"Sini deh."
     Jean mendekat ke arah Aldy. Aldy menepuk-nepuk pahanya sendiri, mengisyaratkan agar Jean membaringkan kepalanya di sana. Tentu saja Jean tak ingin menolaknya.
     "Lo tidur aja. Tadi lo udah jagain gue pas gue belum sadar. Sekarang lo bisa istirahat."
     Jean merebahkan kepalanya di paha Aldy, sementara Aldy terus mengadah ke arah langit sembari menyesap asap rokok dari saluran pernapasannya.
     "Kak Aldy."
     "Hm?"
     "Apa kita bakal terjebak di sini terus?"
     "Jangan asal kalo ngomong. Begitu matahari terbit, kita bakal pergi ke tempat yang lebih tinggi buat nyari jalan di sekitar sini. Gue juga cuman butuh istirahat bentar buat nyari makan. Kita pasti baik-baik aja. Lo percaya sama gue kan?"
     Mendengar perkataan Aldy membuat Jean tersenyum. Gadis itu pun mulai menutup matanya, menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya secara perlahan. Aldy yang melihat itu mengelus lembut kepala Jean yang kini sudah terlelap di pangkuannya.
     Di bawah sinar rembulan, diiringi suara hewan-hewan kecil penghuni hutan dan juga daun-daun yang saling bergesekan karena tertiup angin, Aldy tak menyadari bahwa napas panjang yang Jean ambil sebelum gadis itu mulai terlelap, adalah napas terakhirnya.
***
     Mentari telah terbit. Dengan penuh kehati-hatian, Aldy memindahkan kepala Jean dari pangkuannya dan berdiri. Sedari ia sadar dari pingsannya, ia terus mendengar suara gemercik air. Pasti tak jauh dari sini ada sungai yang mengalir.
     Dan karena sudah ada sinar mentari, ia jadi mudah untuk melihat ke mana ia pergi. Dan betul saja, tak jauh dari tempatnya berada, ada sungai yang mengalir.
     Aldy membasuh wajahnya dan meminum air sungai itu dengan rakus, seakan ingin memenuhi dahaga yang ia rasakan untuk waktu yang sangat lama.
     Aldy mengeluarkan tiga batang rokok yang tersisa dari dalam bungkusnya dan mengantunginya, lalu bungkus rokok itu ia gunakan untuk menampung air sungai yang akan ai bawakan untuk Jean.
     Aldy kembali ke tempat ia meninggalkan Jean sebelumnya. Dengan penuh kelembutan, ia mencoba membangunkan Jean.
     "Jean, bangun. Minum dulu."
     Jean tak merespon.
     "Jean?"
     Semakin lama perasaan Aldy menjadi semakin tidak enak. Bibir Jean ternyata sudah sangat putih, dan kulit wajahnya terlihat begitu pucat.
     "Jean?"
     Aldy menaruh jari telunjuk di hidung Jean dan ia terkejut saat tak merasakan hembusan napas dari sana. Aldy menyentuh leher Jean, dan tak ada denyut nadi sama sekali.
     "Jean!" teriak Aldy saat mendekatkan telinganya pada dada kiri Jean.
     "Enggak! Gak boleh! Gak boleh begini!"
     Aldy meluruskan poisisi berbaring Jean. Ia menjepit hidung Jean lalu menempelkan bibirnya pada bibir Jean dan berusaha memasukkan udara ke dalam paru-paru Jean.
     Aldy menekan dada Jean dengan kedua tangannya, mengabaikan rasa sakit di tubuhnya sendiri.
    "Lo gak boleh ninggalin gue gitu aja, Jean! Bangun!"
     Aldy terus mengulangi apa yang ia lakukan.
    "Jean!"
***
     Aldy duduk bersandar pada batang pohon yang ada di dekat kepala Jean. Kedua bola matanya telah berubah menjadi kemerahan. Ia mengeluarkan salah satu dari tiga batang rokok terakhir yang ia miliki, mengapitnya di antara bibir atas dan bawahnya.
     Dengan pemantik yang ia miliki, Aldy membakar ujungnya lalu menghisap asap dari batang rokok itu secara perlahan masuk ke dalam paru-parunya.
     Ia berusaha merasakan setiap sesnasi saat asap itu memenuhi organ pernapasannya, mencoba menenangkan pikirannya yang benar-benar sedang tak karuan.
     Setelah menahannya cukup lama di dalam sana, Aldy mengembuskan asap itu ke udara lepas sembari menutup kedua matanya.
     Di sebelah kaki Aldy terbaring Jean yang sepertinya tak akan pernah bisa bangun lagi.
     Ini adalah pertama kalinya Aldy menangis begitu lama dalam hidupnya.
     Selama satu jam penuh Aldy menangis di samping jasad dari Jean.
     Aldy tak pernah merasa sesedih ini sebelumnya. Seluruh bayangan tentang kenangannya bersama Jean terus muncul di benaknya.
     Saat pertama Aldy bertemu dengan Jean di kelas Maureen. Saat itu kesan pertama Aldy terhadap Jean hanyalah seorang gadis cantik yang ia tak kenal, dan mengasumsikan bahwa Jean adalah gadis yang sama dengan gadis-gadis lainnya, akan mengganggunya dengan memanfaatkan kedekatannya dengan Maureen.
     Namun semakin lama Aldy mengenal Jean, semakin ia mengerti bahwa di balik wajah cantiknya, Jean juga memiliki hati yang baik.
     Aldy ingat, Maureen pernah menceritakan tentang bagaimana Jean menolongnya dulu saat mereka masih SMP. Saat itu Jean adalah adik kelas Maureen, Jean bahkan tak ragu untuk menolong Maureen dan mendiang ibunya saat terjadi kerusuhan.
     Karena Maureen harus terbaring koma selama satu tahun, maka mereka berakhir menjadi teman sekelas.
     Aldy ingat, bagaimana Jean selalu memperhatikan Maureen karena mereka adalah teman dekat. Jean selalu ada untuk Maureen di saat Aldy tak bisa berada di sana.
     Dan saat Jean memutuskan untuk tinggal bersama di rumah dan Maureen menyetujuinya, hubungan Jean dengan Aldy menjadi lebih dekat.
     Bahkan saat ini, Jean sudah mencapai titik di mana ia sudah mendapatkan tempat tersendiri di hati Aldy. Jean sudah termasuk dalam orang yang berharga baginya.
     Aldy tak pernah menyangka akan datang hari di mana ia tak bisa lagi melihat senyum ceria Jean.
     Aldy tak pernah menyangka bahwa sekarang ia tak bisa bertemu lagi dengan gadis yang selalu berusaha untuk berubah menjadi lebih baik setiap harinya.
     Banyak sekali hal-hal sederhana yang terjadi di antara mereka, namun kini Aldy menyadari betapa berharganya hal-hal yang terlihat sangat sederhana itu.
     "Hufftttt~ ... "
     Aldy kembali mengembuskan asap nikotin dari saluran pernapasannya ke udara. Ia mengingat semua hal-hal yang terjadi di antara mereka.
     Saat Jean tinggal serumah dengannya, bahkan kamar Jean selalu berantakan. Namun semakin hari Jean semakin berubah. Setidaknya, kamar tidurnya tak seberantakan dulu.
     Pada awalnya, Jean adalah orang yang tak bisa memasak sama sekali. Yang bisa ia buat hanyalah mie instan dan juga telur goreng. Bahkan jika ia mencoba membuat telur mata sapi, tak akan bisa dilihat yang mana putih dan yang mana bagian kuningnya.
     Namun semakin hari, Jean selalu melihat bagaiman Aldy memasak di dapur setiap kali gadis itu memiliki kesempatan.
     Dan sekarang, Jean bahkan sudah bisa membuat beberapa menu masakan sederhana seperti nasi goreng.
     Aldy ingat saat pertama kali menemani Jean untuk bermain game. Jean mengatakan bahwa ia masuk ke dalam team E-sport, dan Aldy menemaninya bermain sekaligus melatih Jean meski secara tidak langsung.
     Aldy ingat ekspresi wajah Jean setiap kali dia dan Maureen menyaksikan Aldy sedang bermain bola basket di lapangan sekolah dari pinggir lapangan. Meski perhatian Aldy lebih sering tertuju ke arah Maureen, namun Aldy juga tak bisa tak melihat Jean yang selalu ada bersama Maureen.
     Jean sudah seperti adik bagi Aldy. Jean adalah adik yang tak pernah ia sangka akan ia miliki selama ia hidup. Jean sudah seperti anggota keluarganya. Meski Aldy selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam berbagai hal, namun terkadang Aldy bisa menjadi ceroboh dan Jean lah yang mengambil alih hal itu.
     Aldy ingat saat ia menyelamatkan Jean di pulau saat mereka melakukan staycation di Ancol. Dan momen terakhir yang ia ingat adalah saat Jean berada di depannya saat mereka ingin melakukan paragliding bersama-sama.
     Aldy ingat dirinya memeluk erat tubuh Jean untuk melindunginya dari benturan yang mungkin akan terjadi saat melakukan pendaratan darurat.
     Coba saja Aldy bisa menyadari bahwa Jean akan meninggal tak lama setelah kecelakaan itu.
     Andai saja ia tak membawa Jean sedari awal.
     Aldy tak berhenti menyalahkan dirinya sendiri.
     Bahkan di saat paling akhir, Aldy mengingat bahwa ia masih bisa melihat senyum manis dari seorang Jean.
     Aldy tak pernah menyangka, napas yang begitu berat dengan ekspresi wajah damai itu akan menjadi napas terakhir bagi Jean.
     Kedua mata Aldy sudah benar-benar merah. Meskipun ia ingin, namun air matanya sudah tak mau lagi keluar. Ia seakan tak lagi memiliki kekuatan untuk melakukan apa-apa.
     Setiap kali ia menutup matanya, bayangan tentang senyum hangat dari Jean terus muncul di kepalanya. Selama ini, Jean selalu memberikan Aldy energi positif. Sikapnya selalu cerah. Aldy bahkan tak bisa mengingat hal yang membuat dirinya kesal dengan Jean.
     Aldy benar-benar tak bisa mengingat hal itu. Jean selalu bersikap riang dan juga mendengarkan apa yang Aldy katakan. Jean tak pernah melakukan kesalahan yang membuat Aldy kesal.
     Dia gadis yang selalu berusaha dengan maksimal. Ia selalu bekerja keras dengan apa yang ingin ia lakukan. Dia adalah orang yang mau berjuang untuk meraih apa yang ia inginkan. Aldy jadi ingat bahwa Jean juga tak menerima kasih sayang dari orangtuanya, sama seperti Aldy.
     Bahkan di hari pembagian rapor, Aldy yang harus menerima rapor serta penghargaan yang Jean terima.
     Aldy masih belum pernah bertemu dengan orangtua Jean hingga sekarang.
     Jika tahu hal ini akan terjadi, Aldy tak akan bersikap keras kepada Jean seperti yang selama ini ia lakukan. Aldy memang selalu membedakan Jean dengan Maureen. Cara Aldy memperlakukan Jean bisa dibilang lebih keras ketimbang cara Aldy memperlakukan Maureen.
     Bahkan Aldy sekarang merasa jijik dengan dirinya sendiri jika ia menganggap Jean sudah seperti adiknya sendiri.
     Aldy tak sempat meminta maaf tentang semua kesalahan yang telah ia lakukan kepada Jean.
     Terkadang Aldy sadar ia sering melakukan sesuatu tanpa memikirkan bagaimana perasaan Jean. Dan hal itu membuat Aldy tambah membenci dirinya sendiri.
     Aldy mengembuskan asap terakhir dari batang rokoknya lalu mematikan baranya ke tanah yang ia duduki. Aldy memang biasanya tak menunjukkan ekspresi apapun. Namun kali ini, wajahnya masih tanpa ekspresi, tapi matanya benar-benar merah.
     Aldy mengambil tubuh Jean dan menggendongnya di belakang, seperti yang biasa ia lakukan untuk Maureen.
     Aldy benar-benar mengabaikan rasa sakit yang dirasakan oleh tulang rusuknya yang patah. Ia menggendong tubuh Jean dan melangkah menuju ke daratan yang lebih tinggi untuk mencari jalan keluar dari hutan belantara ini.
     Jeanice Ainsley.
     Nama itu, akan terukir di hati Aldy selamanya.
***
{{ Semoga kalian suka sama ceritanya, jangan lupa vote dan tinggalin komentar yaa :) }}

(Warning 18+ dengan potensi 21+, terdapat unsur kekerasan, sadistik dan juga beberapa adegan dewasa)

     Genap setahun Maureen berada dalam keadaan antara hidup dan mati. Kecelakaan yang dialaminya setahun silam juga merenggut nyawa ibunda tercintanya. Kini, iapun terbaring koma tanpa tahu kapan ia bisa kembali melihat indahnya dunia.
     Genap setahun juga Rizaldy, akrab disapa Aldy, seorang by-stander di geng SMA Caius Ballad, menjaga Maureen yang terbaring koma di rumah sakit. Keseharian Aldy yang berubah membuatnya dijuluki bad boy insyaf oleh teman-teman tongkrongannya.
     Aldy belum pernah mengenal Maureen, walaupun ia telah menjadi kakak angkatnya, tepat setelah orangtua Maureen bercerai empat tahun lalu dan ia diadopsi oleh ayah Maureen dari dalam sel tahanan penjara remaja.
     Pikirannya selalu menerka, apakah Maureen bisa menerimanya sebagai seorang kakak?
     Mungkin bukan itu. Apakah Aldy mampu menjadi seorang kakak untuk Maureen?
     Dan apa yang terjadi, jika Heri, orang yang mengadopsi Aldy ternyata adalah seorang pemimpin dari sebuah organisasi mafia terkejam?

KHUSUS 21TH KE ATAS
Dengan refleks Jean menuruti apa yang di inginkan Jian, menghisap kuat batang milik Jian secara berulang-ulang.
"Assshhhhh Jean,... gigitlah Jean." Erang Jian dengan tangannya meremas pantat Jean.
Jean yang masih belum berpengalaman, dan sedikit-sedikit terpaku melihat dalam film jadi kurang fokus dalam melayani Jian.
Untuk mengulum dan menghisap bagi Jean mungkin masih mudah bagi Jean untuk melakukannya, tapi bagaimana kalau suaminya memintanya untuk menggigitnya??
Tanpa pikir panjang, dengan mata setengah terpejam setelah selesai menghisap ujung lubang batang milik Jian, Jean mencoba menggigit keras separuh batang milik Jian yang cukup membuat Jean kesulitan karena lingkar batang milik Jian sangat besar dan tidak muat di mulut Jean yang mungil.
Sontak dengan gigitan keras Jean pada ruas batang milik Jian, membuat Jian memekik keras dengan mata Jian setengah melotot menahan rasa sakit yang luar biasa.
"Aaauggghhhh Jean sakittttt!!!!!" Pekik Jian sambil memegang batang miliknya yang hampir terasa mau putus setelah keluar dari mulut Jean.
Jean yang juga terkejut tak kalah tersiksa karena tersedak dengan bataang milik Jian yang hampir masuk ke dalam tenggorokan saat Jian menarik keras batang miliknya dari mulut Jean.
"Hughhh...hughhh" Jean terbatuk-batuk dengan memegangi leher tenggorokannya.
"Jean... kenapa kamu menggigitnya sangat keras sekali Jean." Ucap Jian sambil mengerang kesakitan memegang batang miliknya dengan posisi tubuh yang meringkuk. 
"Kenapa uncle tidak memberitahu untuk menggigit pelan saja, dan lagi aku sudah berusaha keras untuk menggigitnya, tapi uncle tahu sendiri mulutku terlalu kecil untuk menggigitnya." Ucap Jean dengan wajah panik seiring dengan suara batuknya dan menekan tenggorokannya yang serasa mual sampai ke perut.
"Jean, kamu harus bertanggung jawab, ini sakit sekali aku bisa pingsan Jean." Erang Jian sambil melirik wajah Jean terlihat panik dan cemas akan keadaan dirinya.
"Aku harus bagaimana Uncle?" Tanya Jean dengan polosnya sambil ikut mengelus pelan batang milik Jean.
"Harus di masukkan di dalam lubang milikmu Jean, agar tidak sakit dan ngilu." Ucap Jian mengerang kesakitan membuat Jean semakin bingung.
"Ya Uncle, tenang ya...aku akan menyembuhkan Uncle, tapi aku tidak tahu harus bagaimana Uncle?" Ucap Jean mengecup ujung batang milik Jian agar Jian berhenti mengerang menahan sakit.
"Masukkan dan tekan saja sampai dalam Jean." Ucap Jian merasakan benar-benar ngilu karena hasratnya masih belum tersalurkan.
"Baiklah uncle, aku coba ya?" Ucap Jean dengan wajah serius dan tegang setengah panik.
Dengan mengingat instruksi dari Jian dan melihat sebagian adegan dalam film, Jean mengangkang tepat di atas batang milik Jian yang sudah mengeras dan  berdiri.
"Aku masukkan ya Uncle." Ucap Jean dengan mata terpejam, tidak tahu apa lubang intimnya yang sangat kecil apa bisa memasukkan batang besar milik Jian. 
Jean tidak bisa membayangkan rasa sakit yang akan di alaminya nanti. Dengan keberanian tingkat dewa,Jean mencoba memasukkan pelan batang milik Jian tepat pada lubang intimnya.
Dengan bantuan tangan kiri Jean, akhirnya batang milik Jian tepat menyentuh pada lubang intimnya tinggal memasukkan saja.
Sambil menggoyangkan pinggulnya berkali-kali Jean mencoba memasukkan pelan batang milik Jian yang memang sangat besar.
"Auugghh Uncle!!" Jerit Jean saat batang milik Jian masuk masih separuh dalam lubang miliknya, dan itu sangat sakit Jean rasakan.
Dengan refleks Jean menghentikan goyangannya karena lubang intimnya terasa terbakar dan panas di dalamnya, seperti terganjal oleh sebuah batu.
"Uncle kenapa begitu sakittttt!!" ucap Jean dengan wajah kesakitan yang membuat Jian iba melihatnya.
"Kamu di bawah saja ya Jean, biar aku yang melanjutkannya, nanti kalau kamu kesakitan bisa pegang pundakku atau meremas rambutku, seperti yang ada film tadi." Ucap Jian yang sudah menahan hasrat dan rasa ngilunya sangat lama.
Jean yang sudah mengerti merebahkan tubuhnya dengan posisi berbaring dengan berganti posisi yang sekarang Jian berada di atasnya.
"Pejamkan matamu Jean." Bisik Jian mendekatkan bibirnya pada bibir Jean. Jian ingin mengulanginya dari awal seperti apa yang di lihatnya dalam film tadi.
Dengan pelan dan lembut, Jian mencumbu bibir Jean, melumat dan mengulum lidah Jean dengan sedikit bermain-main di dalam mulut Jean.
Seiring dengan kuluman dan isapan kuat pada lidah bibir Jean, batang milik Jian secara refleks mencari-cari jalan lubang intim milik Jean.
Setelah menemukannya dan sudah tepat berada di pintu lubang intim milik Jean, Jian menekan-nekan pelan lubang intim Jean tepatnya pada klitorisnya.
Mata Jean setengah terpejam, merasakan rangsangan yang luar biasa di sekujur tubuhnya, seperti sengatan arus listrik yang menggetarkan semua aliran darahnya.
Tanpa melepas ciumannya pada bibir Jean, Jian memulai menggoyangkan pinggulnya dan memutar-mutar batang miliknya pada lubang intim Jean agar bisa masuk ke dalamnya tanpa Jean merasakan kesakitan.
"Akkkkhhhh sakitttt Uncle!!" Pekik Jean memegang pinggang Jian dengan kuat, saat batang milik Jian masih masuk seperempatnya.
"Tenang ya Jean, kamu fokus pada permainan bibir kita ya, aku akan memasukkannya dengan pelan Jean, lubang intimmu terlalu kecil Jean." Ucap Jian kembali memagut bibir Jean dengan brutal agar konsentrasi Jean teralihkan pada sensasi permainan bibinya.
Sambil menghisap kuat lidah bibir Jean, Jian kembali menggoyang-goyangkan pinggulnya dan sedikit demi sedikit memutar batang miliknya agar bisa masuk lebih dalam lagi ke dalam lubang intim milik Jean.
"Auugghh Uncle...akkkkhhh." desah Jean saat bibir Jian beralih menghisap dan menggigit ceruk lehernya, seiring batang miliknya menghujam masuk ke dalam lubang intim milik Jean.
"Augghhh.... Jean, nikmatnya Jean." ucap Jian dengan matanya setengah terpejam merasakan batang miliknya yang sudah masuk separuhnya dan siap-siap akan Jian goyang dan Jian hentakkan sampai pada lubang paling dasar milik Jean.
"Aauuhhhhhh...ini sakit rasanya Uncle!" Pekik Jean dengan mengangkat kepalanya, sambil memeluk leher Jian hingga kening Jean menyatu dengan kening Jian.
"Sedikit lagi tidak akan sakit Jean." Bisik Jian menghentikan gerakannya sementara agar Jean tidak merasakan kesakitan.
"Ya Uncle, lanjutkan saja." Ucap Jean yang sudah merasakan lubang intimnya terasa gatal ingin di goyang lagi dan di masuki lebih dalam lagi.
"Kita lanjutkan ya Jean." Bisik Jian lembut dengan menggigit pelan kulit leher Jean hingga punggung Jean melengkung tinggi merasakan kenikmatan yang luar biasa, hingga tembus pada lubang intimnya ingin di tekan dengan sangat dalam.
Melihat Jean yang sudah menikmati rangsangannya, Jian kembali menggerakkan batang miliknya dan kali ini Jian ingin merobek penghalang yang cukup membuatnya kesulitan karena terlalu kecilnya lubang intim milik Jean.
Dengan goyangannya Jian mulai menekan batang miliknya berulang-ulang naik turun hingga Nafas Jean semakin memburu, dan mengeluarkan desahan-desahan yang membuat gelora hasrat Jian semakin pada puncaknya hingga Jian menggerakkan pinggulnya dengan cepat dan menekan keras batang miliknya menghujam penuh kedalam lubang intim Jean dan merobek keras selaput keperawanan Jean seiring dengan lengkingan dan teriakan Jean.
"Uncleeeeee sakittttttt.... Akkkkhhhh!!!" teriak Jean dengan mata terpejam dan berair mencengkram erat kedua pundak Jian hingga Jian meringis kesakitan dalam kenikmatan.


Khusus Dewasa!!

"MY HUSBAND HOT DADDY" VOL 5
Apa yang kalian pikirkan jika Bubu mendapatkan takdir yang tidak di inginkan??
Berawal dari keinginan berbulan madu bersama Haruka. Dalam perjalanan bulan madunya Bubu bertemu dengan sahabat lamanya Henry yang sudah menikah dan mempunyai seorang putri Bianca 5th.
Dua pasangan yang romantis menghabiskan waktu bersama-sama. Bianca gadis kecil yang cantik dan lucu merasa nyaman dan dekat dengan Bubu.
Hingga pada hari yang naas di saat kedua pasangan itu menghabiskan waktunya dengan makan malam bersama. Datang sekelompok orang-orang yang tiba-tiba menyerang dengan tembakan pada Henry dan istrinya. Sedangkan Bianca yang pada saat itu dalam pangkuan Haruka tak lepas dari incaran tembakan dan mengenai Haruka yang melindungi Bianca. 
Di sini awal kisah Bubu di mulai dengan membesarkan Bianca sebagai putrinya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Salahkah jika Bianca mencintai Bubu? 
Dan siapakah yang telah tega membunuh keluarga Henry yang ternyata seorang yang kaya raya dengan semua harta warisan yang akan jatuh di tangan Bianca??

"MY PATIENT MY HUSBAND" VOL 4
DANIEL CLIFFORD sahabat Jean Aideen Devanka  sebagai aktor yang terkenal di kota New York, yang hanya bisa mencintai Jeany sejak masa SMA sampai selama hidupnya.
Sejak Jean memutuskan untuk menikahi Jian laki-laki yang di cintainya, kehidupan Daniel terpuruk dalam kegelapan. 
Menjadikan seorang Daniel jadi pecandu rokok dan peminum berat dan pemakai narkoba selama bertahun-tahun, hingga membuat Daniel menderita sakit sirosis hati. 
Mendptkan Dokter pribadi dari salah satu temannya hidup Daniel menjadi berubah total.
Seorang Dokter muda Dhenisa Zee saudara kembar dari Dhesita Lee putri dari Jean Aideen telah mampu merawat kesehatan Daniel sekaligus telah menyembuhkan luka di hatinya yang terdlm.
Bagaimana kah kisah kelanjutan kehidupan cinta seorang Daniel? apakah cinta pertamanya bisa berpaling?"

"MY LOVER MAN" VOL 3
Alverio Axell seorang rektor sekaligus dosen di Universitas Taruna, di hadapkan pada tugas yang menurutnya sangat berat dari pemilik Universitas Taruna Tuan Hendrawan.
Di mana tugas itu harus menjaga dan membuat putri Hendrawan Sheren Evelyn Hendrawan menjadi wanita gadis yang pintar dan anggun, sedangkan di mata Axell gadis yang bernama Sheren adalah gadis yg paling bandel dan jahil yang sangat keras kepala.
Bagaimana? Apakah seorang Alverio bisa mengubah sifat dan watak dari seorang Sheren??
Dan bagaimana reaksi Axell saat Hendrawan menjodohkan Sheren Evelyn dengan dirinya???

"JIAN MY COLD MAN" VOL 2
"Kalian berdua harus menikah, itu sudah menjadi keputusanku." ucap Ardham menatap Jean Aideen Devanka dan Jian Ying secara bergantian.
Jian dan Jean saling berpandangan, saling bertanya satu sama lain dengan suara hati mereka.
"Aku masih muda aku tidak mau menikah denganmu Uncle." ucap Jean mengangkat satu alisnya.
"Aku juga tidak bisa menikahimu." ucap Jian mengalihkan pandangannya pada Ardham.
Sedetik kemudian keduanya menatap Ardham dengan mengambil nafas bersamaan.
"KITA TIDAK MAU MENIKAH !!!
Jian dan Jean kompak menjawab pertanyaan Ardham secara bersamaan.
"KALIAN HARUS TETAP MENIKAH TITIK!!!" ucap Ardham Devanka tanpa bisa di ganggu gugat.

MY UNCLE MY HUSBAND VOL 1
Seorang laki (Ardham) yang berusia 38 th mencintai gadis (Nadine 21th) yang sejak kecil di asuhnya. Nadine gadis remaja yang cantik yang telah di tinggal oleh orang tuanya sejak kecil karena kecelakaan yang sengaja di lakukan oleh seseorang yang menginginkan harta kekayaan orang tua Nadine. Ardham sebagai sahabat orang tua Nadine mengasuh Nadine hingga dewasa. Dan terus mencari siapa dalang dari kecelakaan tersebut. Dalam diam ada cinta di antara Ardham dan Nadine. Mungkinkah cinta mereka bisa bersatu? sementara nyawa Nadine dalam bahaya?
Dan mampukah Ardham bersaing dan mendapatkan cinta Nadine? sedangkan begitu banyak laki-laki yang masih muda menginginkan cinta Nadine?

Sia's Grandpa is on his dead bed, that is the time when he tells Sia about the crime he committed.
.
Sia comes to a realisation that something scary is under her backyard.
.
.
All VIP tickets comes to her feet, all cakes, cookies, pastry comes at her feet. Her hater becomes her BFF.
.
Then things started to get scary.
.
..
...
please read it to the end.
hope you like it.

Look for my other works:
The Paranormal System
&
My System & My Academy of Superpowers.
.
Join the discord community. 
Discord-  https://discord.gg/U7PrbTVJwa

WARNING!!! MATURE CONTENT 21+
MOHON BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN.


Jean Florence, wanita berusia 20 tahun yang ceria dan selalu berfikir positif. Tiba-tiba harus menanggung hidup begitu berat. Orang yang kita anggap ibu tega menjualnya pada gigolo untuk di jadikan pelacur. 

Pada saat pelelangan, seorang pria membeli dirinya seutuhnya dengan begitu mahal.

Jean di bebaskan dari rumah bordir. 

Apakah Jean akan di lepaskan begitu saja? atau hidup Jean akan berubah bersama pria yang telah membelinya? Atau mungkin Jean akan di jadikan budak seks oleh pria itu?

"Tapi aku lebih penasaran dengan sosok Alexy." Ucapnya sambil menatap Jean dengan lekat. 

*****

Jean segera mendorong dan menarik tangannya dengan kuat agar bisa menjauh dari Dominic. Saking kerasnya sampai lengannya mengeluarkan darah segar karena tergores aksesoris gelang yang dipakai. 

"Jangan bergurau. Kau tidak ada hubungannya apapun dengan anakku." Jean mencoba untuk tidak bergetar saat mengucapkan itu. 

"Aku tidak mengatakan jika itu ada hubungannya denganku, bukan?" Dominic menyeringai menang. Melihat keterkejutan Jean membuat Dominic yakin akan satu hal yaitu, Alexy memang berhubungan dengannya. 

"Kau membuat anakku tidak nyaman, Mr Archer." Phillip datang dan membawa Jean ke sampingnya. Dari kejauhan, Phillip memang memperhatikan interaksi mereka. Dan saat melihat wajah Jean yang tersudut, Phillip datang menyelamatkan Jean. 

"Maafkan saya, Mr Anderson, saya hanya ingin berbincang dengan anak anda. Dan saya tidak mungkin melukai anak anda, karena saya ingin proposal kerjasama saya dengan perusahaan anda diterima." Dominic tersenyum sebaik mungkin. 

Phillip memperhatikan Dominic dengan lekat. Meskipun Dominic menutupi sesuatu di balik senyum nya, tapi dapat Phillip lihat dengan jelas jika terdapat sosok iblis dibaliknya. Dan dia tidak mau Jean berurusan kembali dengan Dominic. 

Phillip juga menyuruh beberpa orang mencari tahu siapa sosok Dominic Archer, pria mantan suami anaknya itu. Dan Phillip terkejut mengetahui fakta jika Jean dulu pernah dijual oleh istri Deriz. Phillip sangat marah, dia mengerahkan semua anak buahnya untuk membuat orang yang sudah mencelakai bahkan melukai Jean habis tanpa tersisa. 

Jika Phillip sudah memerintah, itu semua akan menjadi bencana untuk orang yang tidak disukainya. Seperti club malam tempat Jean dijadikan wanita lelang, Phillip menyuruh anak buahnya untuk membakar tempat itu tanpa tersisa. Lalu ma'am pemilik club pun dibuat jatuh sejatuh-jatuhnya tanpa ada rasa kasihan. Lalu ibu tiri Jean, sekarang sudah dijadikan budak seks oleh pesuruhnya yang berjumlah tujuh belas orang, dan sudah tewas karena lelah melayani para pria itu. 

Phillip tidak segan-segan membuat siapapun yang sudah menyakiti Jean merasakan akibatnya. Lalu bagaimana dengan Dominic? Sejujurnya Phillip tidak bisa berbuat apa-apa untuk Dominic, karena dia yakin Jean masih memiliki rasa untuk pria brengsek itu. Terlebih ada ikatan antara Alexy yang membuatnya tidak mungkin melupakan pria itu. 

Phillip tidak menyetujui antara Jean dan Dominic karena Phillip sudah tahu semua kartu mati Dominic, dunia kelam Dominic, dan dunia dia yang berhubungan dengan pasar gelap. Tapi Phillip tidak bisa berbuat banyak jika Jean masih mencintai pria itu. Phillip akan menyetujui semua yang Jean inginkan, termasuk dengan memperbolehkan Dominic dengan Jean. Karena Phillip hanya menginginkan kebahagian Jean, meskipun ia tidak suka. Jean adalah prioritas utamanya. 

Setelah mengucapkan itu, Dominic pergi menjauh dari Jean dan Phillip. 

"Kau baik-baik saja?" Tanya Phillip. 

"Aku baik-baik saja." Jean menenangkan ayahnya, dan mengatakan jika dia baik-baik saja. 

"Apa dia mencelakaimu?" Tanya Phillip lagi. 

Jean menggelengkan kepalanya. Dominic tidak melakukan apapun kecuali cengkraman nya. Dan darah di tangan Jean bukanlah karena Dominic, tapi karena dirinya sendiri yang meminta dilepaskan. 

"Jangan jauh-jauh dari Dad." Phillip menggenggam tangan Jean dan berjalan bersama. Banyak pasang mata melihat kagum antara anak dan ayahnya. Meskipun Phillip sudah hampir setengah abad, tapi ketampanannya tidak bisa diragukan lagi. 

Pesta pun berjalan dan tampak begitu meriah. Tapi meskipun begitu, Jean tidak dapat menikmati pestanya. Sebab ada sepasang mata yang terus menatapnya tanpa mau melepaskan barang sedikit pun. Jean merasa risih, tapi dia tidak dapat berbuat banyak, karena terlalu malas untuk mengatakan kepada Dominic agar berhenti melubangi tubuhnya dengan tatapan tajamnya. 

"Dad, Jean mau ke toilet dulu." Jean ingin keluar sebentar karena merasa pengap dengan keramaian pesta. 

"Perlu Dad antar?" Tanya Phillip menawarkan diri untuk menemani putrinya. 

Jean mengecup pipi Phillip dan tersenyum kepadanya. "Terimakasih, Jean bisa pergi sendiri." Tolak nya halus. 

"Tapi apakah benar tidak apa-apa kamu sendirian?" Tanya Phillip khawatir kepada Jean. 

Jean memutar bola mata mendengar ke khawatiran ayah kandungnya itu. "Dad.. Hanya pergi ke toilet sebentar, ok. Jangan khawatir, Jean tidak akan lama." Jean pun pergi meninggalkan pesta itu. 

Tapi Jean tidak pergi ke toilet. Dia hanya berkeliling area mansion itu. Cukup besar dan juga sangat indah karena banyak ditumbuhi berbagai jenis bunga. 

Jean berhenti tepat di depan bunga matahari yang cukup besar dan sangat cantik. Jean berjongkok menyamakan tinggi nya dengan bunga matahari itu. 

Bibirnya merekah melihat betapa indahnya bunga itu diantara bunga-bunga lain. Tangannya menyentuh klopak bunga itu. 

"Cantik seperti dirimu." Ucapan sesorang dari belakang. 

Jean segera berdiri dan wajahnya kembali mengeras saat mengetahui siapa yang datang menghampiri nya. 

"Kau mengikutiku?" Kesal Jean. Ingin sekali dia menampar wajah pria brengsek yang tengah menatapnya dengan senyum tercetak di bibirnya. Sayangnya pria brengsek itu pernah singgah di hatinya, dan bahkan sampai mempunyai anak dari pria yang sudah berstatus mantan suaminya itu. 

Dominic memang sengaja mengikuti Jean, entahlah, Dominic sangat ingin melihat wajah wanita itu. Wajah yang sudah tidak ia lihat bertahun-tahun lamanya, sampai membuat dirinya frustasi bukan main. 

"Menurutmu?" Dominic mendekati Jean. Jean memundurkan langkahnya, dia tidak ingin dekat-dekat dengan Dominic karena sesuatu dalam dirinya memberontak dan berlainan dengan dirinya. 

"Apa alasanmu mengikutiku." Jean masih memundurkan langkahnya saat Dominic terus saja mendekatinya. 

"Menurutmu?" Dominic mengulang ucapannya. 

"Jawab dengan pertanyaan bukan dengan pertanyaan, Dominic Archer." Kesal Jean karena Dominic tidak menjawab pertanyaan, dan malah membalas dengan pertanyaan. 

"Kalau aku bilang merindukanmu, apa kau akan senang?" Kata Dominic yang sudah hampir sampai dihadapan Jean. 

"Jangan harap itu akan terjadi Dominic." Jean sedikit takut karena Dominic semakin dekat. Bahkan kini Jean tidak bisa melangkah mundur kembali karena dibelakangnya ada bangku taman. 

"Tapi sayangnya itu benar terjadi. Aku merindukanmu, Ms Flo." Kata Dominic saat sudah tepat dihadapkan Jean. 

"Tapi aku tidak." Jean menatap iris mata Dominic yang menyendu. Apa-apa dengan wajah itu, wajah yang tidak pernah dia tunjukan beberapa tahun. Batin Jean. 

Apakah Dominic benar-benar merindukan Jean? Tentu saja, Dominic sangat merindukan wanita satu-satunya yang sudah mengetuk pintu hatinya. 

"Benarkah?" Dominic menarik pinggang Jean. 

"Tapi aku iya, bagaimana?" Dominic mendekatkan wajahnya. 

"Jangan macam-macam, atau daddy ku akan-" Jean menghentikan ucapannya saat Dominic memotong ucapannya. 

"Alexy." 

Jean kembali membeku saat Dominic menyebut nama Alexy lagi. Jean pun tidak menjawab apapun. 

"Alexy Dominika Archer." Dominic menyeringai setelah mengucapkan  itu. 

Sekali lagi, Jean di buat membeku dengan yang diucapkan oleh Dominic. Apakah Dominic benar-benar sudah mengetahui semua? 

#####

Jean melepaskan tangan Dominic yang berada di pinggangnya. Dia menatap tajam pria yang ada di depannya. Rasa kesal menjalar ketika Dominic menyebut nama asli Alexy. 

"Apa maumu." Jean mencoba untuk tidak menunjukan rasa takutnya. Meskipun berbanding balik. Sebelah tangannya bergetar, tapi Jean menahan dengan tangan satunya agar Dominic tidak mengetahuinya. 

Tentu saja Dominic mengetahui itu. Tapi Dominic hanya diam, tidak menunjukan jika dirinya tahu. Dominic memang belum lama mengetahui jika Alexy adalah anaknya. Pria itu cukup terkejut jika dirinya memiliki seorang anak dari Jean. Selama ini yang Dominic ketahui Jean meminum pil pencegah hamilnya. Bagaimana bisa Jean masih tetap hamil. 

Dan pada saat itu, Dominic menghubungi Vian, dokter yang menangani Jean. Dan yang lebih mengejutkannya adalah, ternyata Vian tidak memberikan obat hamil, melainkan hanya vitamin biasa. 

Dengan tertawa Vian memberitahu jika memang itu adalah rencananya. Vian tahu jika dari awal sebenarnya Dominic memiliki something kepada Jean, tapi Dominic tidak menyadari itu. Vian memberikan vitamin bukannya nya pil pencegah hamil karena memang sengaja agar Jean hamil dan berharap sahabatnya itu bisa memiliki kehidupan normal di umurnya yang sudah cukup untuk menjadi ayah. 

Dominic menyumpahi Vian dengan berbagai kata kotor. Tapi Vian tetap tertawa dan malah mengucapkan selamat karena sudah memiliki seorang putri dan bergurau jika suatu saat Dominic harus mentraktir dan berterimakasih kepada Vian. 

"Kau yang terlalu bodoh, atau kau memang sengaja menggunakan nama Dominika dan Archer karena kalau kau merindukan ku kau bisa melihat Alexy, anak kita." Dominic menatap Dominic dengan tatapan sulit untuk diartikan. 

"Kau sudah mengetahui semuanya, lalu apa yang akan kau lakukan? Kau sejak awal tidak menginginkan Alexy ada." Tanpa sadar Jean meneteskan air matanya. 

Dominic tertegun melihat Jean menangis. Ingin sekali dia membawanya kedalam dekapan tudungnya. Tapi nyatanya tubuhnya membeku. Apa yang sudah Jean katakan benar. Sejak awal memang dia tidak menginginkan seorang anak dari Jean. Tapi kenapa saat ini berbeda dengan beberapa tahun lalu. 

Jean menunggu Dominic berbicara, tapi nyatanya Dominic hanya berdiam diri tanpa mengatakan apapun pada Jean.

Jean meninggalkan Dominic yang masih terdiam. Entah kenapa Jean sedikit kecewa karena Dominic tidak mengatakan apapun, dan berharap Dominic mengucapkan jika dia senang atas kehadiran Alexy. 

Jean menganggap dirinya gila karena sudah menginginkan hal itu yang sudah jelas-jelas dirinya sedang berusaha agar tidak jatuh kedalam perangkap Dominic kembali. Tapi hati kecilnya bahkan di dalam dirinya masih sedikit mengharap secercah harapan Dominic menginginkan Alexy. 

Jean menangis saat meninggalkan mansion tempat diadakan pernikahan teman ayah nya. Jean sudah tidak sanggup berada ditempat yang sama dengan Dominic. 

Tangan Jean di tarik oleh seseorang dari belakang. Jean menundukan wajahnya dan memberontak untuk dilepaskan. 

"Lepaskan aku, sialan." Teriak Jean dan menganggap yang menarik tangannya adalah Dominic. 

"Siapa yang telah melakukan ini padamu." Ternyata yang menarik Jean adalah Chanyeol bukan Dominic. 

Jean mendongakkan wajahnya. Air matanya malah semakin deras meluncur tanpa dapat dicegah. Chanyeol langsung memeluk Jean dengan erat dan mengusap punggungnya untuk menenangkan Jean. 

Tanpa diketahui oleh Jean dan juga Chanyeol, Dominic memperhatikan mereka. Memperhatikan Jean yang tengah dipeluk oleh pria lain bukan dirinya. 

Tangan Dominic mengepal kuat melihat kedekatan mereka. Seharusnya yang berada di posisi itu adalah dirinya, bukan Chanyeol, pria yang juga mencintai Jean dan bersembunyi dibalik topeng persahabatan. 

Dominic ingin sekali menghampiri Jean dan menarik Jean agar menjauh dari Chanyeol. Tapi apalah daya, Dominic adalah tersangka utama yang membuat Jean menangis dan merasa kecewa atas semua yang Dominic lakukan. 

Dengan langkah lebar, Dominic meninggalkan Jean dan juga Chanyeol dengan perasaan kesal, marah menjadi satu. 

"Sudah baikan?" Tanya Chanyeol setelah Jean sudah sedikit lebih tenang. Chanyeol memang sengaja datang ketempat pernikahan teman ayah Jean karena memang tidak mau lama-lama berjauhan dengan Jean. 

Chanyeol melepaskan jas yang dikenakannya dan memakaikannya kepada Jean, karena pakaian yang dikenakan Jean cukup terbuka dan Chanyeol takut Jean kedinginan. 

"Pulang?" Tanya Chanyeol. 

Jean menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin pulang, Jean ingin menghirup udara luar dulu. "Bawa aku ketempat tenang, Chan." Pintanya. 

Tanpa banyak bicara, Chanyeol menggenggam tangan Jean dan membawanya ke mobil. Chanyeol mengendarai mobil tanpa banyak bicara karena dia tahu Jean sedang membutuhkan waktu untuk sendiri. 

Chanyeol tahu siapa pelaku yang sudah membuat Jean menangis seperti itu. Dominic, Chanyeol menebak tepat sasaran, siapa lagi yang dapat melakukan itu selain Dominic, pria yang sudah menghancurkan hati Jean berkeping-keping. 

Chanyeol menghentikan mobilnya di sebuah taman, tidak ramai, tapi tidak sepi juga karena ada beberapa orang yang memang sedang menikmati udara malam. 

"Kau sudah baik-baik saja?" Tanya Chanyeol kembali, karena Jean hanya diam saja. 

"Aku baik-baik saja." Ucapnya. Chanyeol tahu jika Jean sedang berbohong, tapi Chanyeol membiarkannya. 

Hening kembali, tidak ada yang membuka percakapan kembali. Tapi mulut Chanyeol gatal untuk bertanya hal yang mungkin membuat Jean sakit. 

"Je." Panggil Chanyeol. Jean tidak menjawab panggilan Chanyeol, tapi dia mendengarkan apa yang akan dikatakan Chanyeol. 

"Apa kau masih mencintainya?" Tanya Chanyeol akhirnya. Chanyeol mungkin tidak mendapat jawaban pasti dari Jean. 

Dan memang perkiraan Chanyeol benar. Jean tidak menjawab pertanyaan nya. Chanyeol membuang nafasnya kasar, lalu menyentuh bahu Jean dan membalikan nya agar berhadapan padanya. 

"Apakah kau tidak bisa melihatku sedikit saja, Je." Chanyeol menatap Jean dengan sedih. 

"Sedikit saja Je, kamu tahu, aku mencintai kamu sejak sebelum kau mengenal pria brengsek itu." Chanyeol menumpahkan semua yang ingin dia katakan sedari dulu kepada Jean. 

Jean tidak menjawab. Tapi matanya menatap kesungguhan Chanyeol. Pria ini benar-benar sangat mencintai Jean. Tapi karena hati Jean sudah terpaku dengan Dominic sampai melupakan orang yang sudah membantunya sejak dulu. 

"Aku tahu aku mengatakan ini diwaktu yang mungkin tidak tepat. Tapi Je, aku bersungguh-sungguh. Aku mencintai kamu, dan aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersama kamu." Chanyeol mengeluarkan sesuatu dari balik saku celananya. 

"Aku selalu membawa ini. Dan menantikan moment yang tepat untuk mengatakan semua padamu." Chanyeol mengeluarkan cincin yang selalu ia bawa di sakunya. Jean cukup terkejut mengetahui itu. 

"Je, will you merry me." Chanyeol melamar Jean. 

Jean menatap Chanyeol yang sedang menanti jawabannya saat ini juga. Sungguh Jean sangat bingung apa yang harus dia katakan kepada Chanyeol. Dulu Jean memang mencintai pria itu, tapi sekarang, entahlah hatinya untuk siapa. Jean juga takut jika di menerima lamaran Chanyeol, apakah dia bisa mencintai pria itu. 

"Aku tahu ini sangat mendadak tapi-" 

"Aku mau." Jean memotong ucapan Chanyeol. 

Ya, Jean menerima lamaran Chanyeol, mungkin ini waktu yang tepat untuk melupakan Dominic sepenuhnya dan mulai mencintai pria yang sudah bersama nya lebih dulu. 

Mungkin Jean jahat menjadikan Chanyeol sebagai pelampiasan, tapi Jean tidak mau selalu dibayang-bayangi oleh Dominic. 

Dan sekarang mungkin waktu yang tepat untuk jean melupakan Dominic, dan memulai bagian baru bersama Chanyeol. Tanpa ada bayang-bayang harus takut jika Alexy tidak diinginkan. Atau saat-saat dimana kenangan buruk saat bersama Dominic kembali terngiang. 

Dan mungkin juga Chanyeol pria yang tepat untuk Jean memulai hidup baru. Harap Jean.

jika kalian dihadapkan oleh pilihan "meninggalkan untuk keselamatan, bertahan tapi nyawa menjadi taruhan?" dua pilihan sulit yang harus di pilih. 

"Aku mencintaimu, Ms Flo." Dominic Archer. 

"Aku membenci mu, Dominic Archer." Jean Florence

A dwarf who was born into an imperial family through whom the decades' prophecy that a king would rule the world would be fulfilled. Forthwith he was born, he was bestowed the symbol (sacred sword) of his destiny. The hatred of the world went after his life, but what does fate hold for him?

Jean, seorang lelaki kelewat tampan yang memiliki darah Belanda dan tinggal di bumi pertiwi ini. Menyukai berpuisi dan bersahabat dengan Jani. Gadis dari tanah Jawa yang tingkahnya bikin geleng kepala. Entahlah akan menjadi apa mereka kedepannya~

Nautusan si Jean na patayin si Yohan Kyle Villar.


Kailangan niyang gawin ang ipinapagawa sakaniya upang hindi nila patayin ang pamilya niya.



Ngunit kaya ba niyang panindigan ang trabaho niya kung nahulog na siya sa taong dapat ay papatayin niya?.

CERITA DEWASA 18+

10 Tahun berlalu sejak pembunuhan kelam tersebut, Jovana gadis Innocent dan lembut ini berpisah dengan orang yang ia cintai, akhirnya ia di pertemukan kembali dengan Jean, Pria dingin dan emosional ini adalah seorang polisi, padahal Jean sudah melupakan Jovana, seorang pembunuh pacarnya sendiri, akhirnya gadis ini datang menemuinya, menyatakan cintanya kembali. 

Akankah ia mengingat Jovana.

Akankah Jean & Jovana memiliki masa depan. 

Akankah Cinta bisa menyelamatkan keduanya. 

Akankah Jean membalaskan dendamnya.

Sebuah kisah cinta penuh drama, penuh seks dan tentu saja penuh akan rasa sakit serta pengorbanan. 

[ -- ] [ -- ] [ -- ] [ -- ] 

Di Update setiap empat hari sekali.

jean Novel

Penjaga Yang Ditakdirkan (Destined Guardian)

MY UNCLE, MY HUSBAND

....

BILLION BUCKS

BILLION BUCKS SEASON II 21+

JEAN

Jean & Jani

Stay With Me Jean

Jean

Love & Punishment

Dutys|Jean x oc(yumi)| fanfic

People search jean also like: