webnovel

Impersonator

Mereka yang masuk diarahkan ke ruang tamu lain yang ada di dalam istana. Satu ruangan yang berada di gedung utama Blumengarte, lebih luas dan penuh dengan bunga-bunga cantik. Kursi sofa yang lebih besar berhadapan dengan meja marmer dan vas-vas bunga yang terpajang. Mereka duduk saling berhadapan satu sama lain.

“tuan Cyrus.. dan para tamu kehormatan Blumengarte.. kami bawakan sajian-sajian negeri kami yang di dominasi makanan manis, juga sajian lainnya yang mungkin anda sekalian suka..”

“silakan dinikmati.. yang mulia sekalian..”

Tangan-tangan gemulai Pixies pelayan membawakan sajian yang menggugah selera, menjamu mereka dengan kue-kue manis dan aneka minuman segar. Denting piring dan alat makan yang disusun terdengar nyaring. Samar-samar tercium aroma lembut bunga mawar dari para Pixy yang membawakan sajian diantara mereka. Aroma yang sama persis dengan Cyrus sendiri selaku Raja Pixy.

“ooohhh…. ada Cheesecake.. kesukaanku..” Peter girang sendiri melihat kue kesukaannya ikut tersaji di meja.

“kau suka itu?”

“huum..” piring kecil berisi kue krim keju itu diambilnya. Dengan garpu perak yang tersedia perlahan Ia menyuapnya perlahan.

“hihihi” Cyrus sang tuan rumah mengayunkan kakinya di bawah meja. Ia sangat senang bisa bertemu lagi dengan kawan-kawannya dan kebetulan menyajikan salah satu favorit mereka.

“Silakan.. makan dan minum saja apapun yang kalian suka..” sang Raja peri tersenyum lagi. Seorang pelayan lalu menuangkan teh gandum dingin favoritnya.

“Hhh... aku jadi tidak enak. Diluar sana kaum ku sedang mengacaukan kerajaan kalian, rakyat kalian memasang pelindung sihir demi membela diri tapi aku di sini malah disambut hangat bahkan dijamu hidangan istana..” Ziel menghela napas, tatapannya terlihat layu. Mata kuningnya tampak memancarkan kesedihan. Ia tak mengambil sajian apapun yang ada di meja, jari-jarinya menjalin menampakkan keresahan. 7 Raja pun saling pandang.

“Lalu tuan Ziel.. katakanlah.. ada apa.. apapun yang terjadi kami ada di pihak Erick. Meski baru sebentar saling kenal kami tau dia bukanlah Raja yang semena-mena menyebabkan kekacauan..” Damian menatap Ziel, meyakinkannya bahwa anggota Ninefinity yang lain pun percaya pada Erick. Hitam rambutnya berkilau karena tudung yang tak Ia kenakan.

“Baiklah.. begini, satu hal yang harus kalian tau, penyebab kekacauan ini bukanlah Silverstream.. bukan.. AKU TIDAK TAU SIAPA B*JINGAN ITU TAPI ITU BUKAN PEMUDA YANG AKU SERAHKAN TAHTAKU PADANYA..!!!!” Ziel berkata dengan nada marah. Tangannya mengepal. Tatapannya yang sebelumnya layu kini menunjukkan kemarahan. Pupil matanya pun menyempit. Hela napasnya bahkan menghasilkan uap panas berwarna putih.

“Ma-maksudmu??” Ryota mengedipkan matanya, heran dengan sikap Ziel. Ia teguk lagi teh hitam hangat di gelasnya.

“Seseorang.. atau sesuatu.. menyamar sebagai Silverstream.. meniru rupa-nya, suara-nya, bahkan mengenakan tiara Blue Spirit yang seharusnya dikenakan Raja Draecorona...”

Mereka terkejut, saling tatap, terdiam. Seseorang? Sesuatu??

“ehmm… entah kenapa aku tidak paham..” Cyrus memiringkan kepalanya, kebingungan.

“Tunggu.. meniru?? Apa ada yang punya kemampuan untuk ‘meniru’ seseorang?? Aku ini Shapeshifter, aku dan kaum ku mampu berubah wujud menjadi binatang apapun.. tapi bukan.. kau tau.. ‘meniru rupa seseorang’??” timpal Damian. Sebagai Shapeshifter, penjelasan Ziel terdengar aneh baginya.

“Justru itu.. dan bagian terburuknya, Ia menyalahgunakan Blue Spirit.. tiara suci itu memegang kendali atas kekuasaan di Draecorona. Makhluk itu memprovokasi para Dragons untuk menginvasi kerajaan-kerajaan lain dengan kata-kata yang tak pernah aku dengar dari mulut Silverstream..” kedua mata Ziel terpejam, membayangkan apa yang Ia lihat di istana Eispalast sebelum terbang ke Draecorona untuk menemui Adryan.

Setelah semua kembali terbayang.. Ia melanjutkan kesaksiannya..

“Silverstream memang bukan Naga yang terkuat, bukan Naga dengan ukuran tubuh paling besar, bukan Naga yang sihirnya paling unggul. Tapi Ia Naga dengan jiwa pemimpin sejati. Ia mencintai perdamaian, ia mencintai rakyatnya, mencintai Draecorona..”

7 Raja tak ada yang menyela kata-katanya, semua mendengar dengan seksama.

“.. Ia tak pernah ragu melindungi rakyatnya bersama prajurit bawahannya saat badai es datang.. Ia tak pernah marah saat ada seseorang melakukan kesalahan.. Ia selalu memaafkan dan bahkan memeluk temannya yang pernah melukainya.. kaum nya tunduk padanya namun Ia tidak pernah tinggi hati..” sambung Ziel. Meski sudah turun dari tahta Ia pun kerap berkunjung menemui Raja penggantinya. Apa yang Ia lihat dari Erick adalah ketulusan sejati seorang pemimpin. Jiwa murni yang tak Ia temukan dari kandidat Raja lainnya.

“Berarti.. sesuatu telah terjadi pada Erick yang asli.. makhluk itu mungkin melukai atau mengurungnya di suatu tempat dan mengambil Blue Spirit miliknya..” Andrew menyimpulkan. Perasaannya makin kacau memikirkan keadaan kakak Dragonnya. Kedua tangannya mencengkeram erat gelas berisi jus persik yang tengah Ia minum.

“Nak.. Aku sudah berusaha semampuku.. saat aku menyadari ‘Silversteram’ memanggil seluruh Naga dengan Blue Spirit, aku pun turut berkumpul bersama Naga-naga lain. Tapi saat Ia mulai bicara, aku merasakan ada sesuatu yang lain dari dirinya. Blue Spirit yang memanggil kami memang asli. Tapi si pemakainya.. bukanlah Raja kami. Ia berbicara tentang kami, klan Dragons yang merupakan klan terkuat, haruslah mengungguli klan-klan lain. Semua harus tunduk di depan Dragons. Ia berbicara tentang menaklukkan kerajaan-kerajaan lain dan membuktikan bahwa klan Dragons merupakan klan terkuat dan terbaik diatas segala-galanya..” kini tatapan mantan Raja itu melunak. Ia sedih atas apa yang tengah terjadi di kerajaan yang pernah Ia pimpin.

“Blue spirit kalian itu, apakah bisa digunakan sembarangan? Maksudku, aku juga punya senjata spesial.. tombak pusaka ku tak akan bisa digunakan oleh Celestial lain yang bukan pemegangnya..”

“ya aku juga.. panah dan pedang-pedangku tidak akan menunjukkan keajaiban mereka jika digunakan Pixy lain..”

“itu dia masalahnya.. Blue spirit, sama seperti senjata-senjata spesial kalian.. tapi musuh kita ini, ia bisa menggunakan sesukanya.. bukankah itu berarti kesaktiannya bisa jadi diatas kita semua?”

“ya Tuhan.. ini buruk.. sangat buruk..”

“Aku sudah mencoba menentangnya. Kami berdebat dalam waktu yang cukup panjang. Tapi kaum ku.. mereka pastinya lebih berpihak pada ‘Silverstream’ dan menganggapku hanya sebagai mantan Raja yang sudah tidak pantas untuk didengar.. hhhh…..” sesak rasa di dadanya tersampaikan pada 7 Raja yang sedang mendengar ceritanya. Tidak didengarkan atau ditentang oleh rakyat sendiri saat menggenggam kebenaran merupakan satu rasa takut yang pasti dimiliki oleh semua pemimpin.

“tak ada satu pun yang mendengarkanku.. mereka tertarik dengan ucapan ‘Silverstream’ dan mendengarkan perintahnya, terbang berkelompok menuju kerajaan-kerajaan lain dan mengacau.. saat aku tiba di Groilandia pun keadaan sudah sangat buruk.. pepohonan tumbang, sebagian sungai membeku, para Beast bersembunyi dan Naga yang mengacau di sana mulai mengklaim wilayah mereka.. maaf nak Adryan..” Ziel balik menatap Adryan yang duduk si sudut lain. Ia sungguh merasa tidak enak.

“Yaa.. emm.. yaa.. tidak apa kok.. setidaknya aku ingin keadaan cepat kembali seperti semula.. hehe..” Adryan meneguk lagi es kopi pahit di gelasnya. Terasa getir seperti kenyataan.

“yang sabar ya Ziel.. setelah ini semua selesai, nama mu pasti akan bersih kembali..”

“yah, kurang lebih itulah yang ingin aku sampaikan pada kalian.. tolong.. tolong temukan Silverstream.. tolong bantu kami memperbaiki semua kekacauan ini.. aku tau aku tak pantas memohon tapi.. tapi.. harus kepada siapa lagi aku meminta bantuan…” air mata Ziel mulai berjatuhan. Nathanael yang duduk disampingnya pun merangkul punggung Ziel dengan sayapnya.

“iya.. iya.. tenanglah.. kami mengerti..”

“tentu saja.. apapun akan kami lakukan demi mengembalikan kedamaian Arc Chaestra.. juga demi Erick..” Peter berdiri, bersemangat. Terdengar suara denting dari aksesori perak yang Ia kenakan.

“Woo.. yeahh...!!! masalah, kami datang~” Adryan, girang dengan wajah datarnya.

Ryota, dalam diam menatap satu per satu temannya. Peter si penuh semangat, Adryan si iseng, Nathanael dengan wujud cemerlangnya, Andrew dengan tingkahnya yang manis, Damian si teguh dan Cyrus sang pemegang anugrah rembulan yang berlawanan dengan dirinya, si pendeta Rubah matahari.

Persahabatan kita akan makin kuat, lagi dan lagi. Aku yakin karena sudah tau itu..