Setelah berjalan cukup jauh, Gerombolan itu beristirahat. Setelah mendapatkan konfirmasi bantuan dari luar, mereka bisa bernafas lega.
Bantuan akan datang dalam beberapa jam kedepan, memberikan harapan kepada masing-masing dari mereka.
"Dengan alat pelacak ini, bala bantuan akan dengan mudah menemukan keberadaan kita!" ucap Aldy kepada yang lain, mencoba menenangkan hati mereka yang masih ketakutan, terutama untuk para wanita.
Mereka berlari tanpa membawa apa pun, tanpa makanan atau pun air. Membuat Aldy berharap agar bala bantuan bisa datang secepat mungkin.
Aldy membagi para pengawal menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama bertugas mencari makanan yang bisa ditemukan, kelompok kedua bertugas mencari sumber air di hutan ini, dan kelompok yang terakhir bertugas memantau keadaan sekitar dan berjaga.
Untuk kedua pelayan mereka di tugaskan untuk mengumpulkan kayu bakar, sedangkan Indah bertugas merawat pengawal yang terluka.
"Apakah kamu merasa sakit? Kamu harus tetap terjaga, jika tidak kondisimu akan semakin buruk dan berbahaya!" Indah berbicara perlahan di samping pengawal yang terkena luka tembak.
Indah membalut luka si pengawal dengan menggunakan kain bersih dari pakaiannya yang telah di sobek.
Pengawal itu saat ini sedang berbaring, awalnya dia masih bisa berdiri dengan tegak dan mampu menahan rasa sakit di lengan kirinya. Terkena luka tembak adalah hal yang biasa baginya, dan tembakan seperti itu hanyalah masalah kecil untuknya.
Namun dia tetaplah orang biasa, saat dirinya telah kehilangan cukup banyak darah, membuat wajahnya memucat dan merasa sedikit pusing.
Dia sudah tak mampu menopang dirinya sendiri untuk berjalan, maka dari itu salah seorang dari kelompok harus membantu dan merawatnya, sementara yang lain melakukan tugas yang lain.
"Te..terimah kasih nona! Saya telah merepotkan nona untuk merawat saya!" ucap pengawal itu dengan nada pelan.
Awalnya dia sedikit risih saat Indah di tugaskan merawat dirinya, melihat penampilan Indah yang terlihat sangat menjijikan membuat bulu kuduknya ngeri.
Dia mencoba untuk menolak bantuan dari Indah, namun karena kondisinya yang tidak menguntungkan membuatnya harus bertahan dan menerima pilihan itu.
Namun tanpa di duga, perempuan ini tidak seburuk kelihatannya. Dia tipe wanita yang tegar dan sangat lembut, dengan sabar membersihkan lukanya dan entah dari mana dia mendapatkan obat-obatan dari tanaman herbal, untuk mengobati lukanya.
"Ini adalah tanaman herbal yang sangat mujarab, dapat menghentikan pendarahan dengan cukup cepat! Untung saja aku menemukannya saat di perjalanan tadi, semoga ini dapat membantu mengurangi rasa sakitnya!" ucap Indah dengan nada lembut sambil dengan serius mengikat dan menyelesaikan membalut luka pengawal itu.
"Nona benar-benar mengerti dengan tanaman herbal?" tanya si pengawal.
"Indah, panggil saja aku Indah! Kalau boleh aku tau siapa namamu?" ucap Indah sambil melihat ke arah si pengawal.
Deg.. Deg.. Deg..
Pengawal itu sedikit terpaku saat Indah menatapnya secara langsung, kedua mata mereka terkunci membuat si pengawal dapat melihat sepasang bola mata yang sangat menawan.
"Jo.. Joni." ucap pengawal itu gagap.
Sekarang wanita ini tidak terlihat menjijikan sama sekali, bahkan auranya membawa jejak kehangatan di sekitarnya.
Tidak jauh dari sana, sepasang mata elang yang tajam memperhatikan mereka sejak tadi.
Rafael yang duduk di bawah pohon yang tidak jauh dari mereka, memperlihatkan ekspresi tidak senang.
Dia melihat Indah dengan lembut mengobati luka Joni, bahkan saling berbicara dengan saling tersenyum satu sama lain.
Dirinya tak perna berinteraksi dengan normal seperti itu dengan Indah, pada saat melihat dia sekali lagi dekat dengan laki-laki lain, Rafael menunjukkan raut wajah tak bersahabat ke arah Joni.
Seolah-olah Joni telah mencoba mengambil sesuatu yang berharga darinya, Rafael tidak senang dan meninju batang pohon dengan tangan kanannya.
Aldy yang sejak tadi berdiri di samping Rafael dan berjaga, tiba-tiba terkejut mendengar suara pukulan di sampingnya.
Aldy melirik ke arah tuannya dan dia merasa sedikit bingung, apa yang terjadi dengan tuannya? Mungkin tuan sangat marah karena penyerangan ini? Aldy hanya bisa beropini dalam benaknya, tidak berani untuk bertanya langsung kepada tuannya.
Aldy lalu melihat setetes darah jatuh di tanah, darah itu berasal dari luka di tangan Rafael saat dia meninju pohon itu.
"Tuan anda terluka!" ucap Aldy panik.
Rafael tidak menghiraukan Aldy, dia hanya berbalik dan melihat ke arah Indah lalu berteriak kepadanya.
"Indah.. Di sini ada juga yang terluka!" teriaknya ke arah Indah sambil mengangkat tangan kanannya dan memperlihatkan lukanya kepada Indah.
Aldy : "....??"
Semua orang : "...."
Indah yang mendengar namanya di sebut berbalik dan melihat ke arah Rafael, dia dapat melihat dengan jelas tinju kanan Rafael berdarah dan terus menetes. Dia tidak ingat, kapan Rafael mendapatkan luka itu sama sekali.
Indah merasa sedikit bingung, tapi segera bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Rafael, membawa sisa daun-daun herbal di tangannya.
Saat nama Indah di sebut, semua orang secara tiba-tiba terpaku. Ini.. Apakah mereka sedang bermimpi? Tuan mereka berbicara dan bahkan dengan nada yang sedikit lantang! Mungkin ini pertanda bahwa mereka akan mendapatkan keberuntungan? Atau mungkin pertanda malapetaka? Memikirkannya membuat mereka merasa pusing dengan situasi ini.
Di antara mereka, Joni lah orang yang paling terkejut. Dia sudah bertahun-tahun bekerja dengan tuannya, tapi dia tidak perna mendengar tuannya berbicara dengan satu kalimat penuh.
Paling banyak dia hanya akan berdehem atau mengatakan 'ya' itu saja.
Bahkan pada saat titik ekstrem, tuannya tidak mengeluh atau berucap satu katapun kepada mereka, dia hanya menugaskan Aldy untuk memimpin dan menenangkan semua orang.
Entah mengapa Joni merasakan tatapan permusuhan di tujukan kepadanya, saat secara tidak sengaja dirinya bertatapan langsung dengan tuannya.
Ini... Seolah dia sedang mencoba menggoda nyonya besar, tepat di hadapan tuan besar! Joni bergidik ngeri saat dia merasakan hawa dingin melintas di sekitar tubuhnya.
Indah duduk di samping Rafael, memegang tangan Rafael yang terluka dan membersihkannya.
"Nona, silahkan menggunakan ini untuk membalut luka tuan!" Aldy berbicara di samping Rafael dan menyerahkan sebuah kain handuk tipis yang bersih kepada Indah.
Melihat kain itu, kening Rafael mengerut tidak senang. Dia melihat ke arah Aldy dan menatapnya, Aldy yang mendapati tatapan tak senang dari tuannya merasa tubuhnya menjadi kaku.
Kesalahan apa lagi yang dia perbuat? Dirinya hanya mencoba membantu, tapi tuan melihatnya seperti seorang pengganggu besar?
Aldy tak dapat di salahkan, dia hanya tak dapat mengerti dengan sikap tuannya, atau jalan pikiran tuannya jika semua itu berhubungan dengan Indah.
Melihat tak ada tanggapan dari Aldy, membuat Rafael menjadi kesal.
"Gunakan itu untuk mengobati lukamu sendiri!!" ucap Rafael jengkel dan mendorong kain itu menjauh.
Aldy : "...." apa aku terluka? Tuan apakah kamu sedang menyumpahiku agar celaka? Pikir Aldy dengan ekspresi linglung.
Rafael kemudian tidak menghiraukan keberadaan Aldy di sampingnya, dia berbalik melihat ke arah tangannya yang sedang di obati oleh Indah.
Dia merasa tertekan saat melihat Indah merobek pakaiannya sendiri, dan memakainya untuk membalut luka Joni. Dia melihat ke arah pakaian Indah yang sedikit sobek di bagian bawah.
Untung saja Indah mengenakan pakaian tebal dan berlapis, sehingga dia tidak keberatan jika pakaiannya sedikit sobek.
Saat melihat Rafael menolak mengambil kain dari tangan Aldy, Indah sedikit terkejut, namun dia tidak menghiraukannya lagi.
Sekali lagi Indah merobek pakaiannya di bagian lain, lalu memakaikannya ke tangan Rafael secara perlahan dan lembut.
Rafael merasa puas, dia sangat menikmati sensasi tangannya pada saat di sentuh oleh Indah. Rasanya sangat nyaman dan hangat, dia berharap ini akan berlangsung sedikit lama.
Dari jauh dua orang pelayan yang telah selesai mengumpulkan kayu bakar, melihat ke arah Indah dengan tatapan memcemoh.
"Ck.. Perempuan iblis ini, dia tidak hanya menjijikan tapi juga sangat picik!" ucap Tuti mencemoh.
"Dia sungguh tak dapat menahan dirinya, dan sangat berani menyentuh tangan tuan? Bukankah seharusnya dia merawat pengawal Joni? Dasar wanita ular!" balas Dina dengan seringaian mengejek.
"Tunggu saja waktu yang tepat, kita akan menyingkirkannya secepat mungkin!" ucap Tina dengan senyum jahat di wajahnya.
Sudah sekian jam berlalu namun tak ada tanda-tanda kedatangan bala bantuan, Aldy mulai merasa panik.
"Tuan sudah dua jam berlalu, namun tak ada konfirmasi pergerakan bantuan yang datang! Mungkinkah mereka tak mampu menemukan kita?" ucap Aldy dengan nada sedikit panik.
Rafael hanya diam mendengarkan ungkapan Aldy, meskipun di luar dia terlihat sangat tenang, namun dia juga merasa cukup khawatir.
Dia sudah memikirkan langkah apa yang akan dia ambil selanjutnya, tak ada seorangpun yang tau jalan pikiran Rafael, para bawahannya hanya menunggu arahan darinya.
Aldy memikirkan beberapa situasi terburuk yang bisa terjadi, dia berfikir mungkin ada mata-mata di antara mereka.