webnovel

YOUNG FATHER(BTS Jung Hoseok Ver.)

"Sejak aku lahir hingga sekarang, aku tidak pernah mersakan kasih sayang seorang ayah. Aku tahu,kehadiranku diusiaanya terlalu muda yaitu 13 tahun. Merenggut masa mudanya yang indah.Bahkan, baginya akulah penyebab kematian Oemma dan kehancurnya.Iya,Oemmaku adalah Park Hyemi sekaligus sahabat dan Istri dari Ayahku Jung Hoseok. Seorang Idol yang tergabung grup BTS. Andai aku bisa memilih, aku tidak mau dilahirkan di dunia ini.Karena kehadranku banyak orang yang terluka. Termasuk Appaku, Jung Hoseok.." -Jung Raena- "Maaf, hanya itu yang bisa lakukan kepadamu. Andai aku tidak menodai Hyemi, mungkin kau tidak terlahir dan mendapatkan siksaan dariku. Jujur aku sangat bangga menjadi Appa. Namun kau hadir di saat usiaku terlalu muda..." -Jung Hosok_

kimrae_yoo91 · 若者
レビュー数が足りません
8 Chs

Young Father Part 3

Bab 3

2 tahun kemudian…

Seoul National University, Korea

"Raena-ya, nanti temani aku menghadiri fanmeeting BTS ya?" ucap Han Jieun teman sekampus Raena.

Ya, sejak kejadian 2 tahun yang lalu membuat Raena koma selama 3 bulan. Kini dia menjadi mahasiswa kedokteran semester 3 bersama sahabatnya yaitu Soobin. Jangan ditanya kenapa mereka bisa menjadi mahasiswa di usia 17 tahun yang seharusnya duduk di bangku SMA kelas 3. Tanyakan kedua otak mereka berdua yang terlalu pintar, sehingga mereka lompat kelas ketika masih SMA kelas 2.

"Oennie dengan Soobin saja, ya. Aku masih ada tugas praktek dari Profesor Lee." Raena menolak ajakan Jieun, karena memang anak itu memang banyak tugas.

Di sisi lain, Raena juga malas bertemu dengan Appanya. Sejak bangun dari koma, dan tinggal bersama dengan member Bangtan kembali. Hoseok masih tetap tidak memperdulikannya. Bahkan hingga saat ini, mereka berdua jarang saling sapa walau satu atap.

"Aku mau menemani Jieun noona. Tapi, setelah mengantarkan susu dulu ke rumah tuan Park." Ucap Soobin sambil membaca bukunya.

"Wah, kau memang terbaik Soobin – ah. Tidak seperti sahabatmu itu, bilang saja malas…" Raena hanya menghela nafasnya ketika Jieun menyindirnya.

"Walaupun begini aku kan yang sering memberikan tiket gratis VIP secara cuma – cuma." Jieun hanya cemberut mendengar pernyataan Raena.

Memang benar, selama ini Raena selalu memberikan tiket VIP konser Bangtan kepada sahabatnya itu padahal tiket tersebut khusus untuknya. Karena Raena rasa juga, dia tidak pantas mendapatkan itu semua dari para ahjussinya. Dan juga, Raena paling malas melihat tatapan tajam dari Hoseok setiap dia ada di sekitarnya.

***

Beberapa jam kemudian, setelah mengikuti mata kuliah. Raena memacu roda besinya menuju Rumah Sakit tempat di mana dia praktek magang di bawah bimbngan ahjussinya sendiri yaitu Jung Taekwon. Namun saat di perempatan jalan, dia berhenti sejenak ketika melihat seseorang yang sangat dia kenal.

"Seulgi oennie, bukannya dia ada konser Tur di Jepang? Kenapa dia di café itu?" gumamnya di balik helm full face miliknya.

Sesaat kemudian, Raeyoo terkejut melihat apa yang dia lihat. Seulgi yang sebentar lagi menjadi ibu tirinya. Ternyata dia bersama dengan namja lain selain ayahnya, dan itu terlihat namja itu memegang tangan Seulgi sangat mesrah dan sesekali mengecup bibir Seulgi.

"Aish, kenapa Appa bisa mendapatkan wanita ular itu? Nyatanya sekarang, dia bermain di belakang Appa," ucapnya dan menghidupkan motor sportnya. Kemudian dia melanjutkan perjalanan menuju tempat praktek.

***

Jung's International Hospital

Raena meregangkan ototnya setelah praktek, dan sedikit sebal dengan ahjussinya itu. Selain dia praktek magang, dia ternyata menjalani kemoteraphy pendarahan tulang belakangnya dengan berdalih sebagai contoh praktek. Sejak Raena operasi paru – paru,dan pendarahan tulang belakang. Yeoja itu terus menjalani kemo agar mengurangi pendarahan di tulangnya. Sementara Paru – parunya yang sering membuat dia colleps gara – gara Hoseok sudah sembuh total beberapa bulan yang lalu.

"Lain kali aku tidak mau ke sini lagi," omelnya kesal sambil berjalan menyusuri lorong rumah sakit.

"Jung Raena," Raena menghentika langkahnya ketika seseorang memanggilnya.

"Oh, Lien oennie…," ucapnya sedikit terkejut melihat yeoja cantik keluar dari salah satu ruang kamar rawat.

Kemudian Raena mengajak Lien ke taman rumah sakit agar mereka bisa mengobrol dengan leluasa.

"Aku kira kau seperti siswa SMA yang lain menyelesaikan sekolahmu sampai 3 tahun," Raena hanya terkekeh mendengar ucapannya Lien.

"Jangan tanya kepadaku, Oennie. Tanyakanlah kepada otakku yang terlampau cerdas yang bisa merasakan SMA hanya 1,5 tahun," balas Raen dengan nada candanya dan mendapatkan cubitan dari Lien di lengannnya.

"Aish, kau ini...," gemas Lien.

"Oh, iya. Kenapa Oennie berada di sini? Siapa yang sakit?" tanya Raena mengalihkan pembicaraan.

"Appaku sakit, Raena – ya." Raena mengerutkan keningnya mendengar jawaban dari Lien.

"Shin Haraboeji sakit?" Lien hanya menganggukan kepalanya.

"Iya, jantung koronernya yang tidak bisa di sembuhkan. Padahal aku sudah bilang untuk berhenti dari pekerjaanya menjadi petugas kebersihan. Biar aku yang bekerja mencukupi keluarga," jelas Lien kepada Raena.

"Pantas saja jarang bertemu beliau akhir – akhir ini," gumam Raena mengerti.

"Kau juga akhir – akhir ini jarang ke café tempatku bekerja," ujar Lien.

"Malas bertemu dengan Appa dan wanita ular itu di sana. Belum resmi jadi oemmaku saja sudah main perintah memecat karyawan. Dia tidak berpikir di sana Bosnya siapa." Ucap Raena sedikit kesal.

Kalian tahu, Raena bicara seperti itu karena dia yang menggelola café keluarga Appanya itu. Karena nenek dan Ahjummanya tahu, Hoseok mana mau mengurus café keluarganya sendiri, dan lebih memilih jadi produser setelah pensiun dari dunia entertainment. Sementara Lien, yeoja itu sebagai karyawan administrasi di café keluarga jung itu. Karena dia sangat butuh pekerjaan, dan banyak perusahaan yang menolak dirinya meskipun dia lulusan universitas luar negeri sekalipun.

"Hei, jangan bilang seperti itu. Sebentar lagi, dia menjadi ibumu bulan depan." Lien menasehati Raena karena kesal.

"Ya, meskipun Seulgi sering bermain di belakang Appamu," lanjutnya membuat Raena terkejut.

"Oennie juga tahu kalau Seulgi oennie selingkuh?" Lien menghela nafasnya dan menatap Raena.

"Bukan hanya aku saja, Jung Ahjumma dan Jiwoo oennie juga sudah tahu sejak lama. Mereka ingin memberitahu Appamu soal ini, dan mereka ingin pernikahannya bulan depan di batalkan. Namun sepertinya percuma, Appamu sudah terlanjur cinta dengan Seulgi." Jawab Lien panjang lebar kepada Raena.

"Kalau aku juga bilang sesungguhnya, yang ada aku dan Appa terjadi perang dunia lagi. Oennie…" balas Raena kesal.

"Oh, iya. Bagaimana dengan pendarahanmu?Apa ada perkembangan?" Lien mengalihkan topic.

"Ya…, begitulah sering menjalani teraphy. Namun percuma, pendarahannya semakin parah. Karena kau tahu Oennie, leader dance BTS itu sangat kuat kalau mendorong anaknya sampai pungung menabrak ke tembok dorm dengan keras." Balas Raena menghembuskan nafasnya kasar.

"Sampai kapan Appamu sadar, Raena – ya?" Raena hanya tersenyum pasi mendengar pernyataan itu.

"Mungkin kalau aku sudah di jemput Oemma dia mungkin sadar, Oennie." Balas Raena mendapatkan jitakan dari Lien.

"Aish, kau jangan bicara seperti itu. Membuatku takut saja…," Raena hanya tertawa dan menakup tangannya kepada Lien.

"Mianhae, oennie…," ucapnya dengan menunjukkan wajah imutnya.

***

Hope World Studio

Hoseok mengusap wajahnya dengan kasar setelah terbangun dari mimpi buruknya. Mimpi itu, seolah nyata baginya dan membuat dia berfikiran.

~In dream Hoseok On~

Tuan Park menodong senapannya kepada Hoseok ketika dia bersama mantan mertuanya di rooftop sebuah gedung tua.

"Aboejinim, apa yang akan kau lakukan? Letakkan senjata itu, jebal…!" ucap Hoseok terkejut.

"Jung Hoseok, aku sengaja membawamu ke sini karena aku ingin menghabisi nyawamu." Ucap Tuan Park dan membuat Hoseok sedikit ketakutan.

"Kau tahu, gara – gara kau. Aku hilangan putri semata wayangku. Kau yang membaut masa depan putriku hancur dan menikah di usia terlalu muda. Gara – gara kau, putriku meninggal karena haru melahirkan anak sialmu itu!"ucap Tuan Park emosi kepada Hoseok.

"Kini saatnya, aku harus membalas kematian Hyemi. Nyawa di balas dengan nyawa," ucapnya sinis dan akan menembakan pistolnya.

"Haraboeji, Stop…!!!" teriak Raena menhampiri Hoseok dan Tuan Park.

"Appaku tidak salah, Haraboeji." Ucap Raena kini berhadapn dengan Tuan Park menghalagi tubuh Hoseok.

"Hai anak sial, kau jangan ikut campur uru.." Perkataan Hoseok terpotong dengan Raena.

"Aku yang salah di sini, Haraboeji. Andaikan aku tidak hadir di rahim putrimu. Mungkin putrimu masih hidup, dan Appa masih bisa menikmati masa mudanya." Ucap Raena sendu.

"Haraboeji tidak perlu menyalahkan Appa, dan bunuh Appa. Cukup aku saja yang kau bunuh. Gara – gara aku hadir, Appa dan putrimu tidak bisa menikmati masa mudanya. Gara – gara aku hadir, kehidupan Appa berubah derastis dan mendapat kebencian dari lingkungan." Lanjut Raena menatap ke arah Tuan Park.

"Anak sial, kau jangan gila minggir dari hadapanku. Biar aku membunuh Appamu itu." Tuan Park berusaha mengusir Raena.

Tapi Raena tidak menggubrisnya. Justru yeoja itu mengangkat tangannya sambil menahan air matanya untuk jatuh.

"Dari pada kau menembak Appa, Haraboeji. Lebih baik, kau tembak aku saja. Karena kehadiranku tidak diinginkan di dunia ini," ucap Raena menarik nafasnya.

"Keparat kau, aku akan membunuh Appamu dulu. Setelah itu kau…," Tuan Park menembakkan pistolnya ke arah Hoseok.

'Dor!'

'Dor!'

Dengan gerakan cepat, Raena membalikkan badanya dan langung memeluk Hoseok agar peluru itu tidak mengenai Appanya.

'Jleb!'

'Jleb!'

Dua peluru tembakan mengenai punggung Raena, dan salah peluru itu mengenai tulang mengalami pendarahan.

"A...ap…pa, gwaenchana?" bisiknya masih terus memeluk Hoseok.

"Andwae," lirih Hoseok ketakutan.

"Mianhae, saranghae Appa…," ucap Raena sebelu gelap menguasainya.

"ANDWAE…!!!!!" teriak Hoseok kencang ketika badan Raena mulai meregangkan pelukkannya.

~In dream Hoseok Off~

Hoseok memejamkan matanya sejenak, setelah mengingat mimpi itu. Sebenarnya dia sedikit ketakutan. Namun dia tepis itu semua, dan menganggap hanya bunga mimpi.

"Yak! Hobi hyung. Kau masih di sini ternyata," ucap Jimin masuk ke studio milik Hoseok tanpa mengetuk pintu.

"Wae?" tanyanya datar dan sedikit terkejut juga gara – gara adik kesayangannya satu ini.

"Kau tidak lihat ini jam berapa, huh? Kita ada Fans meeting sebentar lagi, hyung." Hoseok hampir saja menepuk jidatnya karena dia lupa.

"Jimin – ah, keponakan kesayangamu akan datang ?" tanya Hoseok sambil merapikan meja studionya.

"Dia akan pulang malam nanti. Karena dia ada praktek magang di Rumah Sakit." Jimn tahu siapa yang dimaksud Hyungnya itu, dan namja itu tahu kalau orang yang di hadapannya ini tidak pernah memanggil nama anaknya sama sekali.

"Baguslah, dia tidak datang. Agar aku tidak menunjukkan wajah datarku kepada para penggemar gara – gara anak itu. Kalau ada anak itu, moodku langung tidak enak. Kajja…," ucap Hoseok dan tentu saja itu membuat hati Jimin sakit.

"Sampai kapan kau begini terus, hyung…," batin Jimin.

***

Di sisi lain,seorang yeoja cantik sedang berjalan menuju sebuah café milik keluarga Hoseok. Dia datang tidak sendiri, namun dia datang bersama namja terus merangkul pingang kecilnya.

"Apa Bos kalian ada?" tanyanya kepada penjaga kasir sesampainya di bar café.

"Ada, Nona. Baru saja dia sampai," ucap salah satu penjaga kasir.

"Bilang kepadanya Kim Saeron datang ingin bertemu," ucapnya lembut.

"Baik, nona. Saya akan panggilkan," balas pegawai itu.

Sementara yeoja bernama Saeron, mengajak kekaihnya untuk duduk di salah satu bangku café dekat jendela.

"Honey, benar café ini yang mengelola keponakanmu sekarang?" tanya namja itu yang tak lain adalah Lee Hyukjae member Super Junior.

"Iya, Oppa. Apalagi dia itu calon dokter di usia sangat muda. Oppa pasti…" perkataan Saeron terpotong ketika mendengar panggilan yang dia sangat benci dari keponakannya.

"Ahjumma…," ucap seseorang menghampirinya dan duduk di tengah – tengah mereka.

'PLAK'

Saeron memukul lengan yeoja yang baru saja memanggilnya Ahjumma itu.

"Yak! Sudah berapa kali kau aku peringatkan jangan memanggil Ahjumma," kesal Saeron.

"Mianhaeyo, Ahjumm.. ah maksudku Oennie..," balas Raena menahan lengannya yang sakit.

"Park Hyemi?" ucap Hyukjae ketika melihat wajah Raena.

"Nde?" Raena terkejut mendengar ucapan namja di hadapannya.

Saeron yang menyadarinya, langsung menepuk pundak kekaihnya dengan halus.

"Dia Jung Raena, Oppa. Bukan Hyemi sepupumu," ucap Saeron.

"Honey, maksudnya apa ? Kenapa Hyemi hidup kembali, bukankah dia sudah meninggal karena melahirkan?" Lee Hyukjae tidak mengerti.

Wajah Raena yang tadinya cerah, sekarang menjadi murung karena dia mengingatkan mendiang sang Oemma.

"Oppa, ini yang aku tunjukkan kepadamu sebelum kita menikah. Saat itu, keluarga besarmu tidak peduli bagaimana anak Hyemi saat lahir. Karena Ahjussimu, sibuk menyalahkan Hoseok Oppa, dan langsung membawa jenasah Hyemi pergi. Dan kau tahu, yeoja di hadapan kita ini adalah anak Hoseok Oppa dan Hyemi. Dia keponakanmu juga, dan kami semua mengasuhnya dengan baik." Jelas Saeron kepada Hyukjae.

"Oennie, jadi Ahjussi ini…,"

"Dia sepupu dekat Oemmamu, anak dari adik Appa Oemmamu yaitu Tuan Park. Pelanggan tetap susu yang kau antarkan setiap pagi," Saeron memberikan penjelasan kepada Raena.

"Kalau masalah Tuan Park dan Nyonya Park. Aku sudah tahu dari dulu, kalau mereka orangtua mendiang Oemma." Ucap Raena datar.

"Sejak kapan?" tanya mereka berdua.

"Sejak mereka berlangganan susu setiap pagi dan sore. Soobin pernah bertanya kepada mereka saat dia melihat foto Oemma terpajang di seluruh sudut rumah." jelas Raena.

"Dan kau juga, jangan bilang juga tahu kalau calon ibu tirimu berselingkuh di belakang Appamu," tebak Saeron.

"Aku sudah tahu tadi siang dengan mata kepalaku sendiri," jawab Raena cepat.

"Sifat Hyemi dan kepitarannya ternyata turun kepadamu ternyata," ucap Hyukjae kagum.

"Ahjussi, jangan mengatakan nama Oemma. Nanti aku rindu dan menangis semalaman," Raena mengatakan sedikit kesal.

Memang hal yang membuat Raena kesal adalah ketika ada orang menyebut nama sang Oemma. Karena menurutnya, dia yang menyebabkan Oemmanya meninggalkan dunia dan membuat Appanya di salahkan semua pihak.

***

Di sisi lain…

"Tuan Park, saya telah menemukan cucu Anda." ucap seorang kepercayaan Tuan Park.

"Tinggal dimana dia sekarang?" tanya Tuan Park dingin.

"Maaf, tuan. Selama ini anak Nona Hyemi di asuh oleh Tuan Jung Hoseok dan keluarganya. Dia tidak mematuhi perintah anda untuk membuang anak itu." Jelansnya kepada Tuan Park.

"Lalu?" tanyanya kembali sambil meremat tangannya.

"Gadis yang selama ini mengantarkan susu ke rumah anda bersama sahabatnya. Dia adalah cucu Anda, anak dari Nona Hyemi dan Tuan Hoseok. Dia sekarang menjadi salah satu mahasiswa kedokteran di usianya sangat muda yaitu 17 tahun. Dan namanya adalah Jung Raena" Jelasnya secara rinci kepada Tuan Park.

"Oh, jadi gadis mirip Hyemi yang sering di sebut istriku adalah cucuku? Sungguh dunia ini sangat sempit ternyata," Tuan Park menunjukan smriknya.

"Ya, sudah. Kembali bekerja dan awasi gadis itu. Tunggu perintahku untuk membawa dia kehadapanku," pintah Tuan Park dan orang itu membungkukkan bahunya sebelum mengundurkan diri.

"Jung Raena, nama yang bagus. Tapi alangkah bagusnya dia tidak ada di sekitar keluargaku. Dan kau Jung Hoseok, kau harus membayar kematian putriku. Nyawa harus dibayar dengan nyawa, dan itu sudah tekatku untuk balas dendam," ucapnya sambil menyeringai.

***

Malam semakin larut, Raena baru saja pulang dari aktifitasnya dan bersamaan member BTS juga baru pulang dari kegiatan mereka. Rasa lelah mereka berenam terobati, ketika mereka turun dari Mobil Van. Raena memakirkan motornya.

"Woi, keponakan ahjussi ini semakin seperti pembalap saja." Goda Taehyung merangkul pundak Raena.

"Aish, Ahjussi. Aku bukan anak kecil lagi," Raena melepaskan rangkulan Taehyung.

"Eh, walaupun bagaimana juga kau tetap kenponakan kecil Ahjussi. Arra..," Jungkook gemas sambil mencubit pipi Raena.

"Yak! Yak! Kalian jangan ganggu Raena. Dia baru sampai kalian tidak lihat apa wajah lelahnya." Seokjin mencoba menghentikan kedua maknae yang sedang menggoda Raena.

Tanpa banyak bicara, Yoongi menghampiri mereka dan menarik tanggan Raena.

"Kajja, kita masuk. Ahjussi juga lelah," ucapnya menggandeng tangan Raena dan pergi menuju dorm.

Sementara Hoseok hanya menatap tajam ke arah Raena, dengan tatapan tidak suka dan langsung melangkahkan kakinya.

"Lain kali, kalian jangan memanjakan anak itu. Buang – buang waktu saja," ucapnya sambil meninggalkan rekan – rekannya.

"Sementara kau Appanya sendiri, tidak pernah memperhatikannya…" kesal Namjoon.

Sesampainya di dalam Dorm, Raena membersihkan dirinya, setelah itu mengganti pakaiannya dengan kaos dan celana pendeknya. Kemudian dia menuju ruang makan sambil membawa laptopnya untuk mengerjakan tugas kuliahnya.

Seokjin yang masih di dapur, membuatkan dia capucino hangat kesukaan yeoja itu.

"Jangan terlalu keras kerjanya nanti kau colleps lagi…," Seokjin meletakkan secangkir cappuccino di meja makan dan duduk di sebelah Raena.

"Bagaimana praktekmu tadi?" tanya Seokjin kepada Raena yang masih sibuk dengan laptopnya.

"Ya, seperti biasa. Praktek magang sekaligus di kerjain oleh Taekwon Ahjussi." Jawab Raena sedikit kesal.

"Tapi, itu baik untuk pendarahanmu biar tidak semakin parah." Seokjin mengacak rambut Raena dan membuat Raena cemberut.

Seokjin sengaja melakukan ini, mengambil peran sebagai ayah untuk anaknya sejak Raena di bawa oleh Jiwoo kehadapan mereka. Seharusnya itu tugas Hoseok sebagai Ayah kandung Raena. Namun Seokjin tahu, Hoseok tidak pernah menganggap Raena ada sampai saat ini. Bahkan saat Raena meminta Hoseok hadir di pertandingan basket. Hoseok tidak pernah hadir, malah Yoongi dan manager Sejin yang datang.

"Oh, iya. Ahjussi dengar kau dekat dengan Yeojun, ya?" Raena menghentikan aktifitasnya karena terkejut dan menatap Seokjin.

"Ba..bagaimana Ahjussi tahu?" gugup Raena meremas – remas tangannya.

"Jangan gugup seperti itu, Na – ya. Ahjussi tahu karena setiap pagi dia selalu menjeputmu berangkat ke kampus." Goda Seokjin membuat Raena semakin gugup.

"Kan, ahjussi tahu aku satu kampus dengan Soobin adiknya Yeojun oppa. Apalagi dia beda fakultas denganku dan Soobin meskipun satu kampus. Mungkin karena kita satu kampus, dia menjemput Raena. Ahjussi…," Raena mencoba mencari alasan agar Seokjin mengerti.

"Kalau bicara jangan berbelit – belit, Na – ya. Ahjussi tidak apa – apa kalau kalian kencan. Itu berarti malaikat kecil Ahjussi ini sudah dewasa." Seokjin menoel hidung Raena.

"Sudah dewasa, ya? Kalau dia sudah dewasa kenapa dia tidak pergi dari hidupku saja. Mengganggu ketenangan hidupku saja," gumam seseorang memperhatikan mereka dari arah kamarnya.

***

TBC