Flashback on.
17 tahun yang lalu.
Dahlia (bunda Andara) saat itu tengah mengandung. Usia kandungannya baru mencapai 5 bulan. Dahlia menatap jam dinding seraya munggu suaminya pulang dari bisnisnya. Suami Dahlia beberapa bulan yang lalu pergi meninggalkannya dengan alasan bisnis di luar kota, Dahlia memaklumi hal itu.
Dahlia menunggu sambil terus mengusap perutnya yang mulai membuncit, wanita itu sudah tidak sabar ingin melihat buah hatinya terlahir ke dunia.
Saat itu pernikahan dan rumah tangga keduanya masih baik-baik saja, tidak ada kecurigaan apa pun dan tidak ada rasa cemas yang berlebihan.
Setelah 4 bulan berlalu, kini Dahlia tengah merasakan kontraksi hebat di perutnya, sementara suaminya sedang berbisnis ke luar kota.
Dahlia terpaksa melahirkan tanpa seorang suami yang mendampinginya. Setelah melihat wajah bayinya yang sangat cantik, Dahlia sedikit tenang.
Dahlia mulai heran dengan pekerjaan suaminya. Apa bisnis perjalanan ke luar kota harus satu bulan sekali? Bahkan di hari kelahiran putri mereka pun sang suami tidak bisa datang dan mendampinginya. Di situlah, Dahlia mulai merasa curiga.
Satu bulan setelah melahirkan, suaminya pulang. Dahlia menyambut suaminya dan tidak memperlihatkan kecurigaan apa pun. Suaminya bermain dengan putrinya yang telah ia beri nama Andara.
"Nama yang cantik," puji sang suami. Dahlia hanya tersenyum lebar seraya menyiapkan makan malam untuk suaminya.
Seperti dugaannya, setiap satu bulan sekali, suaminya selalu berbisnis ke luar kota dan pulang awal bulan setelahnya. Terus seperti itu hingga Andara menginjak usia 10 tahun.
Dahlia mulai tidak tahan, selain suaminya yang jarang pulang ke rumah, suaminya juga jarang memberikan kasih sayangnya kepada Andara. Hal itu membuat Andara tidak terlalu mengenal ayahnya.
"Bunda, kapan ayah pulang?" tanya sang bocah kecil itu. Dahlia mengusap surai hitam Andara kemudian tersenyum.
"Besok ayah pulang kok, kamu mau kasih apa ke ayah?" Andara terlihat berpikir, sangat menggemaskan.
"Aku mau kasih kue yang enak buat ayah, bun." Dahlia mengangguk kecil kemudian membawa Andara menuju dapur.
"Sekarang kita buat kuenya, yuk." Andara mengangguk tegas seraya tersenyum sangat lebar. Dahlia menatap putrinya dengan iba, pasti sangat berat karena tidak bisa mendapat kasih sayang seorang ayah yang cukup.
Setelah membuat kue selama satu jam, Andara menatap hasilnya dengan sangat antusias. Sebuah kue yang sangat cantik, ayahnya pasti akan sangat menyukainya.
"Karena sekarang sudah malam, kita bobo dulu, yuk. Kita tunggu kepulangan ayah besok." Andara mengangguk menggemaskan. Andara terus tersenyum meskipun jarang sekali melihat ayahnya, bagi Andara ayahnya pulang saja sudah merupakan kebahagiaan untuknya, jadi Andara selalu menantikan kepulangan ayahnya.
Dahlia mengantarkan Andara menuju kamarnya. Wanita itu menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuh Andara, karena cuaca yang sedang dingin. Dahlia tersenyum pada putrinya kemudian mencium dahi Andara.
"Bunda, aku mau jalan-jalan sama ayah," ucap Andara membuat Dahlia terdiam kemudian mengangguk kecil.
"Pasti kita akan jalan-jalan sama ayah. Bunda bilang sama ayah besok, ya." Andara mengeluarkan cengiran polosnya kemudian mulai memejamkan matanya. Andara sudah tidak sabar dengan kepulangan ayahnya. Perempuan itu juga tidak sabar ingin bermain dan pergi bersama ayahnya.
Andara berharap bisa mendapatkan itu semua besok. Andara sudah sangat lama menginginkan hal itu, hanya saja perempuan itu masih tidak berani untuk mengungkapkan keinginannya. Sekarang Andara yakin, bisa mendapatkan semuanya besok.
♡♡♡
Andara telah tertidur sejak 2 jam yang lalu, Dahlia masih menunggu kepulangan suaminya. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, terdengarlah suara ketukan pintu yang langsung membuat Dahlia membukakan pintu tersebut.
Dahlia tersenyum ketika mendapatkan suaminya telah pulang kemudian mencium tangan suaminya. Dahlia membiarkan suaminya membersihkan dirinya, sementara Dahlia merapikan kemeja dan tas hitam milik suaminya.
Dahlia merasakan sesuatu yang bergetar di dalam tas milih suaminya, Dahlia membukanya dan mendapatkan ponsel suaminya yang menerima sebuah pesan dari seseorang.
'Hati-hati di jalan, aku dan Elvan menunggumu kembali.'
Dahlia meremas benda pipih itu. Apa kecurigaannya selama ini adalah benar? Nama pengirim pesan itu adalah Lea. Pesan itu juga menyebutkan satu nama lagi, Elvan. Siapa sebenarnya Lea dan Elvan?
Dahlia terkejut ketika suaminya baru saja keluar dari kamar mandi. Suaminya merampas ponsel itu. Dahlia menatap suaminya.
"Siapa Lea dan Elvan?" Suaminya tertegun.
"Kamu buka ponselku?" tanyanya. Dahlia membuang napas berat.
"Aku gak buka, aku cuma baca pesan di layar utamanya. Siapa mereka?" Suaminya mendaratkan bokongnya di kasur mereka.
"Aku yakin kamu akan marah kalau aku cerita." Dahlia menaikkan satu alisnya.
"Karena Lea itu simpenan kamu?" Suaminya menggeleng tegas.
"Lea itu ... istri pertamaku." Dahlia membulatkan kedua matanya. Istri pertama? Apakah dirinya adalah madu?
"Apa maksudnya?!" Dahlia mulai terbawa emosi.
"Aku akan menceritakan semuanya, jadi kamu tenang dulu." Suaminya menyentuh bahu Dahlia untuk menenangkannya. Dahlia duduk di samping suaminya.
"Sebelum aku menikah dengan kamu, sebenarnya aku sudah memiliki istri, hanya saja dia tidak bisa memberiku keturunan. Aku sangat ingin memiliki seorang anak. Karena itu aku mencoba mencari wanita lain yang mungkin bisa memberiku anak, dan aku menemukan kamu. Ketika aku mendengar bahwa kamu sedang hamil, aku sangat bahagia. Sayangnya, keajaiban datang di saat yang bersamaan. Saat itu, Lea juga tengah hamil. Aku senang karena akhirnya Lea hamil, tapi aku tidak mungkin meninggalkan kamu karena kamu juga mengandung anakku. Di situlah aku mulai berpikir untuk membagi waktuku, untuk kamu dan untuk Lea, serta untuk Andara dan untuk Elvan," jelasnya membuat Dahlia berkaca-kaca. Apakah dirinya hanyalah pelampiasan? Dahlia menoleh ke arah suaminya.
"Apa Lea sudah tahu ini semua?" Suaminya menggeleng.
"Kenapa kamu menyembunyikan semuanya selama hampir 10 tahun?" Suaminya terdiam.
"Aku takut kamu kecewa." Dahlia mengepalkan tangannya.
"Sudah jelas aku kecewa! Wanita mana yang mau dijadikan madu?! Aku benar-benar kecewa sama kamu, tapi ini sudah terlanjur terjadi. Aki hanya ingin kamu memberitahu Lea tentang hal ini." Dahlia meninggalkan suaminya sendirian dan melangkah menuju kamar Andara.
Kecurigaannya selama 10 tahun akhirnya terjawab. Suaminya benar-benar memiliki orang lain di luar sana. Kecewa, hanya itu yang Dahlia rasakan sekarang.
Dahlia menatap wajah Andara yang sangat tenang ketika terlelap. Dahlia berharap putrinya tidak akan menjadi korban masalah rumah tangganya, Dahlia berharap Andara tumbuh dengan mengetahui masalah apa pun.
Dahlia mengusap pelan dahi Andara, perempuan kecil itu sama sekali tidak terganggu oleh gerakan yang disebabkan Dahlia. Andara terlihat sangat tenang. Dahlia tersenyum, memiliki Andara saja sudah membuatnya sangat bahagia, rasanya seluruh rasa sakitnya hilang ketika melihat senyum polos Andara.
Perempuan kecil itu akan ia jaga sebaik mungkin. Dahlia juga akan merahasiakan tentang hal ini, entah sampai kapan.