"Perempuan pencari untung sudah datang!" Seketika Rong Xi menoleh dan mengalihkan pandangannya pada Chi Wan, "Uangku….hanya akan kuberi untuk dewiku."
Mendengar perkataan Rong Xi seperti itu Gu Xicheng pun mendengus jijik, "Di dunia ini, hanya ada kepentingan pribadi, wanita dan pakaian saja."
Rong Xi bergidik, "Iya benar, kamu memang berganti pakaian setiap hari. Tapi aku juga tidak tahu pakaian mana yang sudah kotor dan tidak berganti!"
Gu Xicheng melirik Wen Mo dan berkata, "Tidak apa-apa itu masih lebih mending, jika dibandingkan dengan seseorang yang telah menghabiskan waktu 35 tahun hanya seorang diri!" Perkataannya itu menyinggung Wen Mo.
Pft!
Rong Xi yang saat itu sedang meneguk anggur pun secara tidak sadar ia memuncratkan keluar. Kemudian ia pun memandangi Wen Mo.
"Kakak, benarkah?"
Chi Wan hanya mendengarkan pembicaraan mereka. Dia hanya menyeringai, sebenarnya dalam hati Chi Wan benar-benar tidak percaya bahwa Wen Mo adalah orang yang berhati tulus.
Wen Mo melirik Chi Wan dengan tatapan samar, "Kamu masih muda, nanti mereka akan ikut campur urusan sampah macam ini."
"Aku masih kecil! Aku masih berumur 25 tahun!" Rong Xi berkata sambil bercanda.
Gu Xicheng melihat sekilas tubuh Rong Xi, kemudian berkata "Katakan apanya yang kecil! Kamu masih tidak mengerti?"
Dengan nada sedikit tinggi Rong Xi berkata, "Aku tau! Kalian semua menyindirku yang masih perjaka!"
Tiba-tiba Rong Xi melompat. Ia teringat sesuatu. Matanya yang besar itu mulai berair melihat Chi Wan. Kemudian ia berjalan sambil mengayun tangannya, seperti agak malas.
Dengan malu-malu Rong Xi berkata, "Dewi, aku akan memberimu perjakaku… Setelah itu kamu bisa mengirimiku amplop merah pada WeChat sesudahnya dan dijamin tarifnya murah."
Chi Wan pun hanya diam tanpa sepatah kata pun.
Rong Xi ditertawakan oleh Gu Xicheng.
Bahkan Wen Mo mencibirnya, "Hey idiot, jangan membuat masalah!"
Mereka berempat saat itu sedang duduk di sofa. Namun Chi Wan saat itu hanya diam seribu bahasa.
Jika tidak ada lelucon dari Rong Xi, mungkin suasananya pasti akan canggung.
"Chi Wan, mengenai kejadian yang kemarin, untuk terakhir kalinya aku minta maaf."
Gu Xicheng tiba-tiba menyerahkan segelas anggur kepada Chi Wan. Dengan wajah yang memohon, ia berkata "Jika kamu menerima permintaan maafku, ambillah segelas anggur ini."
Chi Wan pun mengernyitkan keningnya. Merasa sepertinya pria ini tidak bersungguh-sungguh meminta maaf.
Gu Xicheng memberikan pilihan yang sulit pada Chi Wan. Atau mungkin ia memang sengaja menekannya?
Anggur yang biasa diminum Chi Wan kadar alkoholnya masih rendah, namun anggur yang ada di tangan Gu Xicheng saat ini kadar alkoholnya sangat tinggi.
Wen Mo dengan sedikit merasa kecewa berkata pada Gu Xicheng, "Dia tidak bisa minum anggur."
Gu Xicheng merasa sedikit kecewa kemudian mendengus, "Aku disini untuk meminta maaf. Pacarmu tidak akan memberikan maaf itu?"
Ketika Wen Mo masih ingin melanjutkan bicaranya, terlihat tangan yang putih dan ramping itu meraih gelas yang berisi anggur itu kemudian mengambilnya!
Wen Mo yang saat itu duduk di sebelah Chi Wan hanya melihat lehernya yang putih itu dan aroma segelas anggur yang dibawa Chi Wan itu kini aromanya menyebar hingga tercium oleh Wen Mo.
Kemudian Chi Wan meneguk segelas anggur itu, rasa panas anggur itu pun menyebar di dalaman tenggorokan Chi Wan. Rasanya ia ingin meneteskan air mata.
Tetapi saat itu Chi Wan menahan diri dan masih tetap bisa tersenyum. Dia meletakkan gelas kosong itu di depan Gu Xicheng.
Gu Xicheng melirik gelas itu kemudian tersenyum, "Bagus, aku menghargai usahamu."
Pikiran Chi Wan pun sudah melayang-layang. Dia tidak berbicara lagi.
Gu Xicheng memandang rendah dirinya. Chi Wan juga tidak memiliki kesan yang baik padanya. Dia mengambil gelas anggur dan hanya tidak ingin menyulitkan Wen Mo.
Hari ini, Chi Wan telah membebaninya. Dalam hubungan percintaan, tidak seharusnya merepotkan pasangannya.
Mata Wen Mo menyudut ke Gu Xicheng. Saat itu Gu Xicheng hanya mengangkat bahu, dengan ekspresi seolah-olah dirinya tidak bersalah. Bahkan dalam hatinya sepertinya ia bertanya-tanya, kesalahan apa yang telah diperbuatnya?
Kemudian Wen Mo memandang Chi Wan, melihat apa yang terjadi padanya setelah minum segelas anggur itu?
"Xicheng, sudah dua kali."
Gu Xicheng yang mendengar kata-kata itu tersenyum dengan canggung. Dia sangat paham apa maksud dari perkataan Wen Mo barusan.