Stefano mengetuk pintu kamar Rindi, dia akan mengajak Rindi ke acara peresmian gedung baru agensinya. Tidak berapa lama Rindi membuka pintu, dan terlihat gadis mungil itu sudah siap dengan gaun hitam pemberian Stefano kemarin. Rambut Rindi yang sebahu di biarkan tergerai begitu saja. Rindi mengenakan kalung pemberian Stefano juga. Ini kali pertama Stefano melihat Rindi berdandan walaupun tipis tetap saja mengesankan bagi Fano.
"Aku sudah siap, Ayo berangkat!" Ajak Rindi sambil tersenyum.
Dengan masih menampakkan ekspresi wajah terkesima, Fano menganggukkan kepalanya.
"Setidaknya dalam sekali Aku harus benar-benar terlihat sebagai istri Stefano Chan," Gumam Rindi dalam hati sambil berjalan beriringan dengan suaminya yang juga terlihat sangat menawan dengan setelan hitam malam ini.
***
Stefano lahap makan di hadapan Rindi saat ini. Tadi di acara pindah gedung keduanya sama sekali tidak menyentuh makanan yang tersedia. Beberapa petinggi agensi bahkan memandang heran pada Stefano yang tidak minum sedikitpun. Padahal toleransi Stefano terhadap alkohol sangat tinggi. Keduanya memutuskan berhenti di MCD untuk mencari makan malam yang simpel dan cepat.
"Lapar sekali ya?" Tanya Rindi sambil mengulum senyum.
Stefano mendongak memandang sekilas pada Rindi. Kepalanya kemudian mengangguk mengiyakan. Rindi tertawa kecil kemudian menyodorkan ayam miliknya pada Fano.
"Makanlah! Aku sudah kenyang melihatmu makan," ujar Rindi.
Stefano berhenti makan kemudian mengerutkan keningnya memandang Rindi. Bisa-bisanya hanya melihat orang makan, Rindi bisa kenyang.
"Kalau tidak mau ayam, makan nugget dan kentang goreng punyamu! Jangan sampai Kamu sakit karena tidak makan malam," timpal Stefano kemudian melanjutkan makannya.
Rindi tersenyum melihat perhatian Stefano, Rindi mulai menyadari kalau sebenarnya Stefano bukan orang yang dingin. Wajah dan perkataannya memang sangat dingin, tapi sebenarnya dia orang yang begitu perhatian pada orang lain.
Setelah menyelesaikan acara makan malam. Rindi dan Stefano pulang, sepanjang perjalanan mereka banyak mengobrol tidak seperti biasanya. Rindi menceritakan bagaimana bisa dia ada di Korea pada Stefano. Rindi juga menceritakan keluarganya yang hanya tinggal Paman dan Bibinya. Fano mendengarkan semua detail cerita dari Rindi dengan seksama. Sesekali Stefano menimpali dengan candaan dan juga kalimat ejekan. Keduanya benar-benar seperti suami istri yang sebenarnya sekarang.
Keduanya sekarang turun dari mobil bersamaan. Rindi merapikan bajunya sembari menunggu Stefano berjalan ke arahnya. Mereka kemudian berjalan beriringan menuju apartemen sambil masih terus saja mengobrol.
Jam sudah menunjukkan tengah malam tapi keduanya masih saja asyik melanjutkan mengobrol di ruang tv. Hal langka bagi Rindi bisa mendengarkan kisah hidup Stefano.
Rindi terus memandangi Stefano yang sudah setengah mengantuk duduk di sampingnya.
"Pindah ke kamar kalau sudah mengantuk, Chan," ucap Rindi pelan.
Stefano membuka matanya kembali lalu tersenyum pada Rindi. Kepalanya mengangguk tapi Dia tidak beranjak dari duduknya. Rindi tertawa geli kemudian menangkap tangan Stefano.
"Ayo pindah ke kamar!" Ajak Rindi kemudian Stefano pindah.
Stefano berjalan sambil di tuntun Rindi pergi ke kamarnya. Sepertinya rasa kantuk yang Fano rasakan benar-benar sudah 100%. Rindi membaringkan Stefano kemudian menyelimuti suaminya itu sampai ke leher. Fano sendiri sudah memejamkan matanya dan terlelap dengan cepat saat sudah di atas ranjang. Rindi tertawa geli melihat wajah Stefano yang terlihat lucu saat tidur. Rindi memberanikan dirinya untuk memegang pipi Fano pelan. Mata gadis mungil itu berkaca-kaca, tapi bibirnya tersenyum tipis.
"Terima kasih, Chan," lirih Rindi sambil terus memandang wajah suaminya itu.
***
Rindi baru selesai melanjutkan pekerjaannya menerjemahkan beberapa berkas yang di amanahkan padanya. Rindi keluar kamar saat Stefano sedang ada di depan televisi menonton video lama saat dirinya konser. Rindi merasa tertarik kemudian memutuskan duduk di sebelah Fano sekarang.
"Konser di Jakarta ya?" Tanya Rindi sembari memandang Fano.
Stefano menganggukkan kepalanya lalu mempause video itu. Fano teringat sesuatu tentang Rindi.
"Aku boleh bertanya sesuatu padamu?" Ujar Stefano sambil menghadap Rindi sekarang.
Rindi menganggukkan kepalanya dengan ekspresi bingung menatap Fano balik.
"Kenapa saat pertama kali bertemu Aku dan Jay Hyung Kamu biasa saja? Tidak mungkin kan kalau Kamu tidak mengenal grup kami dulu? Lihatlah Kamu langsung tahu kalau konser ini di Jakarta," ujar Stefano bertanya panjang lebar pada Rindi.
Rindi mengedip-ngedipkan matanya mencoba mencerna pertanyaan Stefano yang dalam 1 tarikan napas itu. Rindi kemudian tertawa kecil lalu mengambil alih remote yang Fano pegang.
"Memangnya Aku harus bagaimana? Harus teriak-teriak gitu?" Sahut Rindi kemudian kembali menekan tombol play.
Sekarang gantian Stefano yang memandang bingung ke arah Rindi. Berarti benar dugaan Fano kalau istrinya ini bukan salah satu penggemar grupnya. Tapi kenapa Rindi suka dengan lagu hasil ciptaannya.
Rindi yang merasa di pandangi Stefano kemudian menoleh dan memandang Stefano juga. Keduanya sama-sama saling menatap dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Aku bukan salah satu penggemar fanatik kalian. Tapi Aku menyukai semua lagu ciptaanmu, itu jauh sebelum Aku mengenalmu dan menjadi istrimu seperti saat ini," ucap Rindi dengan suara mantap tanpa putus-putus.
Seketika wajah Stefano berubah merona, entah kenapa mendengar Rindi berkata seperti itu hati Stefano seperti di siram air es sejuk dan dingin. Tapi mendadak Stefano merasa badannya panas dan salah tingkah. Rindi masih menatap Stefano sambil tersenyum geli melihat ekspresi wajah Stefano sekarang.
Kalau saja bel apartemen Stefano tidak berbunyi, mungkin keduanya masih saja saling menatap saat ini. Rindi tersenyum ke arah Fano kemudian beranjak berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.
Rindi diam di tempat dan ekspresi wajahnya berubah melihat orang yang ada di layar. Rindi menarik napas dalam kemudian membuka pintu apartemen pelan. Ternyata wanita cantik yang Rindi temui di agensi Stefano beberapa hari lalu yang berdiri di depan pintu sekarang. Perempuan itu tersenyum kemudian membungkukkan badannya ramah menyapa Rindi. Begitu pula Rindi juga membungkukkan badan menyapa perempuan itu.
"Stefano di dalam? Ada yang harus Aku bicarakan dengannya, karena Dia tidak ke agensi. Maka Aku memutuskan untuk ke sini," ucap perempuan itu lembut.
Rindi menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan perempuan itu. Belum juga Rindi mempersilahkan perempuan itu masuk, Stefano sudah berjalan menghampirinya.
"Siapa yang datang? Kenapa tidak Kamu suruh ma..."
Perkataan Stefano terputus begitu saja saat melihat perempuan yang sedang berhadapan dengan istrinya sekarang.
"Hyu Jin_a," cicit Stefano lirih memanggil nama perempuan itu.
Rindi yang menoleh ke Fano bisa membaca ekspresi wajah Fano yang terkejut tapi sedikit tersirat juga bahagia di sana. Sedangkan perempuan yang di panggil Hyu Jin itu tersenyum sangat cantik dan langsung menghampiri Stefano dan bergelayut di lengan Stefano manja.
***
Pekerjaan rumah baru saja selesai, Stefano sudah pergi ke studi pagi-pagi sekali tadi. Rindi terakhir memisahkan sampah di dapur lalu kemudian keluar untuk membuang sampah. Rindi berjalan menyusuri lorong apartemen tempatnya tinggal yang memang selalu sepi. Sepertinya apartemen tempat tinggalnya dengan sang suami ini, tempat yang sedikit privasi.
Sesampainya di tempat pembuangan sampah, Rindi yang sudah memisahkan sampah sesuai jenisnya tadi membuang ke tempat yang sudah di sediakan. Saat akan kembali ke apartemen, Rindi bertemu segerombolan anak abg yang sedang membicarakan sesuatu sambil menunjuk-nunjuk ponsel. Salah satu dari anak abg perempuan itu berbisik pada teman-temannya. Pandangan anak-anak itu tertuju pada Rindi sekarang.
"Daebak, dia memang istri Stefano Chan ternyata. Tapi kenapa Stefano mau dengan perempuan seperti itu? Sampai-sampai mengikuti keyakinannya," ujar salah satu dari mereka tidak keras tapi jelas Rindi bisa mendengar kata-kata itu.
Rindi berhenti berjalan, dia menoleh pada segerombolan anak-anak abg itu. Tapi anak-anak itu sudah berjalan menjauh dari Rindi. Sekarang gadis Indonesia itu hanya bisa menghela napas pendek.
Rindi sedang sibuk menyiapkan makan malam. Stefano baru saja mengirim pesan kalau teman-temannya akan berkumpul malam ini. Selain menyiapkan makan malam, Rindi juga membuat cemilan khas Indonesia. Dia membuat tahu krispi balado, Dia yakin teman-teman suaminya sudah pasti belum makan cemilan seperti itu. Rindi begitu senang karena bisa memasak untuk Stefano dan teman-teman suaminya itu. Sedari tadi senyum Rindi tidak pernah luntur.
Rindi duduk di samping Jay tepat di hadapan Stefano yang duduk berdampingan dengan Hyu Jin. Rindi tidak pernah tahu kalau perempuan itu akan ikut berkumpul juga bersama teman-teman suaminya yang lain. Senyum yang sedari tadi siang menempel hilang begitu saja saat mendengar perkataan Hyu Jin.
***