan aku, kuatkan aku" Baekhee menghambur ke pelukan Taeyeon.

"Ada apa sayang? Eomma akan selalu bersamamu, Eomma akan melindungimu" Taeyeon tidak tahu apa yang terjadi.

'Itu tidak benar, berita itu palsu, itu cuma kabar burung, iya itu palsu, Oppa tidak mungkin--Oppa akan kembali seperti janjinya, Oppa tidak akan berbohong'

"Eomma" Baekhee menangis keras, tapi Baekhee ragu untuk menceritakan kegelisahanya pada Taeyeon.

"Sudah jangan menangis, nanti dia mendengarnya"

"Eomma aku--" Baekhee ragu.

"Makan ya?" Taeyeon membujuk Baekhee, sungguh wanita itu ingin mendengar sesuatu dari mulut putrinya yang menyimpan semua sendirian.

Akhirnya Baekhee menurut dan membuka mulutnya untuk menelan makanan yang Taeyeon berikan, walaupun semunya seperti tersangkut di kerongkongan, Baekhee memaksakan semuanya demi janin yang berada di perutnya.

"Eomma aku ingin tidur bersamamu" Baekhee setelah makanan yang Taeyeon berikan hanya dia telan seperempatnya.

"Baiklah sayang, tapi kau jangan menangis lagi hmm?" Taeyeon menusap kepala Baekhee.

Gadis itu yanya menunduk dalam, entahlah, airmatanya jatuh begitu saja saat mengingat kembali pemberitaan itu.

"Eomma, apa yang harus aku lakukan?" Tangis Baekhee kembali pecah.

"Katakan sesuatu Baek, apa yang sebenarnya terjadi" Taeyeon kembali memeluk putrinya, wanita itu tidak tahu apa yang terjadi.

"Dia baik-baik saja kan Eomma, Oppa baik-baik saja Eomma, aku yakin. Oppa tidak akan berbohong" Baekhee meraung di pelukan ibunya.

"Baekhee" Taeyeon bisa merasakan kesedihan di hati putrinya.

Taeyeon tidak pernah membiarkan Baekhee sendiri. Wanita itu menyayangi putrinya Baekhee, Taeyeon tidak akan membiarkan anaknya menderita sendirian. Taeyeon satu-satunya yang selalu ada untuk Baekhee.

.

.

.

Yohan masih tetap dengan pendirianya, pria itu masih mengabaikan anak semata wayangnya. Baekhee menjadi pembangkang, bukan karena Baekhee anak yang tidak tahu diri, itu Baekhee lakukan, hanya untuk melindungi janin di kandunganya yang sudah menginjak usia 7bulan.

Yohan sangat jarang mengajak Baekhee bicara, pria itu hanya akan menanyakan tentang tanggal kelulusan Baekhee yang hanya tinggal beberapa bulan lagi. Baekhee lulus lebih lambat dari yang seharusnya karena gadis itu yang menghilang selama beberapa bulan dan membuat semuanya jadi terbengkalai, tapi gadis itu berhasil menyelesaikan tugas akhirnya walaupun dengan keadaan perut membesar.

Baekhee tidak lagi memikirkan di mana keberadaan Chanyeol saat ini, gadis itu menghibur dirinya dan hanya memikirkan jika Chanyeol sedang bepergian ke luar negeri dan akan kembali setelah urusanya selesai.

"Kau harus bersabar Aegi-ya, Papamu pasti akan datang eoh" Baekhee mengusap perutnya yang semakin membesar.

"Baek" Yohan datang setelah Baekhyun menunggu sedikit lama, Ayahnya ingin membicarakan sesuatu dengan putrinya saat Taeyeon berada di Butik miliknya "...Paman Jung ingin bertemu denganmu"

"Appa"

Baekhee bukan tidak mengerti arah pembicaraan ayahnya, Baekhee tahu bahkan sangat tahu.

"Daehyun tertarik padamu dan--"

"Jika Appa ingin menikahkanku dengan anak Paman Jung yang tidak tahu diri itu aku akan pergi" Baekhee memotong kalimat ayahnya, sebut saja dia tidak sopan.

"Berhenti keras kepala Baekhee!" nada Yohan meninggi.

"Appa! aku akan tetap pada keputusanku, dan Daehyun berhak mendapatkan gadis yang lebih layak daripada aku" Baekhee bukan menganggap dirinya tidak layak, hanya saja Daehyun tidak perlu melakukan hal yang bukan keinginanya.

"Daehyun akan--"

"Appa, aku mengenal Daehyun, dia sudah memiliki kekasih, jangan korbankan siapapun untuk menutupi aib keluarga kita, Daehyun laki-laki yang baik, dan tidak seharusnya kalian memperlakukan dia seperti itu"

Baekhee tidak berbohong, gadis itu mengenal Daehyun dengan baik, keduanya bersekolah di tempat yang sama, dan saat di universitas keduanya masih berkomunikasi dengan baik, keduanya memang jarang bertemu, tapi hubungan keduanya baik-baik saja.

Yohan kalah telak dari Baekhee, anak gadis nya sudah pintar berdebat.

"Bawa bajingan yang menghamilimu ke hadapanku, dan setelahnya, aku tidak akan mengganggumu dan anak mu lagi" suara Yohan memenuhi ruangan itu "...jika kau tidak bisa, maka aku tidakakan berhenti"

"Lakukan apapun yang Appa inginkan, dan aku akan terus mengacaukanya" Baekhee bangkit dan mengepalkan tanganya kuat-kuat "...dia akan datang Appa, dia akan membawaku dan anak kami pergi, dan jika itu tiba, jangan menangis jika kau benar-benar kehilanganku"

Kalimat Baekhee lebih tetdengar seperti ancaman bagi Yohan. Pria itu berpikir jika putrinya menjadi pembangkang. Pasalnya Baekhe selama ini hanya menerima apa yang Ayahnya katakan, karena menurutnya itu untuk kebaikanya, tapi kali ini ayahnya sudah keterlaluan, sekali saja, hanya sekali Baekhee menginginkan apa yang dia inginkan, yaitu jangan mengusik anak di dalam kandungan nya, juga keyakinanya jika kekasihnya akan kembali.

"Pembangkang!" Chanyeol memukul dahi Baekhee dengan dua jarinya, tidak sakit, tapi cukup membuat wanita itu terkejut

"Kau yang mengajarkanku" Baekhee tidak terima.

"Aku?" Chanyeol menunjuk dirinya sendiri "...setahuku kau sudah seperti itu sejak aku mengenalmu, keras kepala dan pembangkang"

"Ish! tapi kau jatuh cinta padaku" Baekhee memukul lengan Chanyeol

"Saat itu aku membutuhkanmu sayang" Chanyeol mengecup bibir Baekhee sekilas.

"Membutuhkan tubuhku tepatnya" Baekhee mendorong tubuh Chanyeol yang semakin condong ke arahnya.

"Mungkin" Chanyeol semakin mendekat dan mencumbui leher mulus Baekhee "...tapi desahanmu membuatku tidak bisa melupakanmu, dan kegilaanmu dulu membuatku terus saja mengkhawatirkanmu, sifat polosmu membuatku ingin selalu melindungimu, saat itu aku tidak tahu jika itu adalah perasaan orang yang sedang jatuh cinta" Chanyeol mengusak hidungnya dan menghidu di leher kekasihnya.

"Oppa"

"Ya" Chanyeol menjauhkan wajahnya dari leher Baekhee.

"Mari bersama sampai akhir"

Baekhee menangkup kedua pipi Chanyeol dan mendekatkan bibir keduanya.

"Papa!"

.

.

.

Sekali lagi, Chanyeol datang atas undangan makan malam di rumah keluarga Byun. Pria itu terlihat dekat dengan Jackson, itu mengundang tanda tanya besar bagi Yohan ayah Baekhee.

Pasalnya tidak ada yang bisa mendekati Jackson, jangankan bercanda dengan anak itu, terkadang sekedar menjabat tangan saja Jackson enggan. Walaupun demikian, Jackson masih mau memperkenalkan diri dengan sopan, itu semua berkat Baekhee yang selalu melimpahi kasih sayang untuk Jackson.

"Kau tampak dekat dengan cucuku Tuan Park"

Yohan tersenyum pada Chanyeol di sela makan malam mereka. Chanyeol kembali di undan g makan malam di rumah keluarga Byun, setelah acara kemarin malam gagal karena dirinya yang datang terlambat, tidak sepenuhnya gagal, karena Chanyeol berhasil menemui Baekhee dan menghabiskan malam panjang bersama.

"Seperti yang kau lihat Tuan Byun" Chanyeol tertawa sambil mengacak poni Jackson yang terus menempel padanya.

"Jack, apa kau menyukai Paman Egan?" Yohan bertanya pada Jackson.

"Sangat, Jack sangat menyukai Papa"

Yohan terkejut mendengar jawaban Jackson, terlebih anak itu memanggil Chanyeol yang dia tahu bernama Egan itu 'Papa'

"Papa?"

"Ya Papa" Jackson mengangguk tanpa dosa.

"Dia menerimamu dengan baik Tuan Park"

Chanyeol hanya tertawa mendengar perkataan Yohan. Tentu saja Jackson akan menerimanya dengan tangan terbuka, karena pria itu adalah pria yang Jackson tunggu kedatanganya setelah sekian lama.

"Aku akan menikah dengan Baekhee sebelum kembali ke Skotland"

"Secepat itu?"

Yohan mengerutkan dahinya. Memang pria itu berharap jika putrinya cepat menikah, tapi secepat itu?.

"Lebih cepat lebih baik" Chanyeol tersenyum puas melihat ekspresi wajah Yohan "...dan aku akan membawa mereka bersamaku"

Baekhee tidak banyak bicara saat makan malam, dan wanita itu tidak menyela pembicaraan Chanyeol dan Ayahnya.

Yohan terdiam mendengar perkataan Chanyeol. Pria tua itu memang sering kali mengabaikan Baekhee dan kehadiran Jackson di rumah itu, tapi saat mendengar perkataan Chanyeol yang akan membawa anak dan cucunya pergi, itu membuat hatinya gusar. Baekhee adalah putri satu-satunya, dan Jackson? Walaupun anak itu bukan cucu yang dia inginkan, pastinya Yohan akan merindukan ocehan dan celotehan anak itu.

"Aku menyerahkan keputusan pada Baekhee anakku"

Chanyeol tersenyum menang, pria itu akan melakukan apapun untuk membawa Baekhee dan Jackson turut bersamanya.

.

.

.

Chanyeol yang diketahui bernama Egan sudah sepakat akan menikahi Baekhee sebelum kembali ke Skotlandia. Itu kurang dari 2 minggu lagi, Byun Yohan sempat keberatan dengan itu semua. Tapi bukan Park Chanyeol namanya jika tidak bisa menundukan pria paruh baya yang akan menjadi mertuanya sebentar lagi.

Chanyeol menepati perkataanya semalam pada Jackson, pria itu pulang setelah makan malam dan tidak mengabulkan permintaan jagoan nya untuk menginap di rumah. Chanyeol merasa tidak enak pada Taeyeon yang terus menatapnya aneh setelah melihat tanda merah di leher Putrinya setelah semalaman tidak kembali. Pria itu tidak takut, hanya saja Chanyeol menghormati wanita yang sudah melahirkan kekasihnya itu. Dan sebagai gantinya Chanyeol berjanji akan mengantarnya ke sekolah, juga menjemputnya saat pulang.

"Aku bisa saja membuat Appa mu jatuh miskin sayang" Chanyeol mengecup punggung tangan Baekhee yang menatapnya sedari tadi. Keduanya membicarakan

"Ish!" Baekhee memukul lengan Chanyeol "... Jangan seperti itu, bagaimanpun mereka orangtuaku Oppa"

"Apapun akan aku lakukan untuk bersamamu, bahakan aku sudah sejauh ini" Chanyeol mengecup bibir Baekhee sekilas.

"Ya ya, bahkan dulu kau pernah mengatakan jika perusahaan Appa bisa saja kau beli eoh?" Baekhee mengingat semuanya dengan baik.

"Tapi Oppa"

"Ya sayang" Chanyeol mengusap pipi Baekhee.

Chanyeol menarik tubuh Baekhee hingga mendekat dan mengangkat pinggul wanita itu kemudian ia dudukan di pangkuanya hingga punggung Baekhee sedikit membentur kemudi mobil.

"Apa sakit?" Chanye khawatir, tapi Baekhee hanya menggeleng.

"Bahkan dulu kau terus saja mengusirku agar menjauh darimu" Baekhee mengalungkan lenganya ke leher Chanyeol.

"Awh! Kenapa kau--"

"Kau sudah punya anak sebesar Jackson, masih saja bodoh" Chanyeol memukul dahi Baekhee dengan dua jarinya.

"Kau bahkan sudah merasakan penderitaanya saat jauh dariku, apa masih perlu aku jawab?" Chanyeol menyatukan kening mereka dan memagut bibir Baekhee dengan pelan dan lembut.

"Oppa" Baekhee saat ciuman keduanya terlepas "...apa kau sudah tergila-gila padaku?"

"Sepertinya iya" Chanyeol hanya tertawa melihat wajah Baekhee yang teihat lucu saat mengatakan hal itu.

"Baiklah, baiklah"

"Mau bercinta atau aku ajak ke suatu tempat?" Chanyeol sembari mengusap-usap paha Baekhee dengan gerakan menggoda.

"Aku seperti tidak asing dengan kalimat itu" Baekhee menggigit bibir bawahnya menahan sesuatu yang bermain di bagian bawah tubuhnya. "...nghh~dan jawabanku tetap sama, aku tidak mau keduanya" Baekhee meloloskan lenguhanya.

Chanyeol hanya tersenyum miring.

"Bukankah kau sangat suka merangkak di atasku, dulu saat aku tidur pun, kau selalu mem--"

"Hentikan, sebentar lagi Jackson keluar"

Baekhee menepis tangan nakal Chanyeol yang mulai bermain di dadanya.

"Kau malu?"

"Tidak!" Baekhee mendongak, wanita itu menikmati perlakuan Chanyeol yang memainkan kewanitaanya yang masih tertutup celana dalam.

"Bahkan malam itu kau menaikiku dan--"

"Oppa!" Baekhee memukul lengan Chanyeol yang hendak melesakan jarinya kedalam lubang kewanitaanya.

"Wajahmu merah, apa kau sedang--"

"Ish! Oppa!" Baekhee terus memukul lengan Chanyeol yang berhasil memasukan dua jarinya kedalam.

Pria itu suka sekali menggoda Baekhee yang memang mudah sekali terpancing.

"Aku mencintaimu sayang, astaga, kenapa aku bisa jatuh pada pesona gadis kecil sepertimu Baek?" Chanyeol melumat bibir Baekhee yang sedikit terbuka.

"Aku sudah dewasa Oppa, usiaku 30 tahun, dan aku sudah punya anak! Akhh~"

"Papa!!!"

'Duk! Duk!'

Keduanya melonjak kaget saat Jackson menggedor-gedor kaca di samping Chanyeol. Chanyeol merapihkan pakaian Baekhee dan membiarkan wanita itu turun dari pangkuanya. Chanyeol tidak tahu perasaan Baekhee saat ini, wanita itu menahan hasratnya, salahkan saja pria itu yang terus menggodanya tanpa memperdulikan tempat.

Setelah membersihkan tanganya, Chanyeol segera keluar mobil dan segera mengangkat Jackson tinggi-tinggi, Chanyeol tidak perduli jika anak laki-lakinya berat.

"Astaga, anak Papa" Chanyeol mengecup pipi Jackson "...mau pulang, atau Papa ajak ke suatu tempat hm?" Chanyeol bersikap biasa agar Jackson tidak curiga dengan apa yang baru saja dia lakukan dengan Baekhee.

"Papa, mereka melihat kita" Jackson berbisik.

"Kenapa bisa?" Chanyeol dengan suara rendah.

"Aku mengatakan jika Papaku sangat tampan dan akan menjemputku" Jackson masih berbisik.

"Benarkah?" Chanyeol melihat beberapa orang yang sedang menatapnya "...selamat siang, saya Papa nya Jackson"

Chanyeol menurunkan Jackson dari gendonganya dan membungkuk untul menyapa orang yang sedari tadi melihatnya dan Jackson.

"Sudah?"

Jackson hanya mengangguk dan mengecup pipi Chanyeol, anak itu terlihat bahagia.

.

.

.

Chanyeol membawa Jackson dan Baekhee ke taman bermain yang dulu pernah dia kunjungi bersama Baekhee. Mungkin tempat itu memiliki kenangan tersendiri, walaupun hal itu tidak cukup baik.

"Waah ini taman bermain?" Jackson terlihat takjub dengan tempat itu "...mama, aku ingin menaiki itu"

"Jack belum pernah ke taman bermain?" Chanyeol mengerutkan dahiny saat Jackson menunjuk Carrousel dan mengatakan ingin menaiki wahana itu.

"Mama tidak pernah memberitahuku jika ada tempat seperti ini"

Jawab Jackson polos.

"Aku sedikit trauma dengan tempat ini, aku bersumpah jika seumur hidupku tidak akan pernah datang ke tempat ini" Baekhee mengangkat kedua bahunya.

Chanyeol sedikit menyesal saat mengingat kejadian 6 tahun lalu, yang berniat meninggalkan Baekhee di tempat ini.

"Kali ini aku tidak akan meninggalkanmu di sini Baek" Chanyeol mengusap pipi Baekhee tanpa menghiraukan orang-orang yang melihat keduanya, tidak terkecuali Jackson.

"Papa!"

"Seleranya sama denganmu, kekanakan" Chanyeol mengatakanya sembari mengikuti Jackson yang menarik tanganya.

"Dia masih anak-anak Park!" Bakehee menyusul keduanya.

"Tapi dulu kau gadis dewasa yang memaksa naik wahana ini" Chanyeol saat Baekhee berhasil menyusul keduanya.

"Huh!"

"Hei!" suara seorang laki-laki mengejutkan Baekhee "...aku mengingat kalian"

"Kami?" tunjuk Baekhee pada dirinya.

"Bukankah kalian siswa sekolah yang datang kesini saat membolos sekolah dulu?"

"Eh?!" Baekhee terkejut mendengarnya, sedangkan Chanyeol sibuk mengingat-ingat siapa pria itu.

"Wah, apa ini anak kalian?" pria itu mengacak poni Jackson yang tidak mengerti situasiny "...ternyata saat membolos dulu, kalian me--"

"Ya!" Chanyeol membentak, saat mengingat pria yang banyak bicara itu.

"Terimakasih" Baekhee menarik Chanyeol agar menjauh dari tempat itu dan berjalan menuju wahana yang akan mereka naiki.

"Selamat bersenang-senang"

"Dia--"

"Jackson mendengarnya, ayolah jangan bersikap seperti itu" Baekhee menarik lengan Chanyeol yang terlihat kesal.

"Aku heran, kenapa laki-laki itu masih menjaga wahana ini" Chanyeol tidak habis fikir, kenapa dirinya bisa bertemu lagi dengan pria itu.

Ketiganya terlihat bahagia, terlebih Jackson, anak itu mencoba semua wahana yang aman untuk anak seusianya.

Ketiganya berjalan bergandengan denga Jackson berada di tengah. Chanyeol tidak berhenti tersenyum melihat nya, pria itu menatap Baekhee dan Jackson bergantian yang sedang menikmati es krim, sedangkan dirinya membawakan kembang gula kapas yang Bekhee beli. Baekhee memaksa Chanyeol membelinya dengan alasan untuk mengganti itu yang dia buang saat Chanyeol meninggalkanya dulu.

Ini tempat yang sama dengan 6 tahun lalu, tapi ini terasa berbeda. Dulu Chanyeol mendatangi tempat itu dengan penuh kewaspadaan, tapi saat ini hanya perasaan bahagia yang dia rasakan.

"Jack"

"Ya Papa" Jackson masih menikmati es krim yang dia makan.

"Jack bahagia?" Chanyeol dengan nada rendah.

"Saaangatt"

"Apa ada Negara lain yang Jack suka selain Korea?"

"Hmm" Jackson seperti berpikir.

"Oppa" Baekhee mengerti arah pembicaraan pria itu.

"Jack ingin tinggal bersama Papa?" Chanyeol menghentikan langkahnya dan berlutut dengan sebelah kaki untuk menyamakan tingginya dengan Jackson.

"Tentu saja, Jack ingin tinggal bersama Mama, Papa, Halmeoni, Harabeoji dan Mina Noona" Jackson terlihat bersemangat saat mengatakanya, bahkan Jackson menyebutkan maid yang sudah mengasuhnya.

"Begitu?"

"Hmm"

"Baiklah" Chanyeol kembali bangkit.

"Oppa" Baekhee melihat sorot aneh dari mata Chanyeol.

"Apapun akan aku lakukan Baek" Chanyeol menggenggam tangan Baekhee.

"Jack"

Chanyeol berjongkok dan mengisyaratkan pada Jackson untuk naik ke punggungnya.

"Yeyy!" Jackson terlihat senang saat berada di gendongan Papanya.

"Kita terbang kemana kapten?"

"Ayo kita ke bulan!"

Chanyeol berlari dengan Jackson yang berada di gendonganya, keduanya terlihat bahagia dan tertawa bersama. Baekhee hampir menangis melihat pemandangan di hadapanya, keduanya tertawa lepas.

"Ya! Mama ikut kapten Jack!"

.

.

.

Tbc.