webnovel

Kenangan Terpahit.

Di pagi hari, aku terbangun dari tidur. Lalu aku membuka gorden dari jendela penginapan. Ketika aku membukanya, wajahku diterpa oleh cahaya mentari pagi yang hangat. Sekarang, sudah saatnya untuk bekerja.

Aku keluar dari penginapan, lalu aku pergi ke rumah makan untuk sarapan. Setelah sarapan, aku ke guild petualang. Hari ini adalah hari Jumat.

Pasti akan ada banyak quest yang tersedia untuk para petualang di kota ini.

Ketika aku memasuki guild, aku berjalan ke sisi kiri. Lalu aku berhenti di depan sebuah batu kristal ungu besar, yang terpasang di atas sebuah pilar batu setinggi 140 cm. Lalu aku menempelkan tanganku di sana.

Oh iya, itu adalah batu apraisal. Batu ini dapat menganalisis stats seseorang, lalu menampilkannya dalam bentuk digital. Batu Apraisal dapat menganalisis stats seseorang dari yang berlevel 1 sampai level 100. Kuharap aku naik level setelah sekian lama bertarung mati-matian.

Batu Apraisal mulai menunjukkan stats ku. Dan stats ku adalah...

______________________________________

(Level 6)

Nama: Arde.

Umur: 17 tahun.

Ras: Manusia

Pekerjaan: Petualang (kelas D)

HP: 70

MP: 30

SP: 50

Serangan: 28

Daya tahan: 60

Skill: Tidak ada.

______________________________________

Ah, kenapa hanya meningkat satu level saja? Perkembanganku terlalu lambat. Padahal aku sudah berlatih dan berjuang selama bertahun-tahun.

Tapi, hanya segini yang kudapat?!

"Sampah."

Aku meninggalkan batu Apraisal, dan berjalan menuju ke meja resepsionis. Kemudian, Aku sampai di depan meja resepsionis dan menghadap pada seorang resepsionis wanita. Oh, dia bukan Yumika. Resepsionis itu bukan Yumika, yang biasanya selalu di meja ini. Jadi, dimana Yumika? Apakah dia tidak bekerja hari ini?

"Halo tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanya si resepsionis wanita.

"Umm, aku ingin mengambil quest."

"Disini ada 56 Quest. 56 quest tersebut terdiri dari quest kelas F, sampai kelas S. Detailnya bisa anda lihat di sini."

Resepsionis itu memberiku sebuah tab digital. Tab itu menampilkan 56 quest dengan beragam kelas. Aku menggeser layar dengan jariku, dan mencari quest yang cocok untukku. Setelah mencari, aku menemukan satu quest yang meyakinkan. Quest kelas D, memburu tree man yang meresahkan, di desa Fcihyn. Aku akan segera mengambil quest ini. Quest ini bisa dikerjakan secara individu. Bayarannya adalah 8 koin perak.

"Nona, aku ingin mengambil quest ini." Kataku sambil menunjuk pada quest di layar tab.

"Oh, quest memburu tree man. Apakah Anda yakin?"

"Ya. Saya yakin."

"Baik, kalau Anda yakin."

Resepsionis mulai meletakkan tabnya di laci, lalu dia mengetik keyboard komputer nya. Tak lama kemudian, sebuah kertas muncul perlahan-lahan dari kotak printer yang ada di samping komputer. Resepsionis mengambil kertas itu dan memberinya padaku.

"Tolong nantinya anda serahkan proposal ini kepada kepala desa Fcihyn. Setelah itu anda dapat mengerjakan Quest anda di desa itu."

"Baik." Kataku, sambil menerima kertas proposal, dan meletakkannya di dalam tasku.

"Oh iya, kalau boleh bertanya, apakah anda kenal Yumika?" Tanyaku pada Resepsionis.

"Saya? Ya, saya adalah temannya Yumika. Memangnya ada apa?" Kata resepsionis dengan wajah penasaran.

"Apakah Yumika tidak berangkat kerja?" Tanyaku.

"Yumika telah keluar dari pekerjaannya kemarin."

Apa?! Keluar? Bagaimana bisa?

"Umm, kenapa dia keluar?"

Aku bertanya lagi.

"Dia punya alasan tersendiri, yang tak bisa ku ceritakan. Dan kenapa anda bertanya tentang Yumika?"

"Oh, tidak ada apa-apa. Kalau begitu saya pergi dulu, selamat tinggal."

Aku langsung meninggalkan meja resepsionis, dan berjalan menuju ke pintu depan guild. Aku melangkah sedikit cepat. Aku sedikit terkejut dengan keluarnya Yumika. Padahal, aku ingin... Ah, siapa peduli. Aku tak mau lagi masa lalu itu terulang.

Aku berhenti memikirkan Yumika, dan lanjut fokus berjalan ke pintu depan. Aku melangkah, melalui para petualang lainnya yang sedang duduk di kursi mereka. Beberapa diantaranya memandangiku dengan tatapan jijik dan merendahkan. Ada juga yang menertawai ku diam-diam.

Namun aku tak peduli, dan tetap melangkah ke depan. Ketika aku sampai di pintu depan, dan hampir keluar dari guild, aku berpapasan dengan sekelompok party petualang dengan enam anggota. Dua perempuan cantik dan empat lelaki berbadan kekar. Dan mereka adalah.... Oh, S-Sial... Jangan... Mereka lagi....

"Wah wah wah, ini tak terduga. Kita bertemu lagi dengan pecundang ini!" Kata salah satu lelaki, yang memiliki badan kekar, rambut pirang, kulit gelap, dan memakai armor kulit.

Dia tertawa kecil, sambil menunjukkan tatapan merendahkan padaku. Anggota party lainnya juga melakukan hal yang sama, mereka semua... Akan mulai merundungku.

"Ternyata selama ini kau sembunyi di tempat ini huh." Kata lelaki berkulit putih, berambut cokelat, dan sedikit berjanggut.

"Hahaha, kau takut sekarang? Atau kau marah? Atau, kau ingin menangis? Hahaha!! Pecundang!!" Kata lelaki berambut pirang panjang, berkulit putih, memakai ikat kepala merah di dahinya, dan kedua telinga bertindik. Pakaian yang dikenakannya berupa armor besi half-plate yang melindungi dada dan punggungnya.

"Kau tak bisa melakukan apapun Arde, pecundang paling menyedihkan." Kata lelaki dengan badan yang paling tinggi, berwajah oval, berkulit gelap, dan botak. Dia tersenyum jahat, seraya memperlihatkan gigi-giginya yang jarang.

Untuk yang perempuan, yang satu memiliki paras cantik, berkulit kuning langsat, berambut pirang yang diikat ke belakang, dan memakai jubah pemanah berwarna hijau, dilengkapi dengan armor kulit ringan.

Dia membawa busur dan satu tabung kayu anak panah di belakang punggungnya. Dia hanya tersenyum sinis, padaku. Tatapannya sama seperti ratu yang melihat budak rendahan.

Dan perempuan yang satunya lagi....

Dia memiliki memiliki wajah oval, berparas cantik, berambut hitam lurus yang panjang, dan memiliki bibir yang tipis. Dia memakai jubah penyihir berwarna ungu, dengan desain cantik, disertai dengan beberapa aksesoris yang membuatnya tampak lebih menawan. Kedua tangannya memegang tongkat sihir yang ujungnya terdapat kristal sihir biru tua. Dia adalah....

"Ohh, lama tak bertemu Arde. Bagaimana kabarmu?"

Perempuan penyihir itu bertanya padaku, dengan memainkan nada bicaranya.

"Minggir. Aku punya urusan penting yang harus kukerjakan." Kataku, sambil mengabaikan perempuan itu, dan mencoba menerobos mereka.

Namun lelaki berambut pirang dengan kulit gelap mencengkram mantelku, lalu melemparku kembali ke tengah loby guild. Badanku yang terlempar melayang beberapa saat, hingga menghantam permukaan lantai loby guild. Aku merasakan sedikit sakit pada punggung, dan kepalaku. Aku mencoba bangun, kulihat, ada banyak petualang yang menatapku, dan memberikan berbagai macam ekspresi.

Ada yang tertawa, ada yang terkejut, ada yang merasa senang, ada juga yang merasa kasihan. Namun kebanyakan dari mereka adalah, yang menertawai dan merendahkan diriku.

"Hey, apa yang dia lakukan!"

"Diamlah, pecundang itu pantas mendapatkannya!!"

"Dia adalah pembawa masalah."

"Hahahaha!!"

"Pecundang!"

"Pecundang!!"

"Pecundang!!!"

Mereka semua menertawai dan mencemoohku. Aku dipermalukan didepan banyak orang oleh keenam bajingan itu. Kenapa, ini harus terjadi padaku? Kenapa, aku selalu seperti ini? Apakah aku hidup untuk direndahkan?

"Hahahaha!!! Arde, lihatlah! Kau dipermalukan didepan umum!! Sekarang, hidupmu yang bertahun-tahun damai telah berakhir!!! Bagaimana rasanya hah?! Kau mau menangis seperti bayi?! Hahahaha!!!!" Kata pria berambut pirang dengan kulit gelap.

"Yuga, perkataanmu kurang menyakitkan. Serahkan padaku.

Arde sayang... Kau adalah pecundang terburuk, terendah yang kukenal. Dan aku yakin kau adalah anak yang dilahirkan oleh pelacur kotor, lalu dibuang ditempat sampah, dan diasuh oleh gerombolan tikus dan kecoa, hahahaha!!! Kembali lah ke liang kubur ibumu dan menyusu padanya seperti bayi huuu, hahaha!!!" Kata perempuan penyihir cantik berambut hitam.

Dasar j*lang, itu berlebihan. dia sungguh berlebihan! Aku ingin membunuhnya... namun... aku terlalu lemah untuk melakukannya... Aku hanya bisa diam mematung, membiarkan harga diriku diinjak-injak.

"Wah, Neyla, sepertinya dia sakit hati karena ucapanmu."

"Neyla memang hebat!"

Mereka semua masih lanjut mencemoohku didepan banyak orang. Hatiku sakit sekali. Oh, aku belum memberi tahu siapa mereka. Mereka adalah, party permata hitam, party petualang kelas A, yang saat ini cukup populer. Dan gadis penyihir berambut hitam yang bernama Neyla itu adalah.... Mantan kekasihku, yang menghianatiku.

.

..

...

....

.....

...

....

. Flash back masa lalu

Ini adalah kisah masa laluku. Berawal ketika aku berusia 10 tahun, Awalnya aku adalah seorang pangeran di sebuah kerajaan kecil bernama Czechlavia, yang terletak di barat laut benua Tauriziei. Namaku dulu bukanlah Arde, Arde adalah nama baruku yang kupakai sampai sekarang. Kalgallus Aaron Czechlavia, adalah namaku dulu.

Aku punya dua orang kakak lelaki, yang satu berumur 18 tahun dan yang satu berumur 16 tahun. dan aku juga punya satu adik perempuan yang masih berumur 1 tahun.

Kami hidup sebagai keluarga Kerajaan yang bahagia, meski terkadang juga ada masalah. Kedua kakak lelaki ku sangat baik padaku, dan orang lain. Mereka berdua suka menolong rakyat jelata yang tak mampu. Untuk adik perempuanku, hanya ada satu kata. Yaitu, imut!!

Dia adalah balita yang menggemaskan. Aku sangat menyayanginya.

Lalu ada juga ibuku. Dia adalah ibu yang baik hati dan penyayang. Dia juga merupakan ratu, yang selalu mendampingi ayah, sang raja disisinya. Ibu mengajarkanku banyak hal, termasuk tentang kasih sayang, empati, dan lainnya.

Untuk ayah, dia adalah seorang raja yang bijaksana dan cerdas. Segala keputusan yang dia buat selalu benar. Dan rakyat pun selalu mendukungnya. Ayah mengajariku untuk menjadi cerdas, kuat, dan hebat sebagaimana seorang raja. Dan karena itulah dulunya aku sangat mengagumi ayahku.

Semuanya berjalan bahagia, sampai suatu hari, pasukan iblis menginvasi kerajaan kami. Semua pasukan kami dikalahkan, dan penduduk kerajaan dibantai sampai habis. Lalu aku, ibu, ayah, kedua kakakku, dan adikku ditahan di sebuah penjara bawah Tanah oleh para iblis.

Di keesokan harinya, kami di keluarkan dari penjara. Lalu di suruh untuk berlutut di alun-alun. Kemudian iblis algojo siap untuk melakukan eksekusi pada kami.

Eksekusi dimulai dari ayah. Dia dieksekusi dengan cara di penggal. Lalu kepalanya dijadikan makanan monster. Kedua kakak lelaki ku, mereka dieksekusi dengan cara dibakar hidup-hidup sampai menjadi abu. Kemudian abu dari jasad mereka dihamburkan di udara dan bertabur dimana-mana bagaikan hujan.

Kemudian... Adikku.

"Kiara!!!!"

Ibuku meneriakkan nama adikku.

Namun tak ada gunanya. Kiara, adikku... Dieksekusi dengan cara yang tidak manusiawi. Dia... Direbus hidup-hidup Lalu dijadikan makanan penutup oleh raja iblis. Aku dan ibu yang melihat itu... Hanya bisa menangis dan syok. Adikku yang lucu, mati dengan cara yang kejam.

Kemudian giliran ku. Iblis algojo menyiapkan sebuah kapak, dan akan melakukan eksekusi padaku. Aku hanya bisa menangis, merengek, dan memandangi ibuku yang juga melakukan hal yang sama sepertiku.

Namun hal tak terduga terjadi. Ibuku, mengarahkan tangannya padaku. Kemudian, sebuah lingkaran sihir terbentuk dibawah kakiku. Dan partikel-partikel cahaya biru beterbangan mengelilingiku.

"Kal, tetaplah hidup. Aku tak akan memaafkanmu kalau kau menyusul kami terlalu cepat. Itu karena.... ibu menyayangimu, Kal. Carilah kebahagiaan baru, tanpa kami." Kata ibu, sambil tersenyum dengan air mata berlinang.

Setelah itu, pandanganku menjadi silau. Seluruh badanku tertutup cahaya biru. Badanku seperti tertarik keatas oleh gaya misterius. Dan tak lama kemudian, aku mendapati diriku, berpindah tempat di sebuah hutan yang tak kukenal. Ibu membuatku berteleportasi ke hutan ini. Tapi, bukankah seharusnya ibu tak bisa menggunakan sihir?

Aku melihat sekelilingku, kemudian aku menemui sebuah kalung perak, dengan permata merah yang hancur.

Itu... Adalah hadiah ulang tahun yang diberikan oleh ibu. Jangan-jangan, kalung itu... Yang membuatku berteleportasi? Itu bukan kalung biasa, melainkan sebuah alat sihir?

"Ibu..."

Aku bangun, dan mulai berjalan kedepan.

"Ayah..."

Aku tersandung dan jatuh. Kemudian, aku bangun lagi dan kembali berjalan dengan lemah.

"Kakak..."

Air mataku berlinang membasahi pipi, dan jatuh menetesi bumi. Aku mulai menangis terisak-isak. Berjalan tanpa tujuan, sambil diselimuti kesedihan mendalam.

"Adik..."

Aku mencoba membendung tangisanku. Namun aku tak bisa melakukannya. Dadaku terasa perih, pikiranku kacau, dan jiwaku terasa seperti pecah berkeping-keping, mengingat apa yang telah terjadi barusan. Aku telah kehilangan mereka yang kusayangi. Dunia ini memang tak adil!!

"Graaaaaaah!!!!"

Aku berteriak sekuat tenaga, sampai tenggorokanku terasa sakit. Lalu aku berlutut dan menatap tanah, membiarkan air mataku menetes. Aku memukuli tanah dengan tangan kecilku yang lemah. Tak peduli seberapa sakitnya ini, aku terus memukul tanah sembari berteriak dengan menyedihkan. Semenjak saat itu, aku berjanji akan membalas semua perbuatan yang dilakukan oleh iblis itu.

"Grrr..."

Aku mendengar suara geraman. Kucoba melihat ke berbagai arah untuk mencari sumber suara. Namun aku tak menemukan apapun. Karena ketakutan, aku mulai berdiri, dan mulai berlari secepat mungkin. Dari belakang, aku merasa seperti ada sesuatu yang mengejarku. Aku menambah kecepatanku, namun aku malah tersandung dan jatuh.

"Aargh!!"

Dada, perut, dagu, dan kakiku terasa sakit. Lutut dan dagu ku berdarah karena terjatuh tadi. Aku merintih kesakitan, dan tak berdaya. Aku melihat belakangku, dan kulihat, ada seekor serigala berbadan besar yang siap menerkam ku. Serigala itu terlihat menakutkan. Apakah aku akan berakhir disini?

"Grrroaaar!!"

Serigala itu mulai melesat kearahku, dan dia akan menerkamku dengan gigi-giginya yang tajam. Namun, sebelum itu terjadi, sebuah pedang menancap pada leher serigala, dan membuatnya tewas seketika.

"A-Apa yang terjadi?" Kataku.

Tak lama kemudian, seseorang muncul dari semak-semak hutan. Lalu dia mendekatiku. Dia adalah seorang pria usia 40 tahunan, yang memiliki badan yang tak terlalu tinggi, namun juga tak terlalu pendek, berkulit putih, berambut hitam, memiliki janggut yang jarang, bermata perak, dan bermata agak lebar. Dia memakai armor kulit yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali kepala.

Ketika pria itu sampai di depanku, dia

Dia terdiam beberapa saat dengan wajah khawatir. Lalu dia memeriksa luka ku, dan menyembuhkannya dengan sihir penyembuhan. Setelah beberapa detik, semua luka dan rasa sakit ku menghilang.

"Syukurlah, lukamu tidak parah. Dan, siapa namamu nak? Dari mana asalmu? Bagaimana bisa kau berada di tengah hutan ini sendirian?"

Pria itu bertanya dengan penasaran dan sedikit curiga. Lalu, aku menjelaskan semuanya, tentang siapa aku, darimana aku, dan alasan aku bisa ada di hutan ini. Pria itu seketika langsung terkejut sekaligus merinding dengan apa yang ku ceritakan.

"I-Itu... Mengerikan. Kasihan sekali, seorang pangeran kecil yang kehilangan segalanya... Karena para iblis. Aku tak bisa membayangkan, betapa... Mengerikannya itu..."

Kemudian pria itu menghela nafas. Dan dia tersenyum padaku.

"Namaku adalah Pando, mantan penyihir kerajaan yang hidup di hutan ini. Mulai sekarang, aku akan merawatmu, Kalgallus."

"Pando, t-terima kasih."

Akhirnya aku diselamatkan oleh pria bernama Pando. Dan dirawat olehnya. Dia membawaku ke rumahnya, dan langsung menyuruhku untuk istirahat. Rumahnya kecil, dan sederhana. Namun disini aku merasa sangat aman.

Pando tak hanya merawatku, namun dia juga mengajariku banyak hal. Aku diajari cara berburu, berkebun, memasak, bertahan hidup di hutan, memanah, dan juga seni pedang dan sihir. Aku bisa mempelajari semuanya dengan lancar, kecuali seni pedang dan sihir. Aku sangat kesulitan dalam mengayunkan pedang, dan juga sulit menggunakan sihir. Entah karena tak berbakat, atau karena memang butuh waktu yang lama bagiku untuk menguasainya.

Empat tahun berlalu, aku tumbuh menjadi remaja yang sedikit lebih tinggi, berpengetahuan, dan tampan. Namun seluruh badanku terdapat banyak bekas luka, karena latihan dan pertarungan yang kulalui melawan monster di hutan. Sihir dan seni bela diriku juga lambat berkembang, dan itu membuatku kecewa. Namun, Pando tak mempermasalahkannya. Yang jadi masalah adalah... Pando jatuh sakit. Dia terkena penyakit misterius, yang membuatnya demam tinggi dan batuk berdarah. Aku mencoba mengundang banyak tabib terbaik untuk menyembuhkannya, namun mereka tak bisa melakukan apapun. Pada akhirnya, Pando meninggal. Karena meninggalnya Pando, aku diliputi oleh kesedihan mendalam. Dan aku hidup dalam kesendirian.

Setelah itu, aku memutuskan untuk berpetualang ke dunia luar. Petualangan ku tidak mudah.... Aku harus menghadapi monster, penjahat, Medan yang keras, cuaca buruk, dan lainnya, yang hampir merenggut nyawa ku. Kemudian, aku sampai di ibukota kerajaan sihir. Namanya adalah Dvalgirz. Disini, aku mendaftar menjadi petualang resmi. Namun aku kesulitan untuk bergabung dengan satu party. Dan beruntungnya, ada satu orang penyihir yang ingin membentuk party bersamaku. Dia adalah Neyla. Neyla adalah gadis penyihir cantik dan menawan. Pada pandangan pertama, aku langsung jatuh cinta padanya.

Kemudian, kami membentuk party yang hanya berisi dua orang. Kami berpetualang bersama selama 2 tahun, hingga akhirnya kami naik tingkat, dari yang awalnya petualang kelas F menjadi kelas D. Selama itu juga, perasaan kami tumbuh, dan kami mulai menjadi sepasang kekasih.

Namun.... Tak lama kemudian, aku mendapati Neyla yang menghianatiku. Ketika aku masuk ke kamar penginapan dan akan memberinya kejutan ulang tahunnya, dia malah bersetubuh dengan pria lain. Bahkan setelah ketahuan, dia tetap melanjutkannya bersama Pria itu. Yah, pria itu adalah Yuga.

Aku dengan amarah memuncak mencoba untuk menghajarnya. Namun dia malah menghajarku balik sampai pingsan. Dan setelah aku sadar, aku melihat hal yang lebih mengerikan. Aku dalam keadaan terikat, melihat Neyla berhubungan badan dengan empat pria sekaligus. Aku tak bisa melepaskan diri, dan terpaksa harus melihat hal menjijikan itu. Ditambah lagi Neyla dan keempat b*jingan itu melakukannya sambil menghinaku. Hatiku sangat hancur, dan aku hanya bisa diam dalam amarah, juga meneteskan air mata.

Setelah semuanya selesai, mereka menghajarku lagi, dan membuangku ke sungai. Lalu, Aku secara resmi keluar dari party, dan menjadi petualang solo.

Penderitaan ku tak hanya sampai di situ. Mereka sengaja membuatku selalu gagal mengerjakan Quest, hingga reputasiku di kenal buruk di kota Dvalgirz. Kemudian aku dikenal sebagai pecundang nomor satu, dan aku selalu di rundung oleh banyak petualang, bahkan warga kota juga. Akhirnya aku pindah ke kota Belves, dan hidupku sedikit lebih baik. Kekurangannya adalah.... Aku hidup dalam kesendirian. Semua menjadi suram dan hampa.

Flash Back Selesai.

Sekarang, aku malah kembali hidup lebih sengsara karena kelima makhluk itu datang. Mereka masih terus mempermalukan ku didepan banyak orang.

"Woy!! Kenapa malah diam!! Menangislah pecundang hahahaha!!"

Kata Yuga.

"Arde, aku suka melihatmu menderita seperti ini. Aku ingin melihatmu lebih menderita lagi!!" Kata Neyla sambil menyeringai.

Sialan, si l*cur ini! Dan para b*jingan ini... Aku harus pergi dari sini. Aku tak mau terus-terusan dihina!

Aku dengan cepat bangun, mencari celah, lalu berlari keluar dari guild petualang. Aku terus berlari sampai aku berjarak 50 meter darinya. Setelah itu, aku berjalan kaki.

Kejadian tadi membuat rasa benci ku pada mereka membludak. Andai aku kuat, aku akan menyiksa mereka dengan kejam, sampai mati! Tapi nyatanya aku sangat lemah. Bahkan levelku hanya 6 saja. Sedangkan banyak dari mereka yang levelnya 25 keatas.

"Fyuuh."

Aku menghela nafas, dan berusaha menenangkan pikiran. Namun amarah dan rasa benci ku tak bisa hilang. Aku mencoba mengabaikan segalanya dengan lanjut berjalan untuk mencari kereta sihir, dan pergi ke desa Fcihyn untuk menyelesaikan Quest ku. Kuharap mereka tak mengacaukan pekerjaan ku lagi.

                    Bersambung.