Murid di dalam kelas itu terus mengoceh tanpa henti membuat telinga Echa malas mendengar nya. Dengan sifat dingin nya, Echa berdiri dan melangkah pergi, ia dengan sengaja menabrak Laura yang mencoba menghadang jalan nya, hingga membuat gadis itu terjatuh.
"Berani nya kamu menabrak ku." teriak Laura kesal, sembari bangkit, dan melayangkan tamparan keras di pipi Echa.
Echa yang merasakan panas akibat tamparan itu hanya tersenyum miring, yang pasti nya menambah keangkuhan dari ekspresi wajah nya yang dingin. Dan hal itu membuat Laura semakin kesal dengan tingkah Echa yang acuh tak acuh.
"Kau masih saja sombong, ngaca, lihat dirimu sekarang, kamu sekarang sudah tidak sekaya dulu, kamu hanyalah seorang siswi rendahan yang menjual tubuh mu sama Om Om kaya untuk bertahan hidup." Lanjut gadis itu terus merendahkan Echa.
"Siapa yang kau sebut itu ?" Ujar seorang pemuda yang juga berasal dari kelas itu, ia baru datang dan menyaksikan keributan di kelas nya.
"Alfaro datang, ini saat nya yang tepat untuk membuat dia membenci Echa," bisik Riska pada Laura.
"Al, asal kamu tau aja, di kelas kita ini ada seorang Pelac*r. Kamu masih mau belain dia setelah tau semua ini ?" ujar Laura sembari bergelayut centil pada pemuda bernama Alfaro itu.
"Apakah ada buktinya bahwa Echa melakukan hal seperti itu ?" Alfaro meminta bukti pada mereka yang menuduh Echa se enak nya.
"Kami semua melihat dia sekolah di antar dan di jemput sama Om Om,"
"Om Om siapa yang kamu maksud ?"
"Gak tau, pokok nya dia terlihat kaya,"
"Ya benar. Dia juga terlihat tampan bak seorang pangeran, waktu itu aku melihat jelas, karena dia menanyakan Echa padaku, aduuuh wajah nya benar-benar sempurna," kata Riska yang kini malah terbayang-bayang dan terposona mengingat kesempurnaan pria itu.
"Heh Riska, kamu kok malah terpesona sama Om Om itu juga sih ?" bentak Liora kesal.
"Eh maaf. Tapi beneran, Om Om itu sangat tampan dan mempesona, aduuuh aku sampek lupa diri hehe. Maaf." ujar Riska cengengesan.
"Apa yang kalian maksud itu adalah dia ?" ucap Alfaro sembari memperlihatkan sebuah foto di layar ponsel nya kepada siswa yang berada di kelas tersebut.
"Kamu kenal dia ? Bagaimana bisa kamu memiliki foto bersama nya ?" Riska terkejut bukan main.
"Tentu, dia sahabat Kakak ku, dan dia adalah Kakak tiri Echa. Apakah kalian tidak bisa sekali saja berhenti mengganggu nya ?" Alfaro menjelaskan pada teman sekelas nya, sembari memberi peringatan agar mereka tak lagi mengganggu gadis yang telah ia sukai dari dulu.
Mendengar penjelasan Alfaro, membuat seisi kelas saling menyalahkan, karena telah membuat rumor palsu.
Echa, yang mulai muak dengan semua nya, melangkah cepat dan pergi dari kelas tersebut.
"Jangan dengarkan apa yang mereka katakan, mereka terlalu pandai menilai orang lain, namun bodoh menilai diri sendiri," ujar Alfaro yang kini baru saja datang dan duduk tepat di samping Echa.
"Siapa kamu ?" ucap Echa santai. membuat Alfaro mati kutu, bagaimana bisa gadis itu tak mengenal nya, padahal mereka berada dalam satu kelas yang sama.
"You don't know me? I am Alfaro, your classmate, a guy is still in school. (Kamu tidak mengenalku ? Aku adalah Alfaro, teman sekelasmu, cowok tertampan di sekolah.)" ujar Alfaro dengan penuh percaya diri.
Karena tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan pemuda itu, Echa pun memilih untuk pergi menghindarinya.
"Kamu mau kemana ?" Alfaro menghentikan Echa yang kini hendak pergi, dengan mengcekal pergelangan tangan gadis itu.
"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan," Sergah Echa datar.
"Ah benar, aku lupa bahwa kamu adalah siswa paling bodoh di kelas. Aku kelepasan tadi menggunakan bahasa inggrisku," ujar Alfaro yang memang kelewat PD dan kelewat blak-blakan dalam berbicara.
"Paling bodoh ?" ucap Echa sembari tersenyum masam, menunjukkan bahwa dirinya sedikit kesal dengan sikap blak-blakan pemuda itu.
"Ah maaf. Mulutku memang sering begitu, aku orang nya terlalu jujur dalam berbicara," Alfaro berkata sembari menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Ngomong-ngomong, kamu kok suka sendirian ? Kamu tidak terlihat seperti gadis yang mudah di bully, kamu terlihat kuat, cantik, dan penampilan kamu juga rapi sama seperti mereka. Aku yakin jika kamu mau membuka diri, pasti banyak anak-anak yang ingin menjadi teman mu," lanjut Alfaro.
"Aku tidak butuh teman," jawab Echa datar.
"Bagaiman bisa ? Semua manusia butuh teman, kita tidak bisa hidup seorang diri di dunia ini,"
"Aku bisa, selama ini aku hidup seorang diri. Jadi berhentilah sok akrab padaku, karena aku tidak mengenalmu."
"Hahahaaa bagaimana mungkin, kamu, kamu. Ini pertama kalinya aku di tolak seorang gadis," ujar Alfaro sembari tertawa yang sebenar nya menahan rasa malu di benak nya.
"Hey, Echa, lihatlah aku, aku sempurna. Tidak ada rasa ingin dekatkan dirimu padaku ?" Alfaro mencengkram kedua pundak Echa, mata nya menatap wajah cantik gadis itu.
Mendengar kata-kata Alfaro, Echa menggelengkan kepala nya cepat, sembari mendorong Alfaro, melepaskan diri dari pemuda berwajah tampan ala kebaratan itu.
"Echa, aku akan jujur, sebenar nya dari awal aku sudah tertarik padamu, dan semakin kesini, aku semakin menyukaimu. Mungkin kamu tidak mengenalku, karena kamu pendiam dan menutup diri, tapi asal kamu tau, aku selalu memperhatikanmu diam-diam." Alfaro yang memiliki sifat blak-blakan, begitu mudah menyatakan perasaan yang selama ini ia pendam untuk gadis itu dengan penuh percaya diri.
"Aneh," Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Echa dengan nada nya yang datar tanpa ekspresi.
"Aneh ? Hey, bagaimana bisa kamu berkata seperti itu ?" ujar Al dengan wajah sedikit kecewa.
"Bagaimana tidak aneh, ini adalah kali pertama kita berbicara, dan kau dengan mudah nya mengatakan hal seperti itu, kau waras apa gimana ?" ujar Echa datar tanpa ekspresi seperti biasa nya.
"Menurutmu mungkin aneh, tapi menurutku itu tidak aneh. Karena aku sudah mengenalmu lebih dari setahun lama nya, kamu saja yang tidak pernah menyadari nya," ungkap Alfaro dengan wajah cemberut yang sengaja ia imut-imutin.
"Jika sudah tidak ada yang mau di bicarakan, aku pergi."
" Pergi ? Se cuek itukah kamu ? Echaa itu sangat menyakiti perasaanku,"
"Mau mu bagaimana ?"
"Sukai aku juga,"
"Aku tidak bisa."
"Kalau begitu mari berteman, kamu bisa membangun perlahan perasaan untukku,"
"Aku sudah nyaman sendiri,"
"Echa, kumohon," Alfaro merengek, ia menunjukkan sisi manja nya, yang membuat dirinya terlihat menggemaskan.
"Terserah," ujar Echa sembari melangkah meninggalkan Alfaro disana.
"Terserah ? Berarti kamu mau berteman denganku ?" Alfaro kegirangan, ia sangat senang, akhir nya ia bisa mendekati gadis pujaan nya, walaupun hanya sebagai teman.
To Be Continued...