webnovel

Ruang Sidang

Angel menatap ruangan yang berisi Jo didalamnya. Angel menoleh ke arah Teo dan Teo mengangkat tangannya dan pergi meninggalkan Angel sendirian.

Angel masuk ke dalam dan melihat Jo yang seperti di rumah. Angel menatap datar Jo yang memakan apel dan kakinya berada diatas meja.

"Hai sayang."

Jo melambaikan tangannya dan Angel hanya melihatnya datar. Segera Angel duduk dan Rai menyerahkan berkas yang harus Angel lihat.

"Lo kayak nya nyaman ya disini?."

Angel memeriksa berkas itu dan melihat beberapa catatan kejahatan Jo.

"Yeah. You know lah, gue bebas."

Angel memutar matanya jengah dengan omong kosong Jo.

"Baiklah. Mari kita mulai sesi tanya jawab dari saya. Tuan Jonathan Alexandrew, tolong jawab dengan jujur semua pertanyaan saya."

Angel menatap Jo sambil tersenyum tipis. Nb untuk Jo itu senyum ejekan Angel untuknya.

"Aku menolak."

Angel masih setia tersenyum sampai akhirnya Angel menatapnya dengan wajah datar.

"Let's not talk nonsense anymore. Saya akan mulai mengajukan pertanyaan."

Angel mengulurkan sebuah foto ke arah Jo.

"You know her?."

Jo melihat foto itu dan segera menatap Angel.

"I don't know."

Angel tersenyum miring.

"Kau mau berbohong pada ku tuan Jonathan? Kami memiliki bukti jika anda dan DIA, memiliki hubungan intim."

Jo menatap tajam Angel.

"Don't touch her."

Angel berdiri dan segera menghampiri Jo. Angel mencengkeram kerah baju Jo.

"Katakan yang sebenarnya?."

Jo menatap Angel dan tersenyum.

"Kau tau dia siapa bukan, Angel?."

"In here, I'm not Angel. I'm Kristal."

Angel meletakkan kakinya di ujung kaki Jo.

"Kau membencinya."

"Kita berbicara tentang kau. Bukan AKU!."

Dengan sekali pukulan dari Angel, Jo langsung terjatuh. Teo dan Yulia yang melihat itu meringis sedangkan Rai berwajah datar. Dia sering melihat hal ini karena dia sering melakukan tugas ini juga.

"Aha ha, kau memperjelas segalanya disini."

Jo tertawa sambil berdiri dan menyeka darah diujung bibirnya.

"Rai! Do it!."

Angel keluar dari ruang interogasi dan diikuti Rai yang menyeret Jo. Teo dan Yulia pun mengikuti mereka ke ruang sidang. Ruang itu selalu bisa membuat semua orang buka mulut.

Angel membuka pintu itu dan segera masuk. Ruang sidang ini begitu gelap sampai akhirnya Angel menekan saklar lampu dan segera memberi kode timnya untuk masuk.

Jo didudukkan dengan paksa dan diikat tangannya di sebuah kursi yang memang hanya ada satu di tengah ruangan ini.

"Welcome Jo."

Angel menyeringai dan segera membuka lemari di sudut ruangan. Angel mengeluarkan sepatu wanita hak tinggi dengan ujung yang sangat runcing.

"Silver, you or me? Or you Teo?."

Angel mengangkat high hells itu. Teo memilih bungkam dan Silver aka Yulia menggelengkan kepalanya tanda ia menolak.

"Well, we have no choice."

Angel melepaskan sepatunya dan segera memakai high hells itu dan penderitaan Jo dimulai.

Acara sidang untuk menguak kejujuran dari mulut pedas Jo pun akhirnya terselesaikan dengan ancaman dari Angel.

Angel berhasil mengancam Jo dengan cara meletakkan ujung runcing high hells itu tepat di atas terong Jo. Angel tersenyum manis dan akhirnya memencet terong Jo dengan sadis. Jo pingsan setelah mengatakan segalanya dan segera dibawa ke ruang pengobatan.

"Dia yang kena, kenapa aku yang ngilu."

Teo memegang terongnya dan menatap Yulia yang cekikikan. Angel meninggalkan mereka dan segera pergi dari tempat itu.

"Kristal!."

Angel berhenti saat namanya disebut.

"Ini."

Rai menghampiri Angel dan memberikan sebuah kartu nama yang diberikan Jo sebelum pingsan.

"Hem."

Rai pergi meninggalkan Angel yang menatap kartu nama itu dengan tatapan benci.

"Stefani .. Auliana."

Angel mengeja nama yang tertera di kartu nama itu. Angel segera pergi menuju alamat yang tertera disana.

🏵 Jl. Flamboyan no. 33 Blok C Perumahan Ghiri Permai, Jakarta.

Angel sudah berada tepat di depan gedung no. 33. Angel segera melihat kembali kartu nama itu.

"Ternyata kau memang pantas dibenci, wanita jalang."

Angel segera keluar dari mobil dan segera menyebrang jalan untuk bisa masuk ke gedung dimana Kafe Lamina berada.

Kesan pertama saat Angel masuk ke dalam kafe adalah marah. Kenapa Angel marah? karena disana, laki-laki yang sangat ia cintai sedang bersama dengan wanita yang sangat sangat ia benci.

"Kakak."

Angel mendekat kearah dua orang yang saling berpegangan tangan diatas meja dan tertawa bahagia. Merasa terpanggil , laki-laki yang dipanggil kakak oleh Angel pun menoleh.

Laki-laki itu kaget saat melihat Angel di depannya dan segera berdiri.

"Angel.."

Angel menatap datar laki-laki itu.

"Jadi selama ini kakak masih berhubungan dengan si jalang itu?."

Entah karena apa dan apa sebabnya, air mata Angel mengalir tanpa diperintahkan.

"Sayang, jangan menangis."

Laki-laki itu melepaskan genggaman wanita yang dipanggil jalang oleh Angel dan segera menghampiri Angel untuk menghapus air matanya.

Uluran tangan itu ditepis dengan kasar sebelum tangan itu mencapai tubuh Angel. Tentu saja Angel yang menepis tangan itu.

"Jelaskan."

"Angel, kakak tau kalau kakak salah. Kakak gak akan menyesali hal itu tapi.. kakak sangat mencintai Stefani."

Angel menatap datar kakaknya.

"Jadi.. pilihan kakak tetap dia? walaupun kakak tau jika dia adalah tunangan Jonathan?."

"Ya."

Angel segera menampar kakaknya itu.

"Riyan Julis Respati, kau lebih memilih dia ketimbang IBU?."

"Angel.. kakak tau kalau pilihan kakak menyakiti kalian. Tapi, kakak tak bisa melepaskan Stefani untuk Jo."

"Why? give me a reason."

Angel menatap nanar Riyan, kakak ke 2 Angel.

"Aku mencintainya."

Riyan mengatakannya dengan lirih.

"Love? Kakak mengakui itu cinta sedangkan ibu yang melahirkan dan membesarkan mu dengan penuh kasih sayang kau anggap MUSUH hanya karena ibu tak setuju dengan jalang itu."

"ANGEL! JANGAN BERBICARA YANG TIDAK-TIDAK! KAU TAU APA TENTANG AKU DAN IBU HA! KAU HANYALAH ANAK PUNGUT!."

Angel menutup matanya saat sang kakak yang paling ia sayangi membentaknya. Riyan yang sadar telah membentak sang adik pun terdiam seketika.

"Angel.. kakak minta maaf.. "

Angel mengangkat tangannya. Angel tertawa sumbang.

"Harusnya aku tau dimana posisi ku sebagai anak pungut ."

"Angel kakak tidak bermaksud seperti itu. Jangan salah paham."

Riyan mencoba memegang tangan adiknya tapi lagi-lagi Angel menepis tangan itu.

"Lakukan sesuka mu. Ayah juga sudah melarang ku untuk menemui mu lagi. Anggap saja kau tak pernah memiliki seorang adik perempuan pungut ini."

Angel segera berbalik pergi dan menulikan kupingnya dari teriakan Riyan. Sedangkan Riyan yang akan menyusul Angel untuk meluruskan kesalahannya pun dicegah Stefani.

Angel berjalan linglung dan tanpa sengaja menabrak seseorang di depannya. Angel mendongak untuk mengumpat orang itu dan terdiam seketika saat melihat Varo.

Varo segera memeluk Angel yang menangis tanpa suara dan berjalan dengan sempoyongan seperti orang mabuk.

"Jangan ditahan. Lepaskan."

Varo mengelus kepala Angel dan tangan kirinya mengusap bahu Angel. Sedangakan Angel memeluk Varo dengan erat sambil menangis dengan keras.

Varo menatap tajam laki-laki yang berdiri kaku tak jauh dari mereka. Varo tau jika Angel menangis karena Riyan, dan tentu saja Varo tau dengan pasti alasan dibalik masalah mereka.

Stefani Auliana.

Jalang yang menghancurkan persahabatan dan keluarga baru Angel.

Riyan iri dengan laki-laki yang memeluk adiknya dengan begitu posesif. Harusnya Riyan yang disana menenangkan adik kecilnya yang cengeng itu.

Harusnya tadi dia tak mengatakan hal itu. Riyan tak sanggup jika dia harus dianggap orang asing oleh adiknya. Adik yang paling ia sayangi dan ternyata yang sangat ia cintai. Bukan sebagai kakak beradik.

🏵