webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · アニメ·コミックス
レビュー数が足りません
275 Chs

Perang Pertama

Suara ledakan tank mendominasi hutan berkabut ditempat ini, yang dimana hasil serangan tersebut melululantahkan beberapa prajurit yang mencoba menyerang hutan ini. Seorang pria paru baya bertelinga panjang yang merupakan seorang Elf, hanya bisa menyaksikan kejadian tersebut karena tidak tahu harus melakukan apa sekarang.

Suara ledakan bercampur dengan suara teriakan kesakitan memenuhi tempat ini, dimana beberapa orang berjubah putih juga ikut serta membantai beberapa prajurit yang mendatangi tempat ini.

Disisi lain, disebuah tempat yang dibuat khusus menjadi markas, seseorang manusia kelinci sedang mengawasi jalannya peperangan dengan beberapa bawahannya yang sedang membantunya disana.

"Aktifkan jebakan pada area kelima" kata Cam yang memimpin pasukannya sambil melihat citra yang didapatnya dari pesawat tak berawak yang terbang diatas mereka.

Memang hutan ini dipenuhi dengan kabut, tetapi citra yang didapatkan oleh Cam, merupakan citra pelacak suhu, dan dapat sepenuhnya melihat lokasi para pasukan musuh yang sudah memasuki daerah hutan Haltina.

"Lalu, apakah belum ada tanda dari Jenderal akan keluar?" tanya Cam kepada anak buahnya kemudian.

"Dari hasil laporan penjaga pintu masuk labirin yang berada di Sea of Three, saat ini belum ada tanda – tanda Jenderal dan wanitanya keluar dari sana, Kapten" jawab bawahannya saat ini.

"Baiklah, lalu bagaimana dengan pasukan iblis yang mengawasi pertempuran kita saat ini?" tanya Cam.

"Untuk itu, beberapa pasukan masih mengawasi mereka dengan ketat Kapten" jawab salah satu manusia kelinci disana dan dibalas anggukan oleh Cam saat ini.

"Kapten, ribuan pasukan sudah mulai bergerak memasuki hutan ini, untuk membantu pasukan yang sebelumnya" kata seseorang yang saat ini sedang melihat pantauan jalannya peperangan dari sebuah layar, yang terhubung dengan pesawat tanpa awak yang terbang diatas mereka.

"Baiklah, atur jebakan dalam mode waspada, dan kerahkan beberapa tank untuk segera menuju area ketiga" kata Cam.

"Baik Kapten" jawab mereka serentak.

Sementara itu, disisi lain Jenderal dari kekaisaran Hoelscher yang memimpin serangan pada hutan Haltina, untuk menaklukan semua demi-human yang berada disini, mulai merasa sakit kepala dengan informasi apa yang baru saja dia terima.

"Benda apa itu?" kata Jenderal tersebut.

"Kami tidak tahu Jenderal, tetapi benda itu semacam artefak yang menembakan serangan yang sangat besar" jawab bawahannya.

"Apakah pasukan penyerang sudah memasuki medan perang?" tanya Jenderal itu kemudian.

"Kapten divisi penyerangan sudah memimpin mereka memasuki medan perang Jenderal" jawab bawahannya kemudian.

"Baiklah, lebih baik kita juga ikut serta dari peperangan ini" jawab Jenderal tersebut dan mulai menyiapkan pasukannya untuk menjadi bantuan dalam peperangan ini.

Suara ledakan terus bermunculan, seorang manusia kelinci yang mengendarai sebuah tank, saat ini tanpa pandang bulu menembak ratusan prajurit yang mencoba menghalanginya. Beberapa prajurit mencoba menghentikan benda tersebut, namun sialnya mereka hanya bisa gigit jari.

Serangan sihir tidak mempan terhadap benda tersebut. Sedangkan serangan fisik yang dilakukan oleh beberapa pasukan, malah menyebabkan mereka hanya menjadi jalan bagi benda tersebut yang mulai melinggas mereka semua saat ini.

Tidak hanya itu, pasukan kelinci juga berada dicabang beberapa pohon guna melenyapkan beberapa pasukan yang tidak terkena serangan dari tank, dan berusaha menghindar dari jebakan bahkan melarikan diri.

Mayat – mayat mulai berjatuhan, namun tidak ada satupun yang berasal dari pihak demi-human yang berada ditempat ini. Seorang Elf yang menjadi pemimpin kota ini, juga hanya melihat pembantaian tersebut dengan perasaan mengerikan.

"Bagaimana para kelinci itu mejadi beringas seperti ini" kata Elf tersebut yang bernama Ulfric.

Memang pasukan demi-human yang tergabung didalam persekutuan kota Verbergen, sudah menyiapkan pasukan mereka masing – masing dari berbagai ras yang ada dikota tersebut. Namun saat ini, mereka hanya menjadi penonton saja disana, sambil mendengar suara ledakan dan teriakan menyakitkan saat ini.

"DUUAAARRRRRRRR"

Sebuah suara ledakan besar membuat pasukan yang sudah disediakan Ulfric dalam peperangan ini kembali terkejut.

"Sejak kapan mereka membuat jebakan diarea ini dan tanpa sepengetahuan kita?" kata seorang manusia serigala

"Ya, mereka begitu lancang" kata seorang manusia harimau.

"Tetapi mereka menyelamatkan kita. Apakah kalian mampu menghadapi ribuan prajurit yang datang ketempat ini?" kata Ulfric meninggikan suaranya.

Mendengar hal itu semua, mereka hanya terdiam karena mereka menyadari jika manusia kelinci tidak membantu mereka, dipastikan mereka akan menjadi budak saat ini.

Disisi lain, beberapa penjaga pintu masuk labirin, dikejutkan dengan kemunculan Zen dan para wanitanya yang berhasil menaklukan labirin tersebut dan mendapatkan Evolution Magic beserta beberapa artefak yang berguna.

"Bagaimana keadaan peperangan saat ini?" tanya Zen kepada pasukan kelinci yang sedang menjaga tempat tersebut.

Namun sebelum seseorang menjawab pertanyaan Zen, suara ledakan besar memenuhi tempat tersebut.

"Begitulah kondisinya Jenderal" jawab salah satu manusia kelinci yang ada disana setelah mendengar ledakan besar tersebut.

"Baiklah" Kata Zen sambil menatap semua wanitanya saat ini yang masih terbawa suasana peperangan mereka sebelumnya, serta mencoba memahami apa yang baru saja mereka terima saat menyelesaikan labirin tadi.

"Apakah kalian siap untuk peperangan kedua?" tanya Zen.

"Kami siap Zen!" jawab mereka serentak, yang langsung bersemangat saat ini.

Mendengar hal tersebut, Zen hanya tersenyum dan mulai membagi mereka menjadi beberapa kelompok. Shizuku, Kaori, Suguha dan Sinon bertugas untuk melindungi kota Verbergen dan merawat pasukan yang terluka pada pihak mereka. Sedangkan Yue, Shea, Tio, Alice dan Rina akan bertempur pada garis depan bersama Zen saat ini.

"Baiklah, Tio!" teriak Zen dan langsung dibalas anggukan oleh Tio yang paham dengan mahsut Zen tersebut dan berubah sepenuhnya menjadi Naga. Anggota yang akan bertempur digaris depan mulai menaiki punggung dari Tio dan langsung beranjak dari sana.

"Kalau begitu, sampai bertemu lagi" kata Zen kepada sisa kelompoknya dan ikut beranjak dari sana.

"Baiklah, kita tidak boleh kalah" kata Kaori yang memimpin saudara perempuannya yang tersisa untuk langsung menuju Verbergen.

Pasukan yang sudah dipimpin oleh seorang Jenderal, saat ini sedang berbaris dan bersiap memasuki medan perang dan membantu beberapa prajurit yang sudah berperang terlebih dahulu. Memang, saat ini dia menjadi pemimpin dari sebuah regu pasukan dari lima regu yang ada.

Namun saat hendak memasuki hutan, mereka dihadang oleh seseorang pria dengan jubah putih yang khas, sambil membawa sebuah pedang pada tangannya. Pria tersebut berjalan dengan santai kearah mereka saat ini.

"Berhati – hatilah, walaupun dia sendiri dia berasal dari kelompok Elite" kata salah satu kapten yang memimpin beberapa pasukan.

"Tenanglah, apakah kalian yakin seseorang bisa memusnahkan pasukan kita yang banyak ini?" kata Jenderal tersebut.

Namun, perlahan pasukannya yang berada didepan sudah mulai jatuh dan tak sadarkan diri. Entah apa yang membuat mereka seperti itu, namun pria tersebut masih berjalan santai kearah mereka seakan tidak memperdulikan pasukan mereka yang sedang tak sadarkan diri tersebut.

"Sial, pasukan serang dia" teriak Jenderal tersebut panik, tetapi semua itu sia – sia, setelah semua pasukannya tak sadarkan diri, termasuk para kaptennya.

Pria tersebut yang merupakan Zen mulai mendekat kearah Jenderal yang memimpin pasukan tersebut yang saat ini mulai gemetar ketakutan. Dengan mata merah yang menyala, Zen tiba didepannya dan berkata.

"Aku ingin sebuah informasi"