webnovel

005 : Kontrak 20 Juta Dollar

"Habiskan makanan ada nona, makanan itu sudah tidak lagu hangat selepas anda mandi dan jika anda tidak segera makan, makananya akan dingin." ucap pelayan sambil menyodorkan meja kecil berisi makan malam.

Redd yang duduk bersila di atas ranjang mendengus, melirik sang gadis pelayan yang beberapa hari lalu bahkan masih sibuk bergosip dengannya dan mendengus. Dengan kesal ia kemudian memutar badan membelakangi seluruh pelayan yang di kamarnya beserta makan malamnya.

"Aku tidak mau makan."

"Tapi nona," pelayan itu mengulang. "Ini perintah dari Yang Mul-,"

"Katakan pada Raja gila itu kalau aku tidak mauu!" teriaknya kesal.

Demi semuanya, Redd benar-benar kesal sekarang. Hanya karena wanita itu dengan terpaksa-dan tidak sengaja-mengiyakan lamaran Richard, begitu mereka kembali ke istana ia langsung membuat pengumuman bahwa mulai saat ini Redd adalah calon istrinya dan wanitanya. Ia memindahkan Redd ke salah satu kamar utama, dan mengurung wanita itu disana.

Dasar brengsek, Redd bahkan sudah sudah siap menghatam pria itu dengan baki makanan, karena hanya dalam lima menit ia sudah kehilangan keluarga dan temanya. Sebab mereka menganggap Redd sebagi calon Ratu yang terhormat dan secara tidak langsung Redd harus menganggap mereka pelayan, itu jelas adalah hal yang tidak akan pernah bisa Redd lakukan.

"Nona," kali ini Bibi May yang sedari tadi diam mulai bicara. "Anda harus makan, ini perintah dari Raja."

Redd berbalik dengan bibir mencebik kesal, "Lihat? Bibi bahkan tidak memanggil aku Redd lagi. Aku tidak mauuu makan!"

"Nona, anda harus ma-"

"Kenapa kau tidak mau makan?" pertanyaan bernada datar itu mengentika ucapan Bibi May.

Wanita tua itu bergegas membungkuk, diikuti seluruh pelayan yang ada di sana. Richard sendiri tersenyum tipis, sebelum menghampiri Redd yang masih duduk membelakangi semua orang.

"Apa kau tidak mau makan?" tanya Richard. "Sebagai calon ratu apa kau mau menyusahkan mereka semua?"

Redd berbalik cepat, dan menatap Richard dengan sadis. "Aku tidak menyusahkan kok, aku cuma tidak suka diperlakukan begini. Aku bisa pergi ke dapur saat lapar!" dengan kesal wanita itu menujuk Sang Raja dengan jarinya. "Ini karena kau! Aku jadi berbeda sekarang! Mereka memperlakukanku berbeda!"

Raja itu menghela nafas dibuat-buat. "Sayang," panggilnya pelan. Membuat beberapa pelayan di belakang mereka terkesiap kaget dan mulai saling melirik penuh sesuatu. Redd mengulum bibirnya marah sementara Richard menyeringai nakal. "Kau harus terbiasa diperlakukan begitu. Kau adalah calon Ratuku, calon istriku. Ya kan sayang?"

Richard tersenyum mengejek saat melihat Redd sudah hendak bangkit untuk memukulnya.

"Karena kau tidak mau makan," raja muda itu bersedekap. "Kita akan ke ruang kerjaku."

"Buat apa?" tanya Redd jengkel.

"Menyuapimu makan," Richard tersenyum. "Lagipula, ada hal yang harus kita bicarakan."

"Tidak mau."

"Tidak?" Richard mendesis, setengah merutuki betapa wanita di depannya ini begitu keras kepala. "Aku rasa, berkuda di malam hari bukan hal buruk."

Redd terkesiap kaget mendengar kalimat itu, lantas dengan cepat bangkit dan meraih meja makan kecilnya: menghadap Richard dengan marah dan sebal. "Ayo pergi ke ruang kerjamu sekarang," ucap wanita itu cepat sebelum berjalan ke pintu kamar dan keluar.

Richard terkekeh, dengan segera mengikuti langkah Redd menuju ruanganya dan menyuruh semua pelayan pergi. Raja itu berjalan lambat di belakang Redd, sesekali ia bisa mendengar wanita itu menggerutu dan kakinya menendang udara dengan kesal; tanpa sadar membuatnya tertawa. Langkah mereka kemudian terhenti, kala Redd menoleh pada Richard dan mengabaikan dua pengawal yang sudah membuka dan menahan pintu untuknya.

"Masuk," perintah wanita itu.

"Kau memerintahku?" tanya Richard kaget.

"Siapa lagi?"

"Ini ruangan siapa?" tanya Ricard

"Kau Yang Mulia," jawab Redd jengkel. "Akan tidak sopan jika aku masuk duluan, jadi silahkan anda melangkah dahulu."

Richard mendengus tidak percaya, tapi segera masuk diikuti Redd dibelakangnya. Begitu mereka di dalam, wanita itu langsung duduk di sofa di tengah ruangan. Ia meletakkan meja makan malamnya di atas sofa disusul kakinya yang bersila dengan tangan yang sibuk mengiris steak daging domba yang jadi menu makan malamnya.

"Hei. Apa yang kau lakukan?" tanya Richard jengkel.

"Makan."

"Kau memang benar-benar."

Redd mengangkat bahu, tidak peduli. "Jadi hal apa yang mau kita bicarakan Yang Mulia?"

Richard menaikkan sebelah alis dan menuju kursinya. Ia bersedekap sebelum menghela nafas kalah. "Banyak," ujarnya. "Charles!"

Pintu ruangan terbuka sejurus kemudian dan ajudan pribadi Raja itu masuk sambil membungkuk. "Yang Mulia."

Richard mengibaskan tanganya. "Bacakan kontraknya. Biar wanita ini mendengarnya."

Redd mendongak dari kesibukannya dan memandang penasaran pada sang Raja.

"Kontrak?"

"Ya. Bagaimanapun ini bukan pernikahan sungguhan, saat James meninggal ia meninggalkan sebuah surat. Isinya adalah permintaan terakhirnya untuk menikah."

Redd menyingkirkan makananya saat Charles mengulurkan sebuah surat di amplop abu-abu. Sejenak ia menatap Charles yang hanya tersenyum sambil mengganguk, maka wanita itu kemudian mengelap tangannya di serbet dan mulai membuka surat itu.

"Seperti yang tertulis di sana," ucap Richard saat Redd selesai membaca. "Permintaan terakhir James adalah pernikahaku. Ia ingin aku menikah, sementara aku punya sindrom untuk tidak membenci segala ide tentang menikah dan mencintai. Jadi karena itulah aku melamarmu, karena aku butuh seorang pengantin."

"Jadi," Redd diam. "Kau butuh semacam, seseorang untuk dijadikan istri?"

"Ya," jawab Richard lugas. "Ini adalah pernikahan untuk James dan juga untuk menenangkan rakyat. Aku tidak punya pasangan dan keturunan, sementara usiaku dua puluh tujuh tahun. Menurutmu bagaimana reaksi publik dengan itu? Kerajaan akan kehilangan simpati rakyat dan negara ini bisa hancur."

"Tapi kenapa aku?" tanya Redd lagi.

"Karena aku tahu, kau adalah orang yang baik untuk diajak bekerja sama," ucap Richard datar. "Lagipula aku tertarik pada keberanianmu melawan Raja."

Redd mendengus dan menatap Richard kesal, "Kau benar-benar orang gila. Kau membohongi rakyatmu."

Raja muda itu tersenyum kecil, "Aku tahu. Karena itu bagaimana jika jika kita membaca kontraknya sekarang? Sekaligus untuk menunjukkan keuntungan kerja sama ini padamu?"

Redd mencibir, tapi ia kemudian mulai menaruh perhatian kepada Charles. Pria yang usianya sudah mencapai setengah abad itu mengangguk dan berdeham, perlahan membuka dokumen yang sedari tadi ia genggam dan mulai membaca.

...

Perjanjian Pernikahan Kerajaan.

Atas beberapa hal yang penting dan mendesak, atas keputusan bersama maka pernikahan akan dilakukan antara pihak satu :

Richard Alexander Heinry Troten Brichen Dricv

dan pihak dua :

Redd Annabeth Mansen.

Kedua pihak yang disebutkan akan berada dalam ikatan pernikahan yang sah secara hukum dan secara langsung kemuidan bersama merintah Negara Chevailer dengan status Raja dan Ratu.

Pernikahan sendiri akan berlangsung selama kurang lebih dua tahun dan selama itu kedua pihak diwajibkan memenuhi segala tuntutan tanggung jawabnya sesuai porsi. Kemudian apabila perceraian pernikahan ini dilakukan maka akan ada beberapa hal yang diberlakukan selepas masa perceraian. Antara lain :

1. Pihak kedua selaku istri akan tinggal di luar Chevailer.

2. Akan ada tunjangan hidup setiap tahunya dari kerajaan kepada pihak dua sampai ia menikah kembali.

3. Jika pihak dua menikah kembali, tunjangan akan diberikan setiap tahun dengan pemotongan tujuh puluh persen.

4. Tidak diizinkan dilakukannya kontak fisik diluar kesepakatan.

5. Total jumlah tunjangn yang diberikan adalah 20 juta dollar.

Perjanjian dibuat untuk kedua belah pihak, dan disumpah oleh 'Delapan Sumpah Chevailer'.

Mengetahui, Kepala Negara Chevailer dan kedua belah pihak.

...

Keadaan masih hening sesaat setelah kontrak itu dibacakan. Charles menutup dokumen itu dan mundur, sementara Richard mengamati Redd yang masih tercenung. "Jadi bagaimana Nona Mansen?" tanya Richard tenang.

"Kenap dua tahun? Itu lama sekali bukan?" tanya Redd.

"Jika kita langsung bercerai setelah setahun menikah, publik akan curiga. Jadi lebih baik jika kita bersama agak lama dan kemudian bercerai itu jauh lebih masuk akal."

Redd menoleh, "Baik, masuk akal dan apa itu tadi tunjangan bercerai yang senilai 20 juta dollar?"

"Ya." jawab Richard mengangguk. "20 juta dollar, dan itu belum termasuk tunjangan untuk adik perempuanmu."

Redd terkesiap, "Kau tahu adik perempuanku?"

"Ya. Leen Elizabeth Mansen," ucap Richard tenang. "Dia tinggal di panti asuhan tempatmu dulu tinggal kan? Dia masih SMA sekarang. Kau juga cerita padaku, ingat?" Redd masih diam di tempat dan itu membuat Richard menghela nafas. "Aku tahu ini sulit untukmu, bagaimana pun kau akan menilah dengan orang asing sepertiku; tapi Mansen, aku akan menjamin hidupmu dan adikmu. Sebagai tambahan, aku juga akan membantumu mencari orang tuamu."

Wanita itu mendongak cepat mendengar kalimat Richard, ia menatap Raja muda itu keterkejutan yang tidak repot ia sembunyikan. "Bagaimana kau ..."

"Bukan hal sulit, aku akan membantumu. Aku bersumpah Mansen," ucap Richard.

Redd menyandarkan tubuh ke sofa dan mendesah. Mendadak begitu lelah secara fisik dan jiwa. "Bahkan walau aku tidak setuju. Aku sudah bersumpah padamu,"Redd bersedekap. "Sudah aku bilang, janjiku adalah janji pelaut."

Richard tersenyum, "Baiklah. Jadi kita bisa tanda tangan sekarang."

Charles menghampiri Redd dan menaruh dokumen itu di meja di depan Redd. Ia membukanya dan tidak lupa menaruh sebuah pena kerajaan berwarna hitam mengkilap dan stempel jap jari merah.

"Tunggu sebentar," Redd berhenti; ia menatap Richard dan Charles bergantian. "Kita tidak harus memiliki anak kan?"

Richard tersenyum. "Tidak, tapi akan bagus sekali jika kau mau."

Wanita itu mendesis kesal, "Sialan."

"Anda ingin tanda tangan atau cap jari nona?" tanya Charles tenang; mencoba memotong perdebatan panjang yang akan segera muncul diantara keduanya.

"Tanda tangan," jawab Redd sambil meraih pena. "Aku benci cap jari."

Wanita itu lantas membungkuk dan membubuhkan tanda tangannya pada tulisan pihak pertama. Ia kemudian mendongak dan melihat Richard telah berdiri di depannya. Tanpa suara pria itu meraih bulpen di tangan Redd dan menambah tanda tangannya di atas dokumen. Richard berdiri tegak setelah dokumen itu ditutup dan dibawa oleh Charles. Ia menatap Redd dan mengacuhkan Charles yang membungkuk hormat sebelum keluar.

"Apa?" tanya Redd ketus.

"Senang bekerja sama denganmu Nona Masen."

"Aku tahu," Redd melengos, "Aku hanya mau kau menempati janjimu setelah ini. Temukan orang tuaku."

"Bukan masalah," ucap Richard sambil mengulurkan tangan. "Partner?"

Redd menatap tangan itu sesaat, sebelum menghela nafas dan membalas uluran tangan Raja Muda itu.

"Partner."

....

©Galaxypuss2020

Próximo capítulo