"Dasar anak tidak tahu diri, malam-malam bukannya nyiapin makanan ini malah pergi keluyuran tidak jelas, apalagi sama laki-laki. Mau jadi apa kau nantinya, hah? Jadi wanita penghibur?" murka Deborah, menatapa Metha yang terduduk di lantai dengan tatapan nyalang.
Kedua lubang hidungnya tampak kembang kempis, dadanya tampak naik turun, dan wajahnya pun sudah tampak memereha bak tomat buruk, memberikan sebuah penjelasan jika dirinya tengah emosi yang sudah menjadi dan brarda di ujung tanduk.
Metah terus saja menangis dengan sebelah tangan yang memegangi perutnya. Ia sudah tidak mampu lagi berkata-kata akibat tidak tahan dengan perlakuan kejam Deborah kepada dirinya.
"Ke mana mulutmu, Metha? Apakah kau sudah bisu?" teriak Deborah lagi begitu melengking bak petir yang menyambar bumi tanpa ada hujan atau badai.
Metha beringsut meringkuk. Teriakan yang dihasilkan dari mulut ibu tirinya benar-benar menusuk tajam, merobek kedua gendang telinganya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com