Dari kejauhan Sukma melihat Yani keluar dari kamarnya, emosinya lantas tersulut karena melihat kejadian itu.
"Yani? Sudah ngapain dia sama mas Bagas?" batin Sukma.
Usai Yani masuk ke rumahnya, Sukma langsung masuk ke kamar kontrakan. Disana terlihat Bagas yang lemas dan seolah masih belum bisa menerima.
"Mas, kamu habis ngapain sama Yani?"
"Aku..."
"Istri kerja tapi kamu malah main gila sama wanita lain, enak benar hidup kamu mas?"
"Apa bedanya dengan kamu, bukannya kamu sudah sering menikmati tubuh orang lain selain aku. Aku dan Yani gak melakukan apa-apa, tapi kamu mungkin setiap hari melakukannya."
"Tapi aku melakukan itu semua atas persetujuan kamu mas, coba dulu kamu tidak sampai merelakan aku untuk dinikmati oleh Toto. Mungkin..."
"Mungkin apa? Mungkin kamu akan mencari pria lain selain Toto.
Perdebatan antara Sukma dan Bagas jelas di dengar oleh Yani yang ada di kamar sebelah, Yani masih tak habis pikir jadi pria yang di maksud Wahyu adalah pak Toto.
Yani yang muak akan pertengkaran mereka berdua segera masuk ke kontrakan Sukma.
"Maaf mbak Sukma, saya tidak bermaksud untuk bermain gila dengan mas Bagas. Tapi tadi mas Bagas hendak memerkosa saya, hanya saja kelamin mas Bagas gak bisa bangun."
"Astaga, mas kamu itu harus sadar diri kalau kamu sudah mengalami impotensi!" ujar Sukma kepada Bagas.
"Ta..Tapi aku merasakan hal lain ketika tadi Yani mandi di kamar mandi, aku merasa kalau kemaluan ku hendak bangun."
"Mana buktinya?" tanya Yani sambil melihat Bagas yang tidak memakai pakaian.
Sukma kemudian mengusir Yani, dia merasa Yani tidak seharusnya ikut dalam permasalahan mereka berdua.
"Jangan sampai aku beri tahu kalau kamu sudah berselingkuh dengan Wahyu!" bisik Sukma.
Terasa tersambar petir tak kala Yani mendengar apa yang dikatakan oleh Sukma, saking emosinya Yani langsung menuju Kontrakan Wahyu.
"Mas?"
"Kenapa mbak?"
Yani berlari dan memeluk Wahyu sambil menangis.
"kamu kenapa mbak?"
"Mbak Sukma."
"Kenapa sama mbak Sukma?"
"Dia sudah mengetahui perselingkuhan kita mas."
Wahyu menghela nafas dan meyakinkan Yani kalau dia akan bisa memberi solusi terhadap masalah ini.
"Nanti mas yang akan bicara sama mbak Sukma agar tidak banyak bicara terhadap hal ini."
"Tapi aku takut dia lapor kepada mas Iwan."
"Mas akan mengurusnya." ujar Wahyu dengan senyuman licik.
Sedang asyik-asyiknya Yani dan Wahyu berpelukan tiba-tiba saja datang orang yang membuat mereka berdua kaget setengah mati.
"Mbak Yani? mas Wahyu? Kalian?"
"Rani?" tanya Wahyu.
Rani tersenyum dan rupanya dia datang dengan membawa seorang pria lain, perawakannya sangat menyeramkan bagi Yani. Tubuhnya hampir dipenuhi bulu dan perutnya terlihat buncit.
"Kamu mau ya mbak tidur sama laki-laki jorok macam mas Wahyu, gak malu tuh sama kerudung dan sekolah pesantren?"
"Hati-hati kalau kamu ngomong Rani!" bentak Wahyu.
"Kamu harus tahu ya mbak, dia itu mandi seminggu sekali. Aku tuh sudah gak pernah tidur bareng sama dia, bisa-bisa aku jadi ikutan bau."
"Apa dia sejorok itu Ran?"
"Iya mas Teddy, makanya aku mau minta cerai dari dia."
Yani dan Wahyu akhirnya tahu kalau pria yang datang bersama Rani itu bernama Teddy, Yani memandang aneh kepada Teddy. Bulu yang tumbuh hampir di seluruh bagian tubuhnya seolah merangsang Yani, ingin sekali dia merasakan gesekan penuh bulu tepat pada payudaranya yang masih ranum.
Wahyu dalam kesakitannya mencoba meyakinkan Rani untuk tidak pergi dari hidupnya, tapi Rani sudah muak dengan Wahyu yang bisa dibilang orang yang selalu memanfaatkan orang lain. Maka Rani pun pergi bersama Teddy dan meninggalkan Yani dan Wahyu.
"Aku pergi dulu mas."
"Kamu jangan mencoba pergi dari aku Yan, kita sudah terlalu jauh melakukan ini semua. Apa kamu mau aku memberitahu kepada Iwan kalau kita sudah bersetubuh bahkan lebih dari satu kali."
"Aku mohon jangan mas."
"Kalau begitu kamu urus aku seperti biasa, kamu layani aku seperti biasa juga."
Menyesal rasanya Yani telah terjebak dalam perangkap Wahyu, kini dia harus mencari cara untuk bisa lepas dari jerat Wahyu yang bisa dibilang sangat sulit untuk dilepaskan.
"Aku mau menyimpan piring dulu mas."
"Kemarilah sebentar!"
Yani mendekat dan dia tampak syok tak kala Wahyu mengajaknya untuk berciuman, kini Yani sudah tidak memiliki gairah akan Wahyu. Mulut bau Wahyu seolah membuatnya ingin muntah ketika berciuman.
"Kamu kenapa? Biasanya kamu sangat semangat kalau ciuman sama aku."
"Aku..."
Belum sempat menjawab bongkahan pantat Yani langsung di remas oleh Wahyu yang sangat bernafsu, tiba-tiba saja dia ingat akan Laras.
"Ya, mbak Laras mungkin bisa membantu aku." batin Yani.
Dengan sekuat tenaga Yani melepaskan rangkulan Wahyu, karena Wahyu sulit bergerak maka dia hanya bisa diam di tempat tidur.
"Ayo Yan, aku belum selesai nih. Kamu lihat barang punyaku sudah tegak gini!"
"Aku mau cuci piring dulu mas."
"Yani!" teriak Wahyu.
Tapi Yani enggan menggubris dan tetap pergi menuju rumah kontrakannya.
Sesaat dia sebelum pergi, dia melihat kalau dari arah jendela kontrakan Laras tengah memperhatikannya.
----
"Oh Tuhan, kenapa aku jadi seperti ini?"
Bagas nampak meratapi nasibnya yang sudah bodoh sampai membiarkan Sukma dinikmati oleh Toto selama ini, belum lagi dia mengurus anak Toto dan Sukma.
"Mas, begini saja. Apa mas Bagas rela melepaskan aku untuk mas Toto?"
Pertanyaan Sukma jelas menghancurkan perasaan Bagas sepenuhnya, dia merasa kini Sukma akan meninggalkannya.
"Maksud kamu apa?"
"Mas, Gilang itu anak aku dan mas Toto. Selama ini juga aku selalu melakukan hubungan badan dengannya, aku tidak bisa munafik kalau aku juga menikmatinya."
"Ta..tapi.."
"Mungkin kalau dulu kamu gak membiarkan aku melakukannya dengan mas Toto, aku akan tetap setia sama kamu mas. Alasan aku mempertahankan hubungan kita ini karena perjuangan kamu dari nol bersama aku."
"Bila kamu lebih memilih Toto, maka aku akan melepaskan kamu. Aku juga tidak mau kalau menjadi penghalang asmara antara kamu dan Toto."
Tiba-tiba saja Sukma memeluk Bagas dari belakang, dia meneteskan air mata karena sudah terlalu jauh dari perjanjian dulu.
"Maafkan aku mas."
Perlahan Bagas melepaskan pelukan Sukma, dia juga tidak bisa membiasakan dirinya terlalu terluka akibat perbuatannya sendiri.
"Aku harap kamu jaga Gilang sebaik aku, semoga kamu bisa lebih bahagia bersama Toto."
"Mas Bagas, kamu tetap ada di hatiku."
Akhirnya dengan berat hati Bagas melepaskan Sukma untuk bersama Toto, sementara itu Yani mengalami muntah-muntah di kamarnya. Dia merasa badannya kurang nyaman belakangan ini, satu hal yang Yani pikirkan adalah dirinya hamil. Dia ingin memulai kembali bersama Iwan, dia merasa tidak seharusnya hamil disaat seperti ini.
Bersambung