webnovel

Efek yang Mematikan

Setengah bulan kemudian, kondisi perusahaan mulai menunjukkan tanda pemulihan. Beberapa pegawai yang tertangkap basah, saat melakukan tindakan yang merugikan perusahan di pecat secara tidak terhormat.

Tidak seorangpun dari mereka lolos dari hukum pidana, dan masing-masing mendapatkan hukuman maksimum dari putusan hakim.

___

Di sebuah kamar mewah, dua orang gadis tengah sibuk merias diri di depan cermin. Nadin yang sukses mengambil cuti sehari dari kepala pelayan, berencana untuk mengajak gadis di dekatnya untuk berjalan-jalan.

Gadis itu, tidak.. sekarang dia terlihat seperti seorang pria. Ya.., dengan mengenakan sebuah wig dan pakaian laki-laki, dia terlihat begitu sangat tampan.

Satu jam sebelumnya, Nadin merengek layaknya seorang bayi di depan Indah. Dia sudah berusaha dengan segala cara untuk membujuk Indah pergi bersamanya.

Meskipun Nadin mengetahui bahwa Indah tak akan perna di ijinkan keluar dari rumah, dia masih bersikeras untuk membawanya keluar.

Lagi pula, Indah tidak akan berani melarikan diri jika dirinya yang mengajaknya. Dan terlebih lagi tuan mudahnya tengah sibuk mengurus perusahaan beberapa minggu terakhir, maka tuannya akan sangat jarang berada di rumah.

Dengan berbekal peralatan make up dan pakaian pria, Nadin berusaha membujuk Indah untuk menemaninya berjalan keliling kota. Nadin bahkan memberitahunya bahwa mereka akan mendatangi berbagai macam tempat yang sangat menarik dan mengagumkan.

Sampai akhirnya Indah menyerah untuk bersikap keras, dan membiarkan sahabatnya itu merias dan membawanya pergi.

Sekarang dengan mengenakan sebuah pakaian kasual berlengan panjang, serta rambut pendek membuatnya terlihat begitu menawan sebagai seorang pria.

Dengan bantuan Nadin yang menggunakan make up tipis, memberikan sedikit kesan tegas di wajahnya, membuat dirinya benar-benar terlihat seperti seorang pria.

Meskipun tak mengurangi keimutan yang terpancar dari wajahnya, dan malahan menambah nilai plus pada penampilannya saat ini.

Nadin sudah menyiapkan segalanya dengan matang, memperhitungkan setiap kondisi dalam rumah dengan sempurna, dan membuat mereka dengan mudah melewati pengawalan yang ketat.

Hal pertama yang dilakukan Nadin adalah membawa Indah ketempat taman bermain, dia sangat yakin, bahwa Indah tak perna datang ke tempat seperti ini sebelumnya.

Dan benar saja, saat pertama kali Indah melihat taman bermain yang sangat besar dan ramai, dia merasa terpana. Tempat ini terlihat seperti surga bagi anak-anak.

Di setiap jalan terdapat berbagai macam permainan dan mainan-mainan yang di jual. Indah masih merasa begitu risih dengan dirinya sendiri.

Dia takut orang lain akan mengetahui gendernya saat melihat dirinya. Dengan langkah ragu dia berjalan di samping Nadin dengan menundukkan kepala dan menggenggam erat tangannya.

Nadin yang merasakan pegangan tangan Indah yang cukup erat ditangannya, membuatnya sedikit murung, dan mencoba untuk menenangkan Indah.

"Tenanglah, di sini tak akan ada satupun orang yang akan mengenalimu. Ingat sekarang kamu adalah seorang laki-laki, dan laki-laki lain tak akan tertarik dengan dirimu, mengerti!" Nadin berbicara dengan nada yang sangat lembut, hampir seperti dengan Ibu Indah yang di kampung.

Membuat Indah seketika merindukan kembali ibunya, namun secara bersamaan juga memberikannya keberanian di matanya. Setelah mendengat ucapan Nadin, Indah merasa sedikit rileks.

Membuat sahabatnya memancarkan senyum lega saat menatapnya.

Nadin pun mengajak Indah untuk menaiki berbagai sarana permainan, membuat senyum di wajah Indah semakin melebar setiap saat, dia sangat bahagia sekarang.

Tanpa Indah sadari, di setiap langkahnya akan ada gadis yang meliriknya dengan kagum dan malu-malu, bahkan seorang wanita yang lebih tua dari dirinya.

Indah tampak mencolok di dalam kerumunan yang sedikit menyesakkan itu, wajahnya yang sangat tampan dan bersih, membuat wajah gadis-gadis yang berada di dekatnya memerah.

bahkan saat senyumnya terpampang dengan jelas di wajahnya, membuat hati para gadis berteriak histeris.

Namun tak seorang pun yang berani untuk melangkah maju di depannya, dengan Nadin yang selalu menempel di sampingnya, mereka berfikir bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Tentu saja mereka tak akan mau mendapatkan penolakan yang memalukan di depan umum, maka mereka hanya bisa mengambil potret wajah Indah dan mengaguminya secara diam-diam.

Entah sudah berapa banyak gambar Indah yang diambil oleh para gadis yang melihatnya. Mereka berpikir sosok pria seperti dirinya adalah sosok yang sangat langkah.

Tentu saja jika Indah memiliki tubuh yang lebih tinggi, maka dia akan menjadi sangat sempurna. Namun Indah tetaplah seorang perempuan, dengan tingginya yang sekarang, dia tak terhitung pendek. Namun sebagai seorang pria tidak demikian.

setelah puas bermain Nadin mengajak Indah duduk di sebuah bangku kosong untuk beristirahat.

"Tunggulah aku disini, aku akan membelikan minuman untuk kita berdua!" Indah hanya mengangguk dengan senyum ceria yang masih terpampang di wajahnya.

Indah merasa sudah sangat lama dirinya tak perna sebahagia ini, keluar bersama Nadin benar-benar hal yang sangat menyenangkan, dan tentu saja merasa beban di pundaknya berkurang secara drastis.

Nadin sungguh sosok sahabat yang sangat berharga.

Beberapa saat kemudian, seorang gadis menghampiri dirinya, dengan ekspresi malu-malu padanya berdiri dihadapan Indah.

"I..ini untuk mu!" suaranya terdengar sangat kecil dan lembut, sambil membungkuk malu dan menyerahkan sebuah bungkusan di depan Indah

Indah terlihat bengong, merasa seperti ada yang salah saat menatap gadis itu.

melihat tak ada respon dari si pria, gadis itu pun memaksakan dirinya untuk menatap wajahnya secara langsung.

DEG.. jantungnya seakan copot, di lihat dari dekat pria itu bahkan lebih tampan lagi. Wajahnya benar-benar bersih dan sangat tampan.

"Ku mohon terimahlah hadiah ini, aku tak akan mengganggu mu lagi!" mohon gadis itu dengan wajahnya yang berubah menjadi semakin merah seiring berlalunya waktu.

Mendengar ucapan gadis itu Indah merasa sedikit canggung, ini adalah kali pertama baginya di berikan sebuah hadiah dari orang asing, bahkan dia adalah seorang gadis cantik.

Secara perlahan Indah mengambil bungkusan itu, gadis itu pun merasa sangat senang, karena pria itu sama sekali tak menolak pemberiannya.

Dug..dug..dug...

dia dapat mendengar suara detak jantungnya sendiri yang berdebar sangat kencang, aiya matanya sangat Indah. Mengapa ada seorang pria yang memiliki mata secantik itu.

Setelah mengambil bungkusan itu, Indah melihat wajahnya dan memberikan senyuman manis di bibirnya.

"Aaaaaaaaa." gadis itu segera berlari pergi meninggalkan Indah.

"Oh tuhanku kebaikan macam apa yang telah kuperbuat di masa lalu, sehingga hari ini aku bertemu dengan sosok malaikat seperti itu?" merasakan jantungnya masih deg-degan, dan sebuah darah mengalir dari hidungnya. Inilah yang di sebut dengan The Power Of pria tampan.

Setelah lima menit berlalu Nadin kembali dengan membawa dua minuman dan beberapa cemilan di tangannya.

Namun ketika dia berada di depan Indah matanya membulat dengan sempurna.

"Ini semua..?" Nadin bertanya dan melihat ke arah Indah dan semua bungkus-bungkus kado dan coklat yang berada di tangan Indah, bahkan tangannya pun tak mampu memegang semuanya, dan meletakkan sebagian di atas bangku.

Indah hanya tersenyum kikuk, dia juga tidak tau mengapa hal ini bisa terjadi, saat Nadin pergi, beberapa gadis bergantian memberinya sebuah kado-kado dan coklat ini.

Mereka bahkan memberikan ekspresi yang sama, yaitu wajah yang memerah dan berteriak histeris setelah Indah mengucapkan terimah kasih kepada mereka.

Mengapa mereka semua berteriak, apakah ucapan terimah kasihku tidak terlihat tulus di mata mereka? atau mungkinkah wajahku terlihat menakutkan?

Hal yang tidak di sadari oleh Indah adalah, bahwa wajahnya yang sudah terlihat sangat tampan, akan memberikan efek yang lebih mematikan pada gadis-gadis itu saat dia tersenyum.

Próximo capítulo