webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · アニメ·コミックス
レビュー数が足りません
275 Chs

Perubahan Rencana

Zen tanpa pikir panjang sudah menaiki jendela dari kamar dimana para bangsawan brengsek itu melecehkan juniornya. Zen saat ini langsung melesat dan memukul tepat diwajah seorang yaitu Raios.

Akibat dari pukulan Zen tersebut, Raios terpental hingga dia terbentur pada tembok dari kamar ini. Bisa dilihat beberapa benda putih keluar dari mulutnya dengan beberapa darah.

"Sialan, beraninya kamu melakukan hal ini kepada seorang bangsawan" kata pria itu, yang saat ini tidak terlihat lagi giginya akibat pukulan Zen tersebut.

Zen tidak menghiraukan perkataan sampah tersebut. Dia kembali melesat dan akhirnya memukul telak dibagian perut dari bangsawan tersebut, hingga membuatnya tertunduk. Zen lalu menjambak rambutnya dan menariknya keatas.

Zen lalu kembali mengepalkan tangannya dan memukul wajah menjijikan didepannya ini, bisa dilihat berbagai cairan berwarna merah keluar dari mulut dan hidungnya.

"AHHHHHH. Akan kubalas perbuatanmu" kata bangsawan yang dilawan Zen itu.

Dia mulai meraih tangan Zen yang menjambak rambutnya, namun sebuah tebasan langsung memutuskan pergelangan tangannya sebelum tangannya berhasil meraih tangan Zen tersebut.

"D-DD-DDARAH!!!!" teriaknya setelah melihat banyaknya darah yang muncrat keluar dari pergelangan tangannya yang dipotong oleh Zen.

Ruangan itu semakin beirisik dimana pria yang ditebas tangannya oleh Eugeo kemudian juga mulai panik saat ini.

"Eugeo, habisi dia cepat. Jangan membiarkan para sampah ini hidup" kata Zen menatap Eugeo yang saat ini masih menyaksikan kedatangannya.

"B-Baiklah" kata Eugeo, lalu meraih pedangnya dan bersiap untuk mengakhiri orang yang mencoba melecehkan juniornya.

"A-Apa AA-Apa yang kau L-Lakukan. A-apkah kamu T-tahu kami seorang B-Bangs..." kata pria itu terbata – bata karena panik. Namun sebelum dia selesai mengatakan kalimatnya, sebuah pedang sudah menembus tepat didadanya saat ini.

Tidak seperti Zen, Eugeo lebih memilih untuk langsung membunuh orang tersebut tanpa menyiksanya saat ini.

"A-Apa yang k-kau lakukan. A-apakah kalian tidak takut melanggar indeks tabu?" kata seorang pria yang saat ini masih memegang pergelangan tangannya yang terpotong.

"Siapa yang menyuruhmu berbicara? Kamu hanya bisa berbicara kepada penjaga gerbang neraka yang akan kau kunjungi nanti" kata Zen sambil memukul kembali orang tersebut.

"Tutuplah mata kalian oke" kata Zen kepada kedua juniornya tersebut.

Mendengar itu junior Zen dan Eugeo mulai menutup matanya, sedangkan Eugeo mulai melepaskan pakaiannya dan membalut tubuh juniornya dan mengambil kain dari tempat tidur tersebut dan membalut junior dari Zen.

Setelah melihat bangsawan sampah itu jatuh tersungkur, Zen mulai memasangkan kembali pedang pada sarungnya dan mulai menebas bagian selangkangan bangsawan tersebut, dengan pedang yang sudah dimasukan kedalam sarungnya.

"AHHHHHHH" teriak bangsawan tersebut.

Zen tidak melakukannya sekali, dia melakukan bertubi – tubi hingga terlihat cairan darah bercampur cairan seni keluar dari bagian selangkangannya.

"A-Ampuni aku.. Ampuni.. AHHHHHH" teriaknya lagi.

Kali ini Zen mulai menebas bagian tubuh lainnya dari pria tersebut menggunakan pedangnya. Namun tiba – tiba cahaya mata dari bangsawan tersebut mulai hilang menandakan nyawanya sudah tiada.

"Huh... padahal aku belum selesai, ternyata dia sudah mati" kata Zen.

Bangsawan tersebut mati dengan mengenaskan dan menyisakan mayat dan beberapa percikan darah memenuhi ruangan ini. Tiba – tiba sebuah portal kecil muncul diatas mereka dan memunculkan seorang sedang mengawasi tindakan mereka saat ini.

.

.

Didunia luar, saat ini beberapa orang sedang berada di sebuah kontrol room dari program Alicization ini. Bisa dilihat seseorang yang sedang menggunakan kaca mata yaitu Higa Takeru sedang melihat suatu data yang menarik.

"Seijiroi-san, sepertinya ada satu Fluctlight yang tingkatnya sama seperti Alice, namun perbedaannya dia juga menentang sistem, dan saat ini dia tidak sedang dikendalikan" kata pria tersebut.

"Bisa kau lihatkan" kata Seijirou.

Lalu pria itu mulai mengetikan sesuatu pada komputernya dan memunculkan sebuah tampilan seorang remaja, dengan rambut berwarna pirang dengan data yang terdapat didalamnya.

"Setidaknya kita punya pilihan lain jika Alice tidak berhasil" Kata Seijirou.

"Lalu Rinko-san, bagaimana dengan pengembangan tubuh yang akan menampung Fluctlight ini?" tanya Seijirou kepada seorang wanita yang bersama dengan mereka.

"Karena uji cobaku dengan robot kemarin berhasil, Sekarang aku sedang menciptakan sebuah rancangan tubuh hasil dari penelitian Shigemura-san sebelumnya. Saat ini proses perancangan tubuh AI sudah selesai sekitar 80% saat ini" jawab wanita tersebut.

"Pastikan kita menyelesaikannya, saat Zen berhasil membawa jiwa dari Fluctlight keluar dari dunia itu melalui World End Altar" kata Seijioru.

"Baiklah" jawab wanita tersebut.

Namun yang tidak mereka sadari, sedari tadi seorang dari dalam sistem mereka sedang mengawasi perbincangan mereka saat ini.

"80% ya.. sepertinya rencana Kakak harus segera dipercepat" kata seorang dengan suara wanita, yang ditugaskan oleh Kakaknya untuk mengawasi semua pergerakan didalam Ocean Turtle ini.

.

.

"Benarkah? Itu akan terlalu lama kalau begitu. mereka harus menyelesaikan rancangan itu sebelum terjadi serangan ditempat itu. Kalau tidak seluruh rencana kita akan berantakan" kata Zen.

[Iya Kak, sepertinya rencana Kakak harus dimulai lebih cepat dari yang kita rencanakan sebelumnya] kata Irene.

"Namun apakah mereka sudah memperhatikan Fluctlight dari Eugeo?" tanya Zen.

[Ya, mereka sudah memperhatikannya] jawab Irene.

Zen setelah selesai membantai para sampah bangsawan, dia dan Eugeo dibawa ke ruangan khusus untuk ditahan sementara, karena tindakan mereka sebelumnya. Saat ini Zen masih terjaga, karena laporan dari Irene.

Lalu sekarang Zen mulai memikirkan beberapa rencana, karena saat ini beberapa hambatan dalam rencananya muncul.

"Bagaimana jika aku mengirim jiwa Eugeo lebih cepat Irene? Bukankah mereka akan mempercepat proses rancangan tersebut?" tanya Zen.

[Betul Kak, tetapi bagaimana cara kita pergi ke altar tersebut?] tanya Irene, karena rencana awal mereka menuju altar tersebut harus dipercepat.

Lalu Zen mulai menjelaskan rencananya tentang bagaimana membawa Eugeo kepada Irene, agar Irene bisa menyempurnakan rencana tersebut.

"Bagaimana Irene?" tanya Zen.

[Itu rencana yang bagus Kak, Tetapi sekarang kita harus menyalin sebuah Fluctlight khusus kalau begitu] kata Irene.

"Tentu, bukankah kamu akan membantuku? Bisakah kita memakai cara yang lama?" tanya Zen kemudian.

[Baiklah Kak, pastikan saja Kakak menyentuhnya.] jawab Irene.

"Baiklah, pastikan kau bersiap saat rencana kita dimulai Irene." Kata Zen.

[Baiklah Kak] jawab Irene.

Zen setelah selesai merencanakan rencananya yang baru, dia mulai beristirahat untuk menghadapi hari esok yang akhirnya akan dimulai.

Keesokan harinya, Zen dan Eugeo terbangun karena teriakan dari instruktur mereka yang membangunkan mereka saat ini. Saat ini mereka sudah berdiri diluar ruangan mereka. Intruktur itu juga sudah menyembuhkan mata Eugeo yang meledak sebelumnya.

Setelah intruktur itu mengatakan beberapa kata, akhirnya mereka dibawa menuju sebuah ruangan dimana seorang ksatria intregritas sedang menunggu mereka.