webnovel

Pria itu... siapa dia?

Mengapa mereka semua berteriak, apakah ucapan terimah kasihku tidak terlihat tulus di mata mereka? atau mungkinkah wajahku terlihat menakutkan?

hal yang tidak di sadari oleh Indah adalah, bahwa wajahnya yang sudah terlihat sangat tampan, akan memberikan efek yang lebih mematikan pada gadis-gadis itu saat dia tersenyum.

__Setelah puas bermain bersama Nadin, akhirnya Indah memutuskan untuk pulang sebelum ada yang menyadari kepergiannya.

"Aahh.. Hari ini sangat menyenangkan." Indah berbaring di atas kasur dengan perasaan senang.

Nadin adalah orang pertama yang membawanya berkeliling kota. Dia benar-benar teman yang baik, mengajari segala hal yang belum di ketahui oleh Indah dengan sabar.

Indah yang masih mengenakan pakaian pria, mulai bangkit dari kasur. Dan segera melangkah ke arah kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

PRANNKK...

Sebelum Indah sampai ke dalam kamar mandi, sebuah suara pecahan kaca terdengar. Indah lalu berbalik melihat keluar jendela.

DEG..

"Ti...tidak mungkin..!" dalam detik ketiga Indah berjongkok dengan menutupi wajahnya.

"Ba..bagaimana bisa dia berada di sini!" Dengan kecepatan kilat, Indah menyelinap masuk kedalam kamar mandi dan mengganti seluruh pakaiannya.

__Di dalam sebuah mobil, seorang pria dengan tatapan datar duduk di kursi penumpang. Beberapa dokumen penting tergeletak di sampingnya.

Sekarang dia telah mengadakan rapat penting, menggunakan laptop yang berada di pangkuannya. Tatapannya tak memberikan emosi sedikitpun, bahkan ekspresi wajahnya tak terbaca oleh setiap orang yang berada dalam panggilan video itu.

Dengan mengenakan sebuah headsed, dia mendengarkan dan mengawasi setiap ucapan dari bawahannya. Dia tak mengeluarkan suara sedikitpun, yang terdengar hanya deretan suara keyboard yang di ketik.

Setelah 15 menit, dia akhirnya memutuskan panggilan video itu. Dengan jarak antara rumah dan perusahaan yang lumayan jauh, membuat dirinya tak jarang mengerjakan pekerjaannya dalam perjalanan pulang.

Lima menit kemudian, mobil yang di kendarainya telah sampai di sebuah kediaman yang sangat megah. Terlihat beberapa pelayan berbaris dengan rapi dan teratur.

Kepala pelayan segera berlari untuk membukakan pintu mobil.

"Selamat datang Tuan!" Kepala pelayan membungkuk dengan elegan.

Rafael segera keluar dari dalam mobil, di ikuti oleh Bodyguard setianya.

"Tuan, hari ini Nyonya besar mengirimkan sebuah vas langkah, Nyonya berharap agar Tuan menjadikan vas itu, sebagai hadiah ulang tahun untuk tuan besar!" kepala pelayan menepuk kedua tangannya, dan dengan segera seorang pelayan melangkah di hadapannya.

Dengan sebuah nampan di tangannya, dia memperlihatkan sebuah vas antik yang sangat tua. Setiap ukiran atau inci dari vas itu, bagaikan berasal dari dunia lain. Hawanya juga terasa memikat, memberikan nuansa kuno yang sangat dalam.

Dengan perlahan, Rafael mengangkat vas itu dan memperhatikan setiap detail ukiran yang tertera.

mungkin akibat kurang istirahat dan berada di depan layar komputer, membuar kepalanya menjadi sedikit pusing. Dengan menggunakan tangan kanannya untuk menekan pelipisnya, dia berusaha meregangkan lehernnya.

PRANNKkK

Vas antik tersebut meluncur dengan sempurna ke tanah, dan berubah menjadi serpihan kaca yang tak berharga.

Sontak semua orang membeku di tempatnya, bagaimana bisa tuan memecahkan vas itu dengan mudahnya. Semua pelayan dan petugas keamanan saling memandang dalam bisu.

Hanya Rafael yang menunjukkan ekspresi yang ambigu, melihat ke arah jendela di lantai dua. Menatap tanpa berkedip sekalipun.

"Si..siapa orang itu?" ucap Rafael dalam hati. Mereka saling menatap secara langsung selama beberapa detik.

Mata itu... seperti sangat familiar baginya.

Rafael mengusap matanya, mungkinkah dia salah lihat? tapi saat dia melihat ke arah jendela itu lagi, orang itu telah menghilang sepenuhnya.

"Segera Periksa lantai dua sekarang!!!" Rafael berucap dengan nada dingin, memerintahkan seluruh pengawal untuk memeriksa adanya penyusup di kediamannya.

Tanpa berfikir panjang, seluruh satuan unit pengawal yang profesional bergerak dengan cepat, memeriksa setiap sudut lantai dua tanpa cela sedikitpun.

"Pria itu, siapa dia? mengapa dia bisa berada di rumah ini? mungkinkah dia adalah seseorang yang di bawah oleh gadis itu?" beribu pertanyaan muncul dalam benak Rafael, mungkinkah pria itu adalah mata-mata?

Tapi mengapa dia bisa berada dikamar itu, bukankah kamar itu telah di jaga dengan ketat? atau mungkin dia datang untuk gadis itu?

tidak boleh, dia tidak boleh membawahnya. Sebelum aku mengetahui kebenaran tentang gadis itu, aku tidak boleh melepaskannya!

Rafael segera berjalan masuk kedalam rumah, dan menuju ke arah kamar Indah. Dengan sekali hentakan, pintu kamar terbanting dengan keras.

BUK..

Indah yang sedang duduk di samping ranjang, terkejut dan menjatuhkan buku yang telah dia pegang sebelumnya.

Jantung Indah berdegup tidak karuan, berusaha untuk terlihat tak mencurigakan. Hampir saja dirinya ketauan, jika dia terlambat sedetik saja, dia tak tau apa yang akan terjadi pada dirinya.

"A..ada apa? a..apa ada yang salah?" Indah tak dapat menahan rasa gugupnya, berusaha tetap berdiri dengan stabil, meski saat ini tubuhnya sedikit bergetar karena ketakutan.

Rafael tak menghiraukan pertanyaan Indah, dia segera masuk kedalam kamar dan memeriksanya dengan teliti, bahkan dia memeriksa di bawah ranjang dan lemari pakaian Indah.

Tapi Rafael tak menemukan apa pun di sana, bahkan tanda-tanda keberadaan pria itu.

Setelah mencari dengan tanpa hasil, Rafael berbalik dan melihat ke arah Indah.

Deg..

mengapa kamu menatapku seperti itu? apakah dia sudah menemukan sesuatu? tubuh Indah bergetar semakin hebat.

"Dimana dia?!" tanya Rafael dingin.

"Di..dia?"

"Pria yang tadi berada disini dimana?" Rafael semakin menekankan nadanya pada 'Pria' itu.

"A..apa maksudmu? tak ada orang lain di sini, hanya aku!" Indah berkata dengan sungguh-sungguh. Dia bukanlah tipe orang yang suka berbohong.

Dan ya, dia memang tak berbohong. Pria itu adalah dirinya sendiri, jadi tak ada orang lain selain dirinya sendiri.

Rafael menjadi gusar, mencoba menekan amarahnya yang mulai bertambah, dengan langkah kasar Rafael berjalan ke arah Indah. Dan memegang pergelangan Indah dengan paksa.

"Kamu pikir aku buta? kamu kira aku tak akan melihat kalian dari balik jendela ini?" teriak Rafael sambil menunjuk ke arah jendela.

"A..apa maksudmu? sudah kubilang aku hanya sendirian disini sejak tadi, apakah penglihatanmu sudah rusak?!"

"Diam..! katakan sejujurnya, dimana kamu menyembunyikan pria itu! kalau tidak..."

"Kalu tidak apa? kamu akan menyiksaku? kenapa kamu tidak sekalian membunuhku saja." "Kamu sudah mengurungku selama berbulan-bulan disini, aku tak mengenalmu dan bahkan kamu menjadikanku seperti hewan peliharanmu yang buruk rupa, apa yang kamu lihat dariku, tidak kah kamu lihat aku hanyalah orang yang menjijikan!"

Indah menghempaskan pegangan Rafael pada tangannya. Memalingkah wajahnya ke arah lain, dia tak ingin melihat wajah orang itu, wajah yang memisahkannya dengan ibu dan kebebasannya selama ini.

"Kamu sudah merebut kebebasanku dan memisahkanku dari keluargaku sendiri! apakah itu masih belum cukup! mengapa kamu tidak membunuhku saja!"

"Diam..!" Rafael memegang kedua pundak Indah, dan memaksanya untuk melihat ke arahnya. Mata mereka terkunci dengan tatapan yang sangat dekat.

"kamu kira kamu siapa? aku adalah orang yang telah membelimu. Hidupmu bukan lagi milikmu, jika kamu berani melakukan sesuatu yang membuatku tidak senang, maka kamu akan menanggung akibatnya!!!"

Rafael akhirnya melepaskan cengkraman tangannya dan berjalan ke arah pintu.

"Dan satu lagi, jika aku tau kamu membawa orang lain masuk ke rumah ini, baik itu pria atau wanita, aku akan membunuh mereka semua!"

Rafael pun menghilang dari balik pintu, meninggalkan Indah yang terdiam seribu bahasa. Bagaimana bisa pria itu memperlakukanku seperti ini, apa yang menarik dariku?

Apakah begitu menyenangkan melihatku tersiksa seperti ini? tidak, aku harus keluar dari penjara ini, aku harus bertemu dengan ibu..

"Ibu... hiks..hiks.. ibu aku sangat merindukanmu!"

maaf baru bisa up date sekarang(╥╯﹏╰╥)ง

Great_Goddess03creators' thoughts
Próximo capítulo