"Wah… kalian berdua mengacaukan rumah dalam sehari?" kata Yohanna yang baru saja memasuki rumah melihat kedua saudaranya terlihat kacau dengan beberapa botol minuman berakohol di depan mereka
"Kamu sudah pulang?" sahut Henry yang masih sadar melihat adik perempuanya mendekat diikuti William di belakangnya
"Kenapa dia seperti itu?" tanya Yohanna melihat Jisung sudah tidak bisa mengangkat kepalanya
"Dia terlalu sedih karena mengetahui Paman kesayangannya sudah meninggal"
"Paman?" gumam Yohanna penasaran tapi tidak menanyakan lebih lanjut karena dia tidak begitu banyak mengenal saudara dari Ibunya
"Bukankah aku sudah mengatakan untuk tidak pulang"
"Terlalu bosan, lagi pula kakekku tidak akan membuang-buang waktu untuk datang lagi" ujar Yohanna "Dia terlalu malas berurusan denganku" lanjutnya menaruh beberapa barang di dapur lalu naik ke lantai atas
"Menginaplah disini, ini sudah sangat larut kamu bisa tidur di kamar tamu. Aku khawatir jika orang-orang itu masih berada di sekitar sini" kata Henry
"Baiklah" jawab William lalu duduk di sebelah Jisung yang kini mulai membuka mata
"Ah… William, kupikir kau Nathan. Kamu hampir saja mendapat saingan cinta yang sulit. Ibuku bahkan menyukainya" gumam Jisung setengah sadar membuat William mengerutkan kening saat mendengarnya tapi tidak begitu dia tanggapi
"Aku lapar, kalian ingin makan?" kata Yohanna yang baru kembali turun dari kamarnya menuju dapur
"Kami sudah makan" sahut Henry
"Aku akan membantumu" timpal William beranjak ke dapur bersama Yohanna
"Mereka sangat serasi, tapi entah kenapa aku rasa Yohanna seperti tidak memiliki perasaan lebih pada William" gumam Jisung membuat Henry menggelengkan kepala
Henry beranjak menuju kamar tamu saat Bel pintu rumah berbunyi membuat Jisung dengan sempoyongan membuka pintunya.
"Siapa?" tanya Jisung mengerutkan kening
"Aku mencari Yohanna"
"Yohanna? Tidak ada yang bernama Yohanna di sini"
"Yohanna Wilson"
"Yohanna Wilson? Wilson? Aku sepertinya pernah mendengar nama itu" Jisung terlihat berpikir keras tapi tak kunjung mendapatkan jawabannya membuat orang berdiri di luar pintu tidak sabar dan mendorongnya masuk
"Hei… kamu tidak boleh sembarangan masuk rumah orang tanpa ijin" teriak Jisung kesal membuat Yohanna dan William yang sedang memasak segera memeriksa apa yang terjadi diluar
"Hoho… Akhirnya aku menemukanmu" kata pria yang memaksa masuk itu setelah melihat Yohanna lalu pandangannya berganti kearah William yang ada di belakangnya
"Penghianat kecil dari keluarga Scott" sindirnya sinis
Tamu tak diundang itu bukan orang suruhan dari keluarga Wilson, tapi itu adalah Laurent Nicollin
"Apakah kamu sudah selesai bermain rumah-rumahan dan masak-masakan dengan teman kecilmu, Calon Istriku tercinta?" ujar Laurent santai melihat celemek yang Yohanna dan William pakai
"Bagaimana bisa, Istriku menjadi calon Istrimu?" timpal Jonathan sinis yang baru saja keluar dari kamar tamu seusai membilas pakaiannya karena tadi tertumpah alcohol
Mendengar perkataan Jonathan itu membuat semua yang ada di ruangan itu terkejut melihatnya tak terkecuali Henry yang tadi langsung bergegas keluar setelah mendengar teriakan Jisung
Yohanna bahkan mundur selangkah ketika melihat Jonathan berada di rumahnya, itu benar-benar Jonathan suaminya. Seakan baru sadar dari lamunannya Yohanna kaget ketika Jonathan sudah berdiri di sebelahnya dan merangkulnya tapi tatapannya tajam kearah Laurent
"Setelah kabur bersama kekasih kecilmu sekarang bahkan kamu menikah dengan orang tidak jelas ini, seleramu sangat rendah?" sindir Laurent menatap Jonathan remeh
"Setidaknya Istriku tidak serendah dirimu, datang kemari mengejar seseorang yang sudah menikah tanpa harga diri" sahut Jonathan tersenyum
"Sayang, kenapa kamu bisa memiliki calon suami sepertinya? Konyol sekali" bisik Jonathan tepat di telinganya tapi semua orang di ruangan itu bisa mendengarnya
"Karena perjodohan" jawab Yohanna singkat
"Bukankah itu William?" tanya Jonathan santai lalu melihat kearah William sekilas
"William Nenekku, Dia Kakekku" jelas Yohanna
"Wow… sayangku, aku pikir Ibumu lebih menyukaiku untuk menjadi menantunya"
"Tunggu dulu… Istri Pria muda yang mengagumkan ini adalah kamu?" sela Jisung yang sudah sepenuhnya sadar dari mabuknya
"Bisakah kita membahas itu nanti?" kata Yohanna terlihat lelah lalu menatap Laurent dengan sangat malas
"Aku sudah menikah, aku rasa sudah sangat jelas jika aku bukan Calon Istrimu baik itu sekarang ataupun dulu. karena aku tidak pernah menerima perjodohan itu" jelas Yohanna membuat Laurent mengepalkan tinjunya
"Aku bahkan tidak peduli jika kamu sudah menikah, perjodohan itu sudah diatur dengan sangat lama. itu adalah beban yang di berikan Ayahmu sendiri" tekan Laurent
"Aku tidak berniat untuk berbagi Istri" timpal Jonathan santai "Sayang, bukankah aku saja sudah cukup?" lanjut Jonathan mengabaikan amarah Laurent menatap Istrinya dengan manja
Yohanna hanya menghela nafas panjang melihat kekonyolan yang dilakukan Jonathan, tapi itu benar-benar melegakan hatinya. Dia tidak merasa takut sama sekali berhadapan dengan Laurent dengan adanya Jonathan di sampingnya
Laurent melihat sepertinya dia tidak akan membuahkan hasil dengan berdebat memutuskan menggunakan kekerasan untuk membawa Yohanna pergi. Laurent berpikir pendek memperkirakan hanya William yang memiliki pelatihan khusus jadi itu bukan masalah besar.
Masalahnya adalah dia salah perhitungan, beberapa orang yang dia bawa tidak bisa berkutik karena telah dikepung oleh orang suruhan William yang sudah dia persiapkan sejak siang hari untuk menjaga area itu setelah Laurent datang.
Dengan rasa kesal akhirnya Laurent pergi begitu saja tanpa perlawanan.
Ruang tengah rumah itu kini seolah terasa penuh karena tatapan penasaran dari Henry, William dan terutama Jisung yang sudah tidak bisa menahan semua pertanyaan yang ada di kepalanya
Jonathan dengan santai memainkan jemari Yohanna yang kini dia genggam dengan erat. Seolah takut istrinya kabur lagi
"Jadi pertanyaan apa yang harus aku jawab terlebih dulu?" buka Yohanna
"Bagaimana bisa kamu menikah dengan Nathan?" tanya Jisung segera
"Kamu akan menjawabnya atau aku yang menjawab?" tanya Yohanna pada Jonathan yang terlihat tidak merasa bersalah
"Aku mengajaknya menikah, lalu mendaftarkan pernikahan kami" jawab Jonathan singkat dan padat
"Hanya begitu saja?" respon Jisung kecewa
"Apa kamu ingin jawaban yang dramatis?" Timpal Yohanna
"Setidaknya harus dijelaskan bagaimana kalian kenal dan berapa lama kalian pacaran, seperti itu" gerutu Jisung
"Kami kenal di sekolah menengah berlanjut sampai universitas dan tinggal bersama lalu menikah" jelas Jonathan santai
"Apa? Kalian tinggal bersama?" Jisung kaget "Aku rasa harus menelpon Ibu" lanjutnya
"Tenang, Yohanna tinggal di lantai atas dan aku tinggal di lantai bawah. Dan tidak akan ada yang berani melewati areanya" jelas Jonathan "Aku juga tak terkecuali, aku masih takut mati" lanjutnya setelah mendapat tatapan ragu dari ketiga pria yang duduk di depannya
"Apakah Ayah mengetahui itu?" tanya Henry
"Tentu saja" jawab Yohanna malas
"Jika ayah mengetahui itu, bagaimana mungkin William tidak mengetahuinya?" protes Jisung "Kamu benar-benar tidak mengetahuinya?" lanjutnya bertanya pada William dan hanya di jawab dengan sebuah gelengan kepala
"ini sudah larut, sebaiknya kita istirahat dulu. aku akan menghubungi Ibu besok pagi, karena Ibu harus mengetahui berita ini" ujar Henry yang masih sedikit syok dengan kenyataan itu.
Dia tidak keberatan jika Yohanna menikah dengan Jonathan, Ibunya juga pasti akan senang dengan kabar itu. Tapi kemungkinan Ibunya akan sedih karena mengetahuinya lebih lambat.
Melihat semua masuk ke kamar masing-masing kecuali Henry yang masih duduk termenung memikirkan masalah yang datang hari ini membuat Jonathan menghampirinya
"Kamu tidak tidur?" tanya Henry melihat Jonathan duduk di sebelahnya
"Kakak, maafkan aku" ujarnya pelan
"Kenapa meminta maaf?"
"Aku tidak tahu jika Yohanna adalah adikmu. Bahkan dari awalnya aku idak mengetahui jika kamu juga memiliki seorang adik perempuan"
"Apa kamu melakukan hal buruk padanya?" tanya Henry karena adiknya sama sekali tidak membertahu keluarga soal pernikahannya