webnovel

MAKAN MALAM

Sesuai janji Zalina, malam itu mereka makan malam bersama di sebuah restoran Jepang favorit Calista. Semua berkumpul dan makan malam bersama dengan gembira termasuk juga Sutinah, Laela dan Markonah. Hanya Raja yang tidak ikut serta dengan alasan ada kegiatan. Tapi, Arasy dan Calista tau kalau saat ini Raja tengah mendekati seorang gadis.

"Non, ini gimana ya cara pegang sumpitnya?" bisik Markonah dengan lugu pada Calista yang duduk di sampingnya membuat gadis itu terkikik geli.

"Ya udah, Mbak Mar pake sendok garpu aja," balas Calista tak kalah berbisik.

"Lah piye, Non, susah loh iki, opo iki jenenge Non?"

"Ini namanya ramen, yang ini sushi. Makan ramennya nggak apa-apa pake sendok garpu," kata Calista.

"Hoalah kok ya ribet sih Non, nek nang desaku iki jenenge indomie kuah, kok ya dadi ramen gitu, saya ya bisa masak kalau gini, Non," kata Markonah dengan logat Jawa yang medok.

Zalina dan Arjuna yang mendengar hanya tertawa geli.

"Mar, dulu kenapa nggak terusin sekolah, kok malah kerja?" tanya Arasy.

"Mbuh, Bu. Wong otaknya saya itu nggak nyampe, Bu. Apa lagi kalau di suruh itung- itungan butek, Bu. Dari pada buang-buang uang, wes saya lebih baik kerja Bu. Gajinya bisa sekolahin adik saya di kampung sama buat biaya berobat Bapak."

"Kampungmu di mana?" tanya Arjuna.

"Di Malang, Pak."

"Siapa yang ajak kerja?"

"Tadinya ikut agen pembantu itu loh, Pak. Trus, saya pertama kerja itu yo ndak betah ngono, Pak. Majikannya galak blas. Salah sedikit gaji dipotong, yo saya sempat ndak gajian kok, makanya saya sengaja itu bikin salah terus biar dipecat. Habis itu, baru saya ikut Mas Dominic. Eh, malah saya bisa seenak udel kerjanya. Wong Mas Dom jarang pulang."

"Di rumah Ibu betah?" tanya Zalina.

"Insya Allah, Bu. Asal jangan digalakin saya, Bu. Saya kerja buat Bapak sama Ibu dan adik saya, Bu. Saya itu ndak mau dijodohkan sama rentenir. Moso, saya mau dijadikan istri ketiga."

Zalina dan Arjuna saling pandang, jaman sudah maju begini masih saja ada jodoh-jodohan.

"Kamu sudah punya pacar, Mar?" tanya Arasy.

"Ada di kampung, Bu. Tapi, wes putus."

"Lah, kok putus, Mar?" tanya Dom penasaran.

"Lha piye, Mas. Dia selingkuh kok, moso mau tak ladeni terus."

"Hidupmu kok miris kaya sinetron, Mar," celetuk Aruga.

"Ya, mbuh Pak. Kalau kata Ibu saya, jalani aja. Harus ikhlas, sopo sing ikhlas pasti ada karmanya."

Khanza yang duduk di samping Markonah menepuk bahu gadis lugu itu perlahan.

"Sabar ya, nduk. Sekarang ini kau sedang berjuang untuk keluargamu, kan? Seorang anak yang baik itu pasti akan selalu ada balasannya dari gusti Allah. Jadi, jangan putus asa, tetap jalankan ibadah Solat lima waktu, puasa sunah dan ingat satu hal, kejujuran. Karena, kejujuran itu adalah kunci dari segalanya. Jika kita menghadapi hidup ini dengan modal kejujuran insya Allah semua akan lancar," kata Khanza.

"Ngeh Ndoro Sepuh."

Selesai makan malam, Dominic langsung mengantarkan Laela dan Sutinah pulang. Sementara Arasy, Aruga dan Markonah ikut dengan mobil Calista.

"Cal, besok kuliah, kan?" tanya Arasy.

"Besok aku kuliah jam satu siang, Tante. Ada apa?"

"Tante kok tiba-tiba merasa tidak enak, ya. Ratu tidak mengangkat video call dari Tante."

"Sudah Tante kirimi pesan?"

"Tidak dibalas."

"Nanti biar aku telepon, Tante. Mungkin Ratu masih sibuk atau mungkin dia tadi tidak membawa ponselnya."

"Tante menghubunginya itu sore hari,Cal. Ratu itu sudah berdusta pada kita. Kemarin, dia mengatakan bekerja di kota Jambi, kan? Ternyata dia ada di simpang Babeko. Dan, Tante baru tau bahwa di tempat Ratu sekarang, untuk ke Muara Bungo saja membutuhkan waktu sekitar 30 sampai 45 menit dan ke Jambi kota itu sekitar 6 jam. Ada pesawat pun hanya pesawat kecil saja. Bayangkan, dia itu sampai bekerja ke pelosok begitu, sebenarnya apa yang dia cari?"

Calista menghela napas panjang, rasanya tidak adil jika Arasy dan Aruga tidak mengetahui apa yang terjadi.

"Ratu hanya perlu waktu untuk menenangkan dirinya, Tante. Karena jika dia tetap berada di Jakarta atau di Bogor, Ratu khawatir tidak bisa menahan perasaannya."

"Apa sih yang sebenarnya terjadi?"

"Tante tidak tau kalau selama ini Ratu mencintai kak Dom?" tanya Calista.

Seketika, Arasy dan Aruga pun mengerti alasan dari kepergian Ratu.

"Dia patah hati?"

"Iya, Tante. Dia patah hati dan sekaligus juga cemburu. Ratu tidak mau jika ia dikuasai api cemburu dan bertindak diluar kontrolnya. Itulah sebabnya Ratu memilih untuk pergi jauh sementara waktu. Dia berharap saat ia pulang nanti bisa lebih ikhlas dalam menerima keputusan yang sudah diambil oleh Kak Dom."

"Ratu sudah dewasa, sayang. Biarkan saja, yang penting kita tau dia KKN di mana. Arjuna mungkin bisa menghubungi relasinya."

"Kalau tidak salah, Papi punya relasi di kota Jambi. Nanti aku yang akan menyampaikan pada Mami dan Papi, Tante."

"Ya sudah, tolong kalau begitu ya, Cal,Tante benar-benar khawatir."

**

Sementara itu, Dominic harus meradang karena saat ia pulang seseorang sudah menunggu di teras rumah.

"Ibu dan Laela masuk saja dulu, buat perempuan tidak tau diri itu saya yang urus," kata Dominic.

"Hai sayang, surprise."

Dominic menghindar saat Kezia hendak memeluknya.

"Aku sudah bilang kan, kalau hubungan kita sudah lama berakhir. Ini Laela calon istriku," kata Dominic sambil menggandeng tangan Laela.

Kezia menatap Laela dengan tatapan sinis dan menghina.

"Gadis sederhana seperti dia yang kau pilih menjadi istri? Tidak salah? Aduh, Dom! Kalau kau memilih wanita yang lebih segalanya dariku tidak masalah. Tapi, ini wanita kampung yang beruntung karena dibiayai oleh kedua orang tuamu, kan?"

"Kau tidak berhak untuk menghina Laela. Asal kau tau, dia jauh lebih baik dari pada dirimu!"

"Aku penasaran, apa dia masih tetap bisa menerima jika tau apa yang pernah kita berdua lakukan?!" seru Kezia kesal.

Dominic merasa bersyukur seketika, untung saja dia telah jujur kepada kedua orangtua nya dan juga kepada Laela.

"Memang apa yang sudah kalian lakukan, kalau saya boleh tau?" tanya Laela. Entah dari mana keberanian timbul dari diri gadis itu. Kezia menatap Laela sambil mencibir.

"Asal kau tau, sayang. Aku dan Dominic sudah berhubungan jauh, bahkan sudah seperti suami istri. Apa kau tau,bahkan aku sudah mempersembahkan kesucianku kepada Dom!"

"Jadi, Mbak bangga? Kalau Mbak wanita baik-baik,seharusnya Mbak mempertahankan kesucian hanya untuk suami pada saat malam pertama. Bukan diobral dengan murah saat baru menjadi kekasih. Lagi pula jika memang Mbak merasa Dom adalah segalanya, kenapa Mbak selingkuh dengan orang lain? Itu artinya Mbak sendiri tidak menghargai arti dari kesucian itu sendiri."

"Kauuu...!"

Merasa kesal, Kezua menghentakkan kakinya dan segera pergi. Dominic menatap Laela, dan membelai rambut gadis itu dengan lembut.

"Maafkan aku, ya."

"Sudahlah, Mas. Aku mengerti. Lagi pula, wanita seperti Kezia sesekali memang harus diberi peringatan."

"Ya sudah, kau tidurlah sudah malam. Besok aku akan menjemputmu kuliah," kata Dominic sambil mengelus pipi Laela dengan lembut.

***