webnovel

006 : Wanitaku

Pernikahan Akbar Kerajaan Chevailer.

Suasana bahagia tengah meliputi seluruh warga Chevailer. Pasalnya mereka akan segera melihat pelaksanaan pernikahan kerjaan Raja Richard yang selama ini dijuluki sebagai Raja yang tidak akan pernah menikah. Pengumuman mengejutkan ini memang sangat tidak di sangka-sangka. Karena bukan hanya Chevailer yang merasa terkejut, dunia juga merasakan hal yang sama.

Pernikahan akan dilaksanakan dua minggu yang akan datang. Lima hari setelah masa waktu berkabung untuk Mendiang Pangeran James usai. Konsep maupun tempat pernikahan masih belum di umumkan hingga sekarang.

Bahkan hingga saat ini, publik masih bertanya-tanya siapakah gerangan calon Ratu itu? Melihat Raja Richard bahkan tidak pernah sekalipun terlihat bersama wanita. Menurut pihak istana konferensi pers akan di-

Redd melengos dan mematikan televisi, entah mengapa merasa sebal akan berita yang dibawakan dengan heboh oleh para wartawan dan puluhan media massa itu. Menghela nafas, ia memalingkan wajah menatap pemandangan pohon mapple yang gugur di luar jendelanya.

Sungguh ia bosan, sangat bosan dan lebih dari itu ia rindu Kastil Bevait. Segera ssetelah kontrak mereka sah. Richard membawanya ke Arcene, istana pusat dan titik utama dari seluruh hal di Chevailer. Redd sempat marah karena hal itu, tapi karena ia memegang teguh 'janjiku adalah janji pelaut' ia akhirnya terpaksa ikut. Lagipula ia tidak punya pilihan, demi semesta; ia akan menikah!

Sebab akan jadi aneh jika seorang calon istri Raja tinggal begitu jauh, walau tetap saja kemudian ia menghabiskan waktunya selama tiga puluh menit untuk memeluk semua orang,-terutama Bibi May yang sudah ia anggap sebagai ibunya-sambil menangis sebelum berpisah.

Lebih dari itu, Redd mengakui, jika Richard memang benar-benar menjamin hidupnya dan adiknya. Lebih lagi wanita itu tahu jika Richard berusaha keras untuk membuatnya merasa nyaman. Pria itu memberikan apapun keinginan Redd, bahkan hal sepele sekalipun. Ia memberikan Redd perpusatakaan pribadi saat Redd bilang dia suka membaca, ia memberikan ruang musik saat tahu Redd menyukai musik. Ia membawa adiknya dari panti asuhan secara tiba-tiba, memberikannya apartement dan mendaftarkan adiknya ke sekolah elit di Chevailer; yang mana membuat adiknya marah, karena ia mengira Redd tidak mau bercerita sejak dulu jika Redd punya hubungan dengan Raja.

Redd menghela nafas, mungkin hanya satu hal saja yang tidak pernah Richard berikan untuknya. Kebebasan. Ia tidak di ijinkan keluar dari istana, sudah tiga bulan sejak tiga bulan ia tiba di sini. Bahkan saat mereka fitting baju pengantin dua bulan lalu. Perancangnya yang justru datang ke istana dan mereka melakukan pengukuran di kamarnya; seolah hal itu bukan hal besar sama sekali. Perancangnya sendiri adalah seorang wanita bernama Arstrele Duboit dan Richard bilang dia adalah perancang terbaik yang datang langsung dari paris.

Redd hanya mengangguk karena ia tidak tahu apapun dan ia tidak paham dengan istilah yang kadang dipakai oleh Arstrele, apalagi Arstrele terus berbicara dengan cepat memakai bahasa Perancis yang selalu diladeni Richard dengan tenang dan fasih. Jadi karena itu Redd memilih diam dan membiarkan saja perancang itu memutar mutar tubuhnya; terus berbicara menggebu dengan nada aneh dan r sengau yang sesungguhnya begitu menarik. Hingga Redd selalu mendesah iri kala ia bicara.

Redd menghela nafas sekali lagi, membawa pikirannya kembali ke masa kini sebelum ia melirik pada tiga orang wanita yang tegah duduk di atas karpet bulu. Bermain permainan monopoli yang Redd temukan saat tanpa sengaja masuk dan mengobrak-abrik gudang istana.

Wanita di ujung kanan adalah Charlotte, dia punya rambut warna merah dan kulit putih yang begitu kontras, sosok sempurna itu adalah sepupu Richard dan putri dari Duke of Elrt, wanita itu setahun lebih tua dari Redd dan datang karena Richard memintanya menjadi guru tata krama bagi Redd-setelah Redd melapor bahwa ia sebal dengan guru tata kramanya yang sebelumnya-sebab sungguh ia begitu kolot.

Lalu yang ditengah adalah Leen Elizabeth Mansen, adik calon Ratu Chevailer itu. Gadis itu masih ada di kelas dua sekolah menengah akhir dan jarak usianya dengan Redd adalah tujuh tahun. Leen punya rambut hitam lurus yang kontras dengan rambut ikal Redd, tapi menurut Richard mereka punya kesamaan yaitu sama-sama berisik; yang kemudian membuat Redd melemparkan sendoknya pada Richard karena kesal saat makan malam. Terakhir, adalah gadis di ujung. Rambutnya pirang dan jika Charlotte punya kulit putih maka kulit gadis ini adalah pucat; Fleur Victoire, pelayan pribadi Redd yang merupakan keturunan Perancis.

"Aku bosan," ucap Redd sambil menopang dagu pada lengan kursi.

"Kau akan keluar sebentar lagi," ucap Leen tanpa melihat Redd.

"Itu masih nanti sore," guman Reed.

"Hanya sebentar lagi," balas Leen lagi.

"Lama dan aku bahkan keluar hanya untuk konferensi pers bukan jalan-jalan."

"Jangan merengek sayang," ucap Charlotte sambil bangkit dan menghampiri Redd. "Karena sekarang adalah waktu istirahatmu. Kau akan keluar sebentar lagi untuk konferensi pers dan waktu istirahatmu hanya tersisa beberapa menit dari sekarang."

"Bagaimana bisa?" tanya Redd kaget.

"Karena kita akan segera menemui Lady Arstrele," jawab Charlotte. "Dia yang akan menata gayamu hari ini."

Redd menggerang, "Oh. Tidak, jangan wanita itu lagi."

Leen terkikik, "Kenapa?"

"Karena kau akan merasa sangat jengkel saat ia terus bicara dan bertannya padamu dengan bahasa yang tidak kau ketahui," jawab Redd jengkel. "Itu membuatku jadi terlihat seperti orang dungu."

Kedua wanita di sana tertawa, kecuali Fleur yang hanya mengulum senyum geli yang sopan.

"Tapi dia hebat kok," ucap Charlotte. "Dia akan membawa serta gaunmu juga hari ini dan aku rasa kau akan sangat menyukainya."

"Kau sudah melihatnya?" pekik Leen heboh.

"Ya," jawab Charlotte banga.

Leen bersedekap dan mendecak, "Kau curang sekali Charlotte."

Charlotte menaikkan bahunya acuh, "Aku tidak sengaja."

Leen mencibir sambil menirukan gaya Charlotte, membuat wanita itu mendelik dan langsung berjalan untuk memukul Leen yang dengan cepat menghindar. Redd terkekeh pelan, ia kemudian menatap Fleur yang melihatnya sambil tersenyum.

"Akan lebih baik jika anda mandi sekarang, Yang Mulia Raja juga akan pulang dari Gedung Parlemen sebentar lagi."

Redd tersenyum, "Tentu."

Calon Ratu Chevailer itu menghabiskan waktunya untuk berlama-lama di dalam kamar mandi sebelum kemudian keluar dan menemukan tak ada satu baju gantipun yang ditaruh di atas ranjangnya. Ini aneh, padahal biasanya baju gantinya sudah ada di atas sana.

"Fleurrr!!" panggil Redd cepat.

Fleur keluar dari walk in closet yang lebih suka dibilang Redd sebagai butik dan menuju dengan Redd cepat. "Ya Your Grace?"

"Dimana baju gantiku?"

Fleur tersenyum, "Lady Arstrele sudah tiba. Beliau meminta anda tidak berganti dulu karena beliau akan langsung mencobakan pakaian pada anda."

Redd menganga tidak percaya, "Itu namanya tindakan cabul."

Fleur tertawa pelan dan mengendikkan kepalanya ke lemari pakaian. "Mari, mereka menunggu anda di sana."

Redd mendecak dan dengan malas melangkah menuju ke ruang pakaian. Ia masuk dan melihat Leen, Charlotte serta Lady Arstrele sudah ada di sana. Memandangi sebuah kotak yang berwarna coklat muda.

"Comment allez vous -apa kabar- Your Grace," sapa Lady Arstrele cepat. Ia kemudian membungkuk dan tersenyum pada Redd dengan sopan.

Redd tersenyum balik, sebelum melirik pada Charlotte yang melototinya. Meminta Redd untuk menjawabnya, karena wanita itu sudah berusaha mengajari Redd bahasa perancis kilat tadi.

"Très bien merci-baik terimakasih-" balas Redd pelan saat Charlotte mulai berkacak pinggang penuh ancaman.

Lady Arstrelee tertawa ringan, "Oh. Senang mendengarnya. Karena saya akan menunjukkan karya terhebat saya kepada anda."

Redd tersenyum saja; hanya mengulum bibir saat Charlotte sekali lagi menatapnya tajam dan mendumel pelan, karena Redd tahu Charlotte akan marah jika Redd tertawa, sebab sepupu Raja itu tahu Redd tidak tahan mendengar bahasa inggris Arstrele yang diucapkan begitu belepotan. Bercampur dengan logat perancisnya yang kental dan seksi.

"Jadi Lady Arstrele," ucap Charlotte sopan. "Bisakah kita melihat gaunnya sekarang?"

"Oh. Oui-ya-" jawab wanita itu sambil menekan tombol angka di atas kotak coklat itu.

"Apa itu?" tanya Redd tidak sabar.

"Tempat dimana gaun ada disimpan Your Grace," ucap Arstrele cepat. "Gaun ini hanya ada satu di dunia dan hanya khusus untuk anda. Tentu saja gaun ini menjadi sangat rahasia, maka lemari ini hanya bisa dibuka oleh kode. Lebih penting lagi, dengan sidik jari saya."

Tak lama sebuah bunyi bip terdengat begitu nyaring dan Lady Arstrele membuka pintu kotak itu pelan. Bagian dalam kotak itu sama dengan lemari gantungan baju lainnya, hanya bedanya tiang gantungnya terlihat berkelip seperti krystal dan hanya ada satu baju di sana. Gaun berwarna putih yang masih tersegel rapat dalam plastik yang berbau parfurm dengan logo keemasan yang elegan.

Arstrele meraih gaun itu dan mengeluarkannya dari plastik dengan hati-hati. Ia kemudian mundur selangkah dan mengacungkan gaun itu dengan antusias yang sopan.

"Ini dia Your Grace," ia menarik nafas.

"Bagaimana?"

Keadaan mejadi hening, semua orang masih terpaku pada gaun itu. Terutama Redd yang tidak bisa menahan dirinya untuk takjub. "Ini cantik sekali," ucap Redd yang kemudian langsung diangguki oleh semuanya.

"Bagus sekali," ucap Arstrele senang. "Kita bisa mencobanya sekarang. Silahkan anda membuka jubah mandi anda."

Redd menggerjab, "Eh, apa?"

"Buka baju," Arstrele mengangguk. "Anda harus mencobanya bukan?"

"Aku akan ganti di luar saja," ucap Redd sambil mengibaskan tanganya. "Aku tidak akan ganti di sini."

"Tapi seseorang bisa saja masuk Your Grace. Ini adal-"

"Biarkan Your Grace ganti di luar Lady Arstrele," potong Charlotte. "Your Grace pasti malu jika harus ganti di sini, saya akan menemaninya."

Lady Arstrele tampak tidak setuju, tapi akhirnya dengan terpaksa ia mempersilahkan dan Redd langsung berlari keluar begitu saja, diikuti Charlotte dan Fleur yang mengangkat gaun itu tinggi-tinggi agar tidak menyentuh lantai. Charlotte membantu Redd memakai gaun itu dengan cepat, mengabaikan gerutuan kesal dari Redd tentang mesum, cabul dan sebagainya sebelum kemudian kemudiam memanggil Lady Arstrele dan Leen, sembari menyeret Redd menuju kaca.

Redd bisa mendengar decak kagum dari Leen dan Lady Arstrele yang bertepuk tangan bangga dan jujur saja ia sendiri tidak bisa mengalihkan pandang dari bayangannya di atas cermin. Redd bersumpah gaun itu indah, tapi ia hanya tidak menyangka bahwa gaun itu bisa secantik ini saat membalut tubuhnya.

Gaun itu berwarna putih dan seolah berkelip di bawah lampu, lengannya adalah lace halus yang panjang dengan hingga ke pergelangan dan punggungnya yang terbuka sampai pinggang membentuk membentuk V elegan. Lehernya juga berbentuk V dengan belahan sedang, gaun itu membungkus tubuhnya hingga pinggang sebelum jatuh melebar ke bawah. Membentuk ekor sepanjang dua meter yang ujungnya dibordir dengan warna perak bersinar.

Semua itu indah dan Redd tidak percaya ia bisa memakainya.

"Renda yang saya pakai adalah vintage," ucap Lady Arstrele. "Kainnya adalah satin khusus yang dijahut dengan campuran serat emas dan kerlipannya dibuat dari serbuk berlian asli. Ujung ekornya itu juga adalah serat perak asli, dan ini hanya akan dipakai untuk anda saja."

"Lalu benda ini akan dibawa kemana setelah dipakai?" tanya Leen.

"Dipajang di Royal Museum," jawab Arstrele.

"Wow," Leen berdecak.

Kemudian sementara mereka mengamati dengan sibuk, sesosok pria dengan setelan jas lengkap masuk, berdiri kebingungan sembari menatap gerombolan wanita di depan cermin heran.

"Aku ingin tahu apa kalian sudah selesai."

Ucapan itu bersahutan dengan teriakan terkesiap dan pekikan kaget. Richard berdiri dengan tampang heran, sementara Charlotte dan yang lainnya langsung berusaha untuk menutupi Redd dari pandangan Richard.

"Ada," Richard berhenti sebentar. "Apa ini?"

"Keluar!" Charlotte berteriak panik.

"Kenapa?" tanya Richard sambil berjalan mendekat.

"Pokoknya menjauh kakak Raja," pekik Leen.

Richard menjinjitkan kakinya berusaha melihat Redd yang sudah berjongkok dan bersembunyi dalam lingkaran.

"Apa dia sedang mencoba gaun pengantin?" tanya Richard saat melihat ada ekor gaun yang menjuntai di lantai.

"Ya. Benar," Charlotte menjawab cepat. "Jadi keluar sekarang juga."

"Kenapa?" tanya Raja Muda itu tidak terima.

"Aku juga mau lihat."

"Tidakk!" pekikan keras yang dilakukan bersama-sama itu membuat Richard menutup telinganya kaget.

"Kau tahu peraturannya," ucap Charlotte. "Kau akan melihatnya saat hari pernikahan."

"Apa? Bagaimana bisa begitu?"

"Bisa," jawab Charlotte. Ia kemudian menarik Fleur untuk bergeser dan langsung berlari menuju Richard, meraih lengannya lantas menyeretnya keluar.

"Apa ini," Richard memberontak. "Aku mau lihat."

"Tidak. Tidak," kata Charlotte tegas. "Sampai jumpa."

Charlotte mendorong Richard keluar dengan cepat dan langsung menutup pintunya. Ia memutar kuncinya dan mengabaikan Richard yang memanggilnya dengan nada kesal sebelum menghela nafas lega dan menatap Redd yang masih bersembunyi.

"Sudah Your Grace," ujarnya. "Sebaiknya cepat ganti baju. Ini bukan waktu yang aman."

Redd berdiri dan menghela nafas, dibantu dengan Leen ia melepas gaunnya dan berganti dengan pakaian pilihan Lady Arstrele untuk konferensi persnya. Sekali lagi Redd katakan bajunya sangat cantik. Itu adalah dress selutut berwarna putih yang polos berlengan panjang. Gaun itu punya tali merah tipis di pinggang dan dilengkapi dengan kain bulu warna merah juga yang melingkari pundaknya agar hangat. Lady Arstrele membiarkan rambut Redd tergerai, ia memakaikan make up-yang membuat Redd menggerutu- dan memberikan stilleto runcing putih yang sempat ditolak oleh Redd.

Richard masuk lima belas menit kemudian, ia berdiri memandang Redd dan berkata bahwa Redd mirip dengan burung bangau. Yang langsung membuat Redd melemparnya dengan sisir karena sebal.

Konferensi pers diadakan di Exterious Hotel, hotel bintang lima milik kerajaan. Secara harfiah sendiri, perjalan ke sana hanya akan memakan waktu dua puluh menit. Namun bagi Redd itu dipangkas menjadi tiga menit, padahal ia hanya duduk di sisi Richard dalam mobil. Redd terdiam kaku saat mobil tiba di depan hotel, ada blokade pagar besi di depan hotel. Tepat di sisian red carpet yang digelar dari halaman hingga ke dalam hotel. Redd berusaha mengatur nafas dan itu membuat Richard -yang hari ini sama-sama memakai jas merah menatapnya.

"Kau gugup?" tanya Richard.

Redd tidak mejawab, ia hanya diam sambil meremat tangannya yang dingin.

Richard tersenyum dan meraih tangan wanita itu, "Jangan gugup aku ada di sisimu."

Redd mendongak, melihat tangan Richard yang mengenggam tangannya erat sebelum kemudian menoleh menatap Raja muda itu yang juga menatapnya.

"Bagaimana jika mereka tidak menyukaiku?" bisik Redd.

Richard tertawa pelan, "Mereka akan menyukaimu." Richard kemudian meraih wajah Redd, menangkupnya dalam telapak tangannya. "Karena mereka tahu, kau adalah satu-satunya wanita yang bisa menjatuhkanku."

Redd mengerjab, secara perlahan wajahnya mulai memerah dan ia panik saat jantungnya mulai berdetak semakin kencang.

"Terimakasih," bisik Redd sambil tersenyum dan memalingkan wajahnya.

Raja Chevailer itu tersenyum atas respon Redd, ia kemudian meraih tangan wanita itu lagi dan menggandengnya keluar mobil. Blitz kamera langsung menerpa mereka dengan liar begitu mereka berdiri tegak di atas red carpet. Redd menyipitkan matanya, membuat Richard melirik dan bersegera melingkarkan lengan di pinggangnya. Redd berdeham gugup dan menatap Richard agak panik, jadi dengan lembut pria itu tersenyum dan mengecup hidungnya cepat. Membuat kamera semakin menggila dan suara berdengung yang makin keras.

"Tidak apa-apa," bisiknya. "Angkat kepalamu dan tunjukkan bahwa kau adalah wanitaku."

Redd menelan ludah panik, ia berdeham sekali lagi dan mencoba menorehkan senyum yang sesungguhnya terlihat kikuk; membuat Richard tertawa dan menarik wanita itu mendekat. Mendaratkan kecupan ringan di pelipisnya dengan gemas. Dua anak adam dan hawa itu mulai melangkah ke dalam. Richard tersenyum diikuti Redd yang sepertinya sudah mulai tenang. Wanita itu melengkungkan bibir makin lebar dan tanpa sadar melambai pada kamera yang memintanya menoleh.

Richard tersenyum tipis, di altar depan hotel pria itu mengajak Redd untuk berbalik sesaat untuk menghadap kamera lapar para pers. Mereka berfoto sebentar, sebelum kemudian masuk ke dalam hotel yang keadaannya masih sama liarnya dengan diluar. Redd bahkan terkejut saat melihat pagar besi itu masih ada hingga di dalam.

Raja Muda itu berbisik agar Redd mengabaikannya dan menarik wanita itu dengan cepat ke aula, dimana di sana sudah ada meja panjang di atas panggung yang berisi dua kursi dan di sisi kanan dan kirinya berjajar para pengawal. Di depannya berjajar juga kursi yang dipenuhi oleh wartawan; yang dengan lekas langsung menoleh antusias saat Redd dan Richard melintasi aula menuju panggung. Keadaan kemudian menjadi sangat hening saat Richard dan Redd telah duduk. Tidak ada suara hingga Richard, mengarahkan mik mejanya ke bibirnya dan mulai bicara.

"Apa kabar semuanya?" tanya Richard tenang.

"Malam ini adalah malam yang spesial bagi kita semua karena kita akan segera berkenalan dengan calon istriku, calon Ratu Chevailer." Richard tersenyum, disusul tepuk tangan meriah dari seluruh orang yang ada di aula. "Aku tahu ini mungkin mengejutkan kalian, keputusanku untuk menikah ini memang sangat mendadak. Tapi yang ingin aku sampaikan adalah, pernikahan yang akan segera dilaksanakan adalah hal yang serius. Aku memilih wanita di sampingku karena aku tahu; dia adalah orang yang aku butuhkan untuk seluruh hidupku."

Aula dipenuhi suara berdengung seperti lebah marah kemudian, beriring sinar lampu blitz menggila, ketikan cepat para jurnalis di atas keyboard dan beberapa adalah teriakan agar Redd segera memperkenalkan dirinya.

Redd melirik Richard ragu karena hal itu, tapi Raja membalasnya dengan tatapan menenangkan dan genggaman tangan. Meyakinkan Redd yang menarik nafas panjang dan kemudian menghadap lurus ke depan; berdeham pelan.

"Halo," mulainya, dan secara ajaib langsung membuat aula hening. Hanya diisi oleh suara jepretan kamera pers yang berisik tanpa henti. "Aku." wanita itu diam sebentar. "Apa kabar kalian? Sangat menyenangkan bisa bertemu kalian malam ini. Aku Redd. Redd Annabeth Mansen, kalian tahu hadir di publik seperti ini adalah hal yang mendebarkan, tapi aku tidak bisa menahan rasa sabar untuk berjumpa secara langsung dengan kalian; aku bukan wanita yang hebat ataupun kaya. Aku bukan juga berasal dari keluarga bagsawan, aku hanya wanita biasa; tidak lebih. Jadi hadir di sini dan bersama dengan pria di sebelahku adalah sebuah cerita yang tidak pernah aku bayangkan; aku hanya berharap kalian bisa menerimaku dan menyambutku dengan baik. Aku harap kita bisa menjadi teman dan keluarga."

Redd tersenyum lebar dan mundur ke sandaran kursi. Ia kemudian melihat Richard yag menatapnya bangga.

"Itu hebat sekali," ucapnya lembut.

Redd tertawa pelan, "Terimakasih."

Charles yang berdiri di podium di ujung panggung meraih mic. Pria itu berdeham keras sebelum mulai bicara. "Kami membuka sesi tanya jawab untuk sekarang, dengan persyaratan bahwa pertanyaan tidak akan mengajukan konten berbahaya yang mengusik privasi."

Seluruh pers mulai ribut dengan hal itu, mereka mulai berebut dan mengangkat tangan; beberapa bahkan sudah bangkit berdiri. Charles kemudian menunjuk seorang pria yang duduk di hadapannya. Dimana, pria itu langsung bangkit dan meraih mic yang diberikan oleh seorang staff.

"Selamat malam yang mulia," ucap lelaki itu. "Saya Teddy Roben dari Eight News. Saya ingin tahu bagaimana anda berdua bisa bertemu? Ketika bahkan Yang Mulia tidak pernah terlihat bersama wanita lain? Apa anda berdua bertemu baru-baru ini atau sudah lama?"

Richard tersenyum dan memasang pose menginggat, "Aku bertemu baru-baru ini."

Richard kemudian melirik Redd yang menatapnya bertannya.

"Kami bertemu secara tidak sengaja di Kastil Bevait, aku kagum dengan wanita ini. Karena dia begitu berani membentak Raja," ruangan mulai ribut dan Redd menatap Richard penuh peringatan. "Tapi karena hal itulah aku jatuh padanya. Itu adalah yang pertama untukku, ada seorang wanita yang berani melawanku. Jadi aku tidak bisa berhenti memikirkannya, maka aku langsung memutuskan untuk melamarnya.

"Apa ini cinta pandangan pertama?" teriak wartawan yang lain.

"Ya," jawab Richard enteng. "Ini cinta pandangan pertama."

"Apa anda bisa menyebutkan secara spesifik kapan anda berdua bertemu?"

Richard mengerutkan kening, "Empat bulan?"

Suasana aula begitu ribut setelah Richard dengan entengnya menjawab, mereka berbisik-bisik tentang waktu singkat bagi Raja dan calon Ratu mereka untuk memutuskan untuk menikah yang bisa dipastikan akan membawa keributan besar keseluruh masyarakat.

"Saya Kristian dari Malibu News." seorang wartawan bertannya lagi. "Bagaimana dengan latar belakang keluara Your Grace?"

Redd tersentak di kursinya mendengar pertanyaan itu, sejenak merasa ragu sebelum memutuskan untuk maju dan mulai mejawab dengan nada ragu.

"Aku hanya orang biasa, aku seorang yatim piatu," jawabnya yang membuat pers makin ribut. "Aku kehilangan orang tuaku sejak kecil, aku sempat tinggal di panti asuhan sebelum pindah ke Kastil Bevait dan bekerja di sana. Aku hanya memiliki adik perempuanku sebagi keluarga dan tidak memiliki latar belakang yang istimewa."

Richard meraih tangan Redd menangkan sebelum berbicara kembali.

"Redd adalah wanita biasa," ucapnya. "Dia bukan wanita dari keluarga kaya raya, dia sederhana dan itu yang membuatku jatuh cinta padanya. Tidak ada yang seperti dia, karena dia istimewa dengan caranya."

Redd memandang Richard takjub setelahnya, ia tidak meyangka Raja Muda itu akan bicara seperti itu untuknya.

"Apa menurut anda Nona Redd pantas menjadi Ratu negara ini?" tanya yang lain lagi.

"Ya." jawab Richard mantap. "Karena dia adalah Ratu terhebat yang akan dimiliki Chevailer. Karena dia adalah satu-satunya orang yang akan aku pilih untuk menjadi Ratuku dan pendampingku. Karena Redd, adalah satu-satunya wanita untukku."

...

©Galaxypuss2020

Próximo capítulo