Dengan hati hancur, Crystal meletakkan foto dirinya dengan Dami sewaktu di Jedam island kedalam lemari pemakaman. Disaat terakhir bukan senyum perpisahan yang hangat tapi tubuh dingin mengerut dengan wajah penuh rasa sakit dan ketakutan.
.
.
.
"Tidak ada barang yang hilang, tidak ada tanda-tanda masuk paksa. Sang korban jelas mempertahankan diri. Lalu seorang teman datang ketika korban sudah mati." Detective Janghyuk jongkok sambil menggaruk dagunya memandangi posisi mayat Dami.
"Tapi teman korban mengatakan ada 2 orang yang berkelahi setelah korban mati." Terang seorang anak buah yang masih muda mengetuk-ngetuk buku catatan kecilnya dengan pena.
"Hmm?" Janghyuk menatap bawahannya menyuruhnya melanjutkan.
"Namanya Crystal Enhayra tapi dia pingsan sebelum menjelaskan lebih jauh."
"Di RS mana?"
"Lesteria Center Hospital,"
"Okay." Janghyuk berdiri dengan ekspresi cerah. "Aku akan kesana." Lanjutnya langsung keluar TKP menuju mobil setelah menyuruh anak buahnya memeriksa CCTV.
#
#
#
#
"Blue Coral Dock?" Detective Janghyuk duduk di kursi dekat ranjang rawat Crystal untuk meminta beberapa keterangan selaku saksi kunci kejadian ini. Disamping Crystal juga ada Taehyung yang terus menemaninya.
"Mereka mengelilingi mayat seseorang." Crystal menguatkan diri
"Kau melihat wajah mereka?"
"Tidak. Semuanya memakai jubah menutupi seluruh tubuh hingga wajah."
"CCTV di dermaga tertutup salju tebal sebelum kejadian. Dan keteranganmu sesuai dengan bukti CCTV toko roti kau sedang bersepatu roda ke arah dermaga." Janghyuk memperjelas keterangannya
"Apa mereka datang untuk memburu kami?" tanya Crystal dengan nada suara bergetar, matanya berkaca-kaca, Taehyung segera mendekat menggenggam erat tangan kekasihnya.
"Keduanya tidak berhubungan."
"Wha-?"
"Mayat di Dermaga berlumuran darah sedangkan mayat sahabatmu kehabisan darah."
"Kehabisan .. " Crystal tak mampu melajutkan kalimatnya.
"Hasil otopsi secara visual mengindikasi jika Dami tidak mati tercekik atau patah tulang akibat perkelahian. Tapi otopsi tetap akan dilakukan detail."
"Lalu?"
"Tentang 2 orang yang kau sebutkan sebelum pingsan."
Keduanya berbincang cukup lama, Crystal berusaha menjelaskan sedetail mungin apa yang dia ingat tanpa meninggalkan apapun termasuk percakapan 2 orang yang berkelahi dirumah Dami yang keberadaan mereka tak tertangkap camera pengawas apartment.
"Baiklah nona Enhayra, kau saat ini dalam perlindungan polisi, aku akan mengirim seseorang untuk menggambar sketsa wajah pelaku." Janghyuk berdiri berpamitan, raut wajahnya berpikir keras,
#
#
#
#
#
@Christa's house
"Mereka memancingmu keluar." Christa memasang perban di pergelangan tangannya juga di beberapa bagian lain bekas pertarungannya dengan Zach kemarin.
"Mereka menyakiti kekasihku." Taehyung mengeratkan giginya dengan mata menyala selaras dengan nyala perapian.
Ketenangan yang ia bangun selama bertahun-tahun terusik sudah.
"Apa yang akan kau lakukan?" Taehyung tak menjawab, ia tenggelam dalam keseriusan. Christa beranjak meninggalkan Taehyung namun berbalik diambang pintu. "Aku berharap dia seperti aku." sambungnya lalu menutup pintu.
.
.
.
Taehyung kembali ke RS menjaga Crystal yang tertidur, jemari panjangnya tak bisa jauh dari tangan mungil Crystal. Dia memikirkan banyak hal, antara mana yang dia abaikan dan mana yang harus dipedulikan. Matanya menghangat melihat kekasihnya bangun meski ini belum pagi.
"Taehyung" suara Crystal serak, ia mengucek matanya lalu menggeliat sebentar.
"Haus?"
" . . . " Crystal duduk menerima segelas air putih dari Taehyung yang begitu memanjakan tenggorokannya
"Bagaimana perasaanmu?" Taehyung tahu itu pertanyaan bodoh.
"Tubuhku lebih baik." Crystal menundukkan kepalanya, Taehyung segera memeluk tubuhnya mencoba menjadi sandaran.
"Mereka bilang Dami kehabisan darah. Tapi aku tidak melihat ada darah tercecer disana." Crystal meremas kemeja Taehyung menumpahkan keganjalan hatinya.
.
.
.
Hari ini pasti datang, Taehyung mencoba memastikan jika dirinya sudah siap untuk ini. Ia teringat ucapan Christa, =Aku berharap dia seperti aku= tapi Taehyung lancang karena berharap lebih.
.
.
.
.
"Apa-apaan semua ini?" Crystal melotot melihat apartment kecilnya berubah, bukan berubah alamat tapi berubah tata letak perabotannya dan ada beberapa properti tambahan walaupun tak membuat sempit, tetap saja . ..
"Aku tinggal disini!!" Taehyung duduk disofa membaca buku sambil minum teh hangat. Ucapannya seolah mutlak.
"Aku tidak keberatan tapi .. " Crystal memegangi kepalanya, baru pulang dari RS harus disambut keadaan seperti ini. "Terserahlah" Crystal berjalan menuju kamarnya membersihkan diri, ganti baju lalu ..
*video paused . . . . . . . .
*video play >>
"TAEHYUNG!!" Crystal menggebrak pintu mendekati Taehyung yang tak terusik.
"Hm?"
"Apa maksudmu dengan –Hm?- ranjangnya hanya satu!!" teriak Crystal.
Taehyung mengalihkan pandangannya dari buku ke wajah Crystal yang belum menyisir rambut. Sesaat kemudian Crystal malu sendiri akan teriakkannya karena dia melihat dibelakang Taehyung ada bantal dan kasur lantai. Segera kembali kekamarnya sendiri menyembunyikan wajah merahnya.
Dibalik pintu kamarnya, jantung Crystal berdetak kencang, untungnya Taehyung tidak jahil. Sebagai kekasih, harusnya dia tahu kalau Taehyung bukanlah lelaki mesum, salah satu buktinya adalah ketika dia berada di mini mansion, Taehyung cuek saja saat Christa ganti baju termasuk saat Taehyung nyelonong ke kamar mandi.
Sekarang malah dirinya yang berpikir aneh-aneh.
#
#
#
#
Keesokan hari-
"Nona Enhayra?" Janghyuk gagal menginterupsi Crystal yang terpaku memandangi jasad sahabat satu-satunya di ruang jenazah.
Mereka merantau ke Lesteria City bersama, saling mendukung kesulitan satu sama lain. Mereka berbagi banyak hal, saat Crystal belum mendapat pekerjaan, Dami yang menyokong kebutuhannya, juga sebaliknya, ketika Dami terlilit hutang, Crystal menanggung biaya makan dan transportasi agar gaji Dami bisa terkumpul cepat untuk melunasi hutang.
Keduanya berjanji untuk menjadi bridesmaid di pernikahan masing-masing.
Sekarang apa?
Janji itu telah ingkar oleh takdir.
"Saya baik-baik saja. Silahkan lanjutkan" Crystal menghempas kasar airmatanya.
"Penyebab kematian sementara adalah nona Dami terkena anemia dan shock akibat penyerangan."
"Dia tidak memiliki riwayat anemia." Sanggah Crystal cepat.
"Tentu saja, kami sudah memeriksa riwayat kesehatannya. Bila saja tak ada kekacauan dan saksi, kami akan melaporkannya sebagai kasus gagal jantung."
" . . . . " Crystal berusaha fokus mendengarkan penjelasan sang dokter sementara sahabatnya terbaring dengan kulit yang membiru.
"Anda lihat bagian ini?" lanjut sang dokter memperlihatkan pergelangan tangang kanan Dami ada luka robek bekas perkelahian.
"Luka robek?"
"Memang terlihat seperti itu tapi .. " dokter mengambil beberapa lembar kertas, membalik 2 halaman lalu menunjukkannya pada Crystal.
"Luka tusuk?" Crystal memiringkan kepalanya penasaran membaca keterangan pada kertas.
"Aku mendapati ada luka tusuk di area yang sama dengan luka robek ini. Dari ukuran lebarnya seperti sumpit atau obeng. Dugaan pribadiku adalah, luka robek dibuat untuk menutupi luka sebelumnya atau sebaliknya." Dokter mengambil kembali kertas dari tangan Crystal.
"Sebaliknya berarti, dia ditusuk dibagian luka robek? Tapi apa gunanya??"
"Kami sedang mencari tahu hal itu. Tapi luka tusukan itu kurang dalam untuk membunuh" Detective Janghyuk bergabung dengan obrolan keduanya.
"Tapi dia tidak bersenjata." Crystal berusaha mengingat kembali lelaki aneh di apartment Dami.
"Tim kami berusaha mencari senjata yang digunakan pelaku. Itu akan menjadi titik terang penyelidikan ini."
Percakapan ketiganya tidak lama, kali ini Crystal duduk di cafetaria kecil masih diarea RS. Janghyuk kembali menanyakan beberapa hal terkait temuannya akan kasus ini.
.
.
.
"Dami menerima panggilan tak terjawab ke apartment sesaat setelah penyerangan."
"Dari kekasihnya?"
"Dari seorang wanita, kami tidak bisa mengidentifikasi no ID karena sang penelpon menggunakan nomor sekali pakai."
Crystal termenung dengan pernyataan Janghyuk menunggu penjelasan selanjutnya.
" . . . " tidak tahu bagaimana harus merespon Crystal menyeruput cokelat panasnya sedang Janghyuk menyesap aroma kopi high cafein.
"Kekasih Dami kami temukan dalam keadaan linglung di pinggir jembatan sambil meracau."
"UHUGH.!!" Crystal menelan paksa cokelat panas yang membuat lidahnya melepuh mati rasa.
"Ini.." Janghyuk menggeleng menyodorkan air mineral, gemas ingin mencuil pipi gembulnya.
"helimha hahih."
"Kau pernah bertemu dengannya?" tanyanya kembali setelah Crystal tenang dengan lidah kebasnya.
"Aku hanya bertemu dengannya 4x. Tapi aku juga tidak terlalu memperhatikan hal-hal aneh atau ganjil tentangnya. Bahkan Dami pun jarang bercerita tentang kekasihnya."
"Berapa lama mereka menjalin hubungan?"
"kurang lebihnya mungkin.. 5 bulan."
"Dia pernah bercerita tentang pekerjaannya atau rekan kerja jahat?"
"Tidak. Dami humble, bermental kuat dan dia sangat menyukai pekerjaannya, saya tidak pernah mendengarnya mengeluh meskipun harus lembur."
"Baiklah, cukup untuk hari ini. Hubungi kekasihmu untuk menjemput, aku akan menghubungi lagi jika ada perkembangan." Janghyuk beranjak meninggalkan Crystal, sebenarnya masih ada beberapa pertanyaan lagi, tapi melihat raut wajah Crystal yang kembali diselimuti mendung, ia segera mengakhiri percakapannya.
"Tunggu!" sergah Crystal.
"Hm?"
"Sk… sketsanya?" Crystal bertanya pelan
"Kami sudah menyebarnya diberbagai media." Janghyuk tersenyum paham akan kekhawatiran gadis kecil dihadapannya. Dia mendekat untuk menepuk kepala Crystal. "Jaga dirimu dan serahkan semua ini pada kami."
Crystal mengangguk ikut tersenyum.
Sepeninggal sang detective, Crystal menerima pesan dari Taehyung menambah rona wajahnya.
From : Tae Tae to Baby Crys
-Behind you-
Crystal reflek membalikkan badan menghempas rambut hitam panjangnya. Taehyung tersenyum menghampirinya tanpa sepatah kata digandengnya jemari Crystal, keduanya berjalan beriringan di tengah salju.
Taehyung sangat memahami perasaan Crystal saat ini tak bisa bahagia ditengah kedukaan. Yang bisa ia lakukan adalah selalu ada.
#
#
#
#
Beberapa saat yang lalu @Christa's house
"Aku akan melindunginya." Taehyung tak menatap lawan bicaranya.
"Baiklah." Deep voicenya menyayat hati Christa.
Jawaban telah final. Taehyung keluar mansion segera menemui Crystal di RS.
Dia tidak membohongi hatinya untuk melindungi Crystal yang saat ini seolah terhalang oleh sesuatu yang sangat berat. Kekosongan hati yang telah terisi tidak akan dia biarkan jatuh tanpa bisa ia gapai lagi.
Dia sudah sampai di RS, meski sedikit terusik dengan tangan sang Detective yang menepuk kepala kekasihnya. Tapi kepercayaan bisa menendang rasa itu.
@Fleur Noir Mansion
"Zach.."
"Lord Arxen." Zach menekuk punggungnya sejenak
Keduanya tak perlu mengatakan apapun, mereka sama-sama memandang keluar jendela mansion untuk melihat manusia tapi tak tampak seutuhnya manusia sedang mengamuk dihalaman depan.
Sekalipun tak berekspresi, kilatan mata keduanya lumayan menakutkan.
Dibawah sana, ada makhluk mengerikan dibawah sana menerkam apa saja sekali lagi, apa saja.
Lord Arxen keluar diikuti Zach, makhluk yang dari tadi mereka perhatikan berhenti mencabik-cabik mangsanya yang berupa manusia dan binatang.
Kau tak bisa menemukan keindahan didalamnya, hanya rambut ikal lengket sangat tipis memperlihatkan kulit kepalanya yang kotor, tubuh bungkuk, kepala sedikit teleng, kulit dari makhluk ini abu-abu gelap, kuku jarinya hitam sangat panjang dan runcing, kalau kau bisa betah melihat wajahnya, mulutnya mengeluarkan liur dihiasi gigi kuning bertaring dan bibir gelap, matanya sama sekali tak terlihat hidup, hanya ada nyala merah darah sangat kelam dan penuh hasrat membunuh.
Lord Arxen mengulurkan tangannya sejajar dengan dahi makhluk yang tak jelas lelaki atau perempuan itu sambil mengucapkan sedikit mantra aneh.
Tak lama, makhluk menjijikkan itu tenang kemudian pergi keluar gerbang.
Kemana dan kenapa makhluk seperti itu dibiarkan keluar gerbang mansion? Bagaimana jika ada bertemu orang dan melukainya?
#
#
#
#
Di tempat tinggalnya, Crystal tak juga beranjak dari kasur malasnya, aura mendung seakan tak ingin bergeser dari atas kepalanya. Dirinya memang memiliki kekasih, tapi apa jadinya dia hidup tanpa sahabat?? Matanya masih basah karena airmata yang hanya berhenti sejenak lalu mengalir lagi. Kali ini tangannya terangkat meraih sisi meja dimana laci berada.
Diambilnya kotak kertas berwarna ungu bergaris putih seukuran ipad lalu perlahan membukanya.
Crystal sebisa mungkin menahan rasa keras di dadanya. Diambilnya beberapa barang dan beberapa lembar foto dari kamera polaroid yang masih terawat baik.
Didalamnya ada beberapa barang seperti gelang persahabatan, semanggi berdaun 4 yang sudah diawetkan dengan resin, gantungan kunci lumba-lumba dan yang paling menyesakkan adalah foto mereka berdua saat pertama kali merantau ke Lesteria City.
Tidak tahan dengan rasa sesak di dadanya, Crystal menutup kotaknya lalu beranjak pegi mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Masa bodoh kalau dirinya nanti sakit. Saat ini dia hanya ingin berteriak sekencang-kencangnya melepaskan rasa yang mengganjal di hatinya.
Setelah tubuhnya lebih ringan, Crystal memutuskan menambah persediaan coklat panas, baginya, itu lebih penting dari bahan pokok lain.
Salju tak turun terlalu lebat, jalanan juga tak terlalu sepi, dirinya merasa sedikit aman.
Di minimarket dia dengan luwes mengambil beberapa bahan pelengkap kulkas.
"Taehyung akan pulang sekitar 50 menit lagi. Apa yang akan kumasak untuknya? Makaroni? Spageti? atau Omellete saja?" gumamnya di depan rak makanan kering.
Kali ini Crystal membenarkan sikap Taehyung, terkadang mengajarinya sesuatu yang aneh dan kurang penting baginya.
Apa itu?
Dia 3 kali melihat pria berhodie gelap ditempat yang berbeda, dari perawakannya itu bukan kekasihnya atau orang yang dia kenal. Pertama, duduk di bangku taman kota, kedua ada di bus dan ketiga ada minimarket yang sama dengannya.
Taehyung mengatakan bahwa hal seperti itu bukan kebetulan juga bukan pertanda baik dan dirinya harus berada dalam kerumunan untuk menghindari penyerangan yang sudah pasti akan terjadi bila dia menunjukkan gelagat aneh atau gugup.
Untuk memudahkan bergerak, Crystal hanya membeli 1 kantong bahan makanan saja kemudian bergegas kekasir lalu naik bus.
Syukurlah bangku dibus terisi setengah, mengurangi rasa ws-was, hanya mengurangi, rasa itu masih kuat. Lelaki berhodie itu duduk 2 bangku dibelakangnya. Dirinya tak pernah berada dalam posisi seperti ini. Dalam hati berharap semoga tak ada keteledoran yang mampir disaat genting begini. Entah hanya dirinya saja atau memang bus ini..??
"Pak supir, kenapa anda melaju sangat kencang??" ibu-ibu hamil muda merasakan yang Crystal rasakan.
"Tolong pelan sedikit??" kali ini lelaki berseragam SMA ikut menegur.
"Pak supir??" si ibu hamil kembali menegur sedikit keras.
"Biar saya periksa supirnya." Ucap Crystal pada si ibu hamil
"Terimakasih nak." Crystal mengangguk lalu berdiri, berjalan mendekati kemudi. Tiap langkah yang ia ambil serasa ada besi dingin ikut berjalan bersamanya.
Jalanan ini memang lurus tapi …
"Tuan? Anda melaju terlalu kencang." Crystal bicara berhati-hati sambil melongok ke kemudi.
Eh? Tangan pak supir tidak berada dalam kemudi?
Hati Crystal langsung jatuh beserta ginjal dan lambungnya melihat sang supir sudah kaku dengan mata melotot, mulut menganga dan pucat.
AAAAARRRRRGGGHHHH
Crystal berteriak lalu jatuh terduduk membuat semua orang dalam bus panik dan bertanya bersahutan tenang apa yang terjadi. Lelaki SMA yang tadi menegur segera menghampirinya sejenak. Mengetahui apa yang terjadi, sang bocah segera menarik tubuh sang supir dan mengambil alih kemudi.
"Apa yang kau lakukan bocah?" teriak seorang bapak yang juga baru saja menyadari yang terjadi.
"Aku mencoba menjadi pahlawan!!" jawabnya dengan suara bergetar.
"Kau bisa menyetir bis?" tanya Crystal
"Ayahku seorang supir bus, dia sering mengantarku sekolah naik bus." Si bocah terlihat banyak bicara untuk mengurangi rasa gugupnya. Tangan dan kakinya bergerak kesana kemari menyeimbangkan gerak bus yang terlalu brutal.
Semua orang panik, ada yang mengomel, berdo'a dan menelpon panggilan darurat sedang Crystal tak sempat duduk karena bus terlanjur tak terkontrol.
"Ada apa??" tanya Crystal melihat si bocah sudah berhenti menggerakkan tangan dan kakinya.
"Rem. Remnya" lirih si bocah masih memandang ke depan namun sesekali melirik map yang ada di tablet dasbor. Beberapa mil didepan sana terdapat tanda jembatan yang baru jadi setengahnya.
Bukankah seharusnya bis ini tidak lewat sini??
"Sekarang atau tidak sama sekali." Bapak-bapak yang tadi menegur si bocah membuka paksa pintu bus lalu berteriak pada para penumpang untuk melompat demi keselamatan nyawa mereka.
Sedangkan si bocah SMA masih berusaha keras mengendalikan laju kendaraan dan mengulur waktu. Meski sempat terjadi adu mulut, si bapak yang merupakan mantan anggota Angkatan Darat tidak ambil pusing. Dia mempersilahkan para penumpang memilih apa yang baik bagi mereka.
Akhirnya satu persatu penumpang mulai mengambil resiko dengan melompat turun bus berkecepatan tinggi, sesaat Crystal melihat ibu hamil tadi menangis sambil berteriak ketika melompat. Entah bagian mana dulu yang mendarat ditanah, semuanya memiliki dampak buruk.
"Giliranmu nona manis." ucap sang bapak
Crystal mengangguk bersiap melompat tapi seseorang menarik kerah belakangnya kuat.
"Not that fast..."
_____Bersambung_____