Malam itu, terlihat Alfaro sedang merengek pada kakak nya, ia memaksa mengajak sang kakak untuk berkunjung ke rumah Nathan, bukan apa, ia kesana karena ingin melihat gadis itu, gadis idaman hatinya yang tadi siang sudah berhasil ia ajak bicara.
"Kakak, aku mohon, ayo ke rumah kak Nathan," ajak Alfaro pada Ricard kakak nya.
"Tumben kamu ngajakin kesana, ada apa ?" tanya Ricard yang merasa aneh dengan sikap adik nya.
"Aku ingin melihat gadis cantik itu, tau tidak kak, tadi siang aku berhasil mengajak nya bicara, aku ingin semakin akrab dengan nya, karena itu aku mengajak kakak untuk main ke rumah dia,"
"Maksud kamu adik si Nathan ? Tidak tidak, jangan dekati gadis itu," bantah Ricard, yang kini mengetahui bahwa gadis itu sebenar nya sudah dimiliki Nathan kakak tirinya sendiri.
"Apa maksudmu Kak ? Dulu kakak mendukungku, jika aku bersamanya, tapi kenapa sekarang kakak menentang nya ?"
"Kamu anak yang tampan, masih banyak gadis lain di luar sana, kencanilah siapapun yang kamu mau, asal jangan gadis itu, kakak tidak setuju."
"Kakak kok jadi jahat gitu, pokok nya aku gak perduli, mau kakak setuju atau tidak, aku akan tetap berusaha mendekatinya dan mendapatkan nya."
"Jangan keras kepala Al,"
Alfaro melangkah cepat keluar rumah, ia merasa kecewa dan kesal pada Kakak nya. Ini adalah pertama kalinya sang Kakak tidak menuruti kemauan nya.
Dengan sebuah motor, ia mengendarai nya dengan kecepetan tinggi menuju rumah sang gadis.
Di sebuah balkon kamar, terlihat seorang gadis cantik sedang duduk santai, mata nya menerawang jauh ke arah langit malam, angin menerpa dirinya, membuat rambut panjang nya beterbangan. Fikiran nya melayang jauh, mengingat masa kecil nya yang bahagia bersama kedua orang tua nya.
"Mama, Papa, Echa merindukan kalian," kata itu terlontar begitu saja, di iringi air mata nya yang kini mulai berjatuhan.
Tanpa ia sadari, sedari tadi ada yang memperhatikan diri nya dari bawah. Terlihat Alfaro berdiri pas di bawah balkon itu, ia menyaksikan bagaimana Echa terlihat sedih dan menderita.
"Echa, turunlah." panggil Alfaro, Membuyarkan lamunan Echa.
Melihat kedatangan Alfaro yang tiba-tiba, membuat Echa kaget bukan main, ia segera berlari turun ke bawah, kemudian keluar rumah menemui Alfaro yang kini masih berdiri di tempat nya.
"Apa yang kau lakukan disini ?" Echa berkata sembari menarik Alfaro pergi dari sana.
Echa menarik pergelangan tangan Alfaro, membawa nya keluar jauh dari area rumah bak istana itu, alasan ia membawa nya pergi, karena takut kakak nya yang kejam datang dan memergoki Alfaro datang ke rumah tersebut.
Setelah memastikan bahwa mereka sudah berada jauh dari rumah itu, Echa pun melepaskan genggaman tangan nya di pergelangan Alfaro.
"Maaf." ucap Echa saat tersadar bahwa dirinya sedari tadi menggenggam pergelangan tangan Alfaro.
"Tidak apa-apa," Alfaro tersenyum, ia merasa sangat senang saat gadis itu menarik tangan nya.
"Apa yang kau lakukan ? Kenapa kau datang ke rumahku ?" tanya Echa dengan wajah yang kini masih mengepresikan sedikit panik.
"Tidak ada, hanya ingin melihatmu saja," jawab Alfaro jujur, dengan penuh percaya diri tentunya.
"Jangan mengulangi nya lagi." tegur Echa dengan wajah datar.
"Kenapa ? Kamu tidak suka aku datang ke rumahmu ?" ujar Alfaro sembari memasang wajah yang cemberut.
"Iya. Aku tidak suka." Jawab nya dengan cepat dan singkat.
"Bohong. Jawab jujur, apa yang sebenar nya terjadi ? Kak Nathan memperlakukan mu dengan baik kan ? Dia tidak jahat padamu kan ?" Alfaro menebak dengan kecurigaan yang ada pikiran nya.
"Apa maksudmu bertanya seperti itu ?" Echa sedikit kaget saat Alfaro mulai bertanya menyelidik.
"Hanya saja, tadi aku melihatmu bersedih, aku langsung berfikir, pasti Kak Nathan menyakitimu. Karena aku lihat di televisi kebanyakan Ibu tiri ataupun saudara tiri biasa nya jahat." ungkap Al dengan polos nya, yang membuat nya terdengar lucu.
"Jangan se enak nya menebak seperti itu, kamu terlalu banyak nonton drama kayak nya." ucap Echa menahan tawa. Namun, masih menyisakan senyuman yang bisa di lihat oleh Alfaro.
"Kamu tersenyum ? Atau tertawa ?" kata Al sembari mendekati wajah Echa, mengintip mencoba melihat jelas garis senyum indah yang di miliki gadis itu.
"Apa yang kau lakukan ? Menjauhlah." ujar Echa sembari mendorong pemuda itu agar menjauh dari nya.
"Kamu tersenyum, kenapa emang nya ? Ada yang lucu kah dengan kata-kata ku ?" ucap Al sembari terus menggoda Echa yang masih menahan tawa nya.
"Kamu sih aneh banget, pokok inti nya jangan asal tebak deh." ujar Echa sembari kembali mendorong Al yang sedari tadi terus mendekati nya.
"Apa kau tau, aku Alfaro, siswa terjenius di sekolah. Aku tidak pernah salah dalam menilai seseorang," Ujar nya kelewat percaya diri.
"Jangan aneh-aneh. Kalau sudah tidak ada hal penting lagi, aku pulang, kau juga pulanglah." perintah Echa.
"Kamu mengusir ku ? Woaaah jahat sekali sih." Sembari memasang sikap manja yang membuat wajah tampan nya terlihat menggemaskan. Dan hal itulah yang sebenar nya membuat Alfaro menjadi tenar di sekolah.
"Ya aku mengusir mu. Sana pergi ! usir Echa.
"Tidak mau. Aku masih ingin bersama mu Echa."
"Aku tidak ingin bersama mu."
"Aku masih ingin ngobrol dengan mu."
"Aku tidak."
"Aku akan tetap disini, dan menahan mu agar tetap bersama ku."
"Gak usah aneh-aneh deh, udah sana cepat pergi, atau aku aja yang pergi duluan." ujar Echa yang kini mulai kesal dengan Al yang bersikap manja.
"Kenapa buru-buru ?" Alfaro cemberut kecewa.
"Aku sibuk." Jawab nya simple.
"Sibuk nangis ya ?" ledek Alfaro.
"Apa maksud mu ?" Echa melotot kesal.
"Hahahaha benar-benar lucu." Alfaro tertawa keras.
"Apa nya yang lucu ?"
"Akhir nya aku bisa membuat dirimu mengepresikan wajah mu, kamu biasa nya selalu datar tanpa ekspresi, tapi barusan aku melihat mu melotot kesal padaku."
"Haiiiis sudahlah. Aku pergi." ujar Echa kesal sembari melangkah hendak pergi.
"Echa." Panggilnya, menghentikan Echa yang kini mulai melangkah.
Panggilan Alfaro membuat Echa menghentikan langkah nya, melihat ke arah sumber suara yang memanggil nama nya.
Secara tiba- tiba pemuda berwajah tampan itu menarik Echa, mendekap tubuh Echa dalam pelukan nya.
"Jika terjadi sesuatu yang membuatmu kesulitan, jangan sungkan untuk memberitahu ku, aku akan selalu siap membantumu Echa," ucap Al sembari mengelus lembut rambut gadis itu.
"Hey, kita tidak se akrab itu," sergah Echa sambil mendorong tubuh Alvaro. yang kemudian ia kembali melangkah pergi, melanjutkan langkah yang tadi sempat tertunda.
"Ingatlah. Aku selalu siap untuk membantumu, jangan pernah merasa sendiri." teriak Alvaro pada gadis yang kini sudah mulai menjauh. Namun, ia yakin suara keras nya dapat terdengar jelas oleh Echa.
To Be Continued...