Suara alunan musik terdengar di pendengaran Sena ketika ia memasuki Restoran mewah tersebut. Sena pun melirik ke kanan dan kirinya untuk mencari keberadaan Lee. Dan sampailah ia di meja yang telah tersaji makanan di depannya tentunya ada Lee yang sudah duduk disana.
" Duduklah Sen dan isi terlebih dahulu perutmu ".
" Tak usah berbasa-basi bajingan, katakan apa maksudmu datang ke kota ini".
Lee pun meneguk sisa anggurnya sambil melirik Sena setelah itu dia menuangkan anggur baru pada gelas Sena dan gelasnya.
" Tenanglah Sen, waktu kita masih panjang kita bisa berbincang-bincang sampai malam kan".
" Persetan dengan urusan ini aku pergi"
Sebelum Sena benar-benar pergi di hadapan Lee ia ditahan oleh anak buahnya Lee, dan iapun menduduki bangku yang tadi.
" Tak sabaran seperti biasanya Kakak Iparku ini"
" Ck, jangan panggil aku sembarangan brengsek".
Lee pun menyeringai " Kenapa? Semua ini benarkan? Seharusnya aku dan Selly bahagia tapi kamu malah menyembunyikannya".
Sena pun tak menunjukan mimik muka datarnya " Aku tahu kamu pasti akan mencarinya setelah tahu ada yang jangkal tentang hilangnya Selly" batin Sena.
" Sen, kamu tahu? Aku sangat susah terlepas dari Selly, begitu pun sebaliknya"
" Omong kosong!! Kau laki-laki pengecut hanya bisa menghancurkan batin adik ku sialan"
" Hancur katamu? Selly sangat bahagia bersamaku apalagi sebelum kejadian di hari itu, dan jika aku tak mendapatkan Selly berarti aku akan mendapatkan Reina "
Mimik muka Sena pun semakin datar " Jangan harap "
" Sen, beritahu keberadaan Selly atau aku akan menghancurkan kebahagiaannya yang kalian bangun".
Sena pun yang hendak berdiri dari duduknya mematung dengan ucapan Lee. " Apa maksudnya? Bagaimana dia mengetahui panti asuhan itu" batin Sena
" Jangan banyak bermimpi kamu Lee".
Sena bangkit dan akan meninggalkan kursinya tapi tiba-tiba dia meraskan yang janggal dengan mimik muka Lee. Dari pada ia lebih lama bersama Lee ia pun segera melangkahkan kakinya keluar dari Restoran tersebut. Samar-samar ia mendengar Lee berteriak tentang sebuah nama tempat yang Sena tahu itu adalah nama panti asuhan tersebut.
Ting
Pesan pun masuk ke ponsel Sena, dan pesan itu ternyata dari Reno
" Tidak ada masalahkan?"
" Tidak untuk saat ini, tapi masalah lain ada"
" Besok ke kantorku kita cari solusinya"
" Oke Ren! Dan jangan lupa untuk besok dan seterusnya perketat keamanan Reina"
" Pasti!"
Reno pun mengendarai mobilnya untuk kembali ke Apartemen nya.
Tuut...
" Selamat Malam Bos"
" Kalian masih disana"
" Tidak Bos! Tapi kami menyisakan 2 pengawal disana untuk mengetahui pergerakannya bos!"
" Kerja bagus! Setelah selesai besok bawa hasilnya"
" Baik Bos!"
Setelah Sena mematikan telponnya sepihak ia pun merenung dengan hal tadi.
" Apakah benar dia Lee? Mantan calon adik ipar ku? Tapi sifatnya berbanding terbalik dengan waktu itu, malah orang ini lebih mirip seseorang yang memiliki sifat obsesi terhadap beberapa perempuan. Dan sifat itu seperti seseorang yang ku kenal, tapi siapa?"
Lama berfikir Sena pun mulai pusing dan ia pun berencana akan mencari tahu segalanya.
Ke esokan harinya
Tok
Tok
" Dek! Hari ini ngak ada kelaskan?"
" Ia Bang! Tapi Adek mau ketemu sama Raisa di Distro, katanya Raisa mau cari baju buat ultahnya Angga"
" Ya udah, tapi jangan pulang malam yah! Abang hari ini mau ke kantor soalnya nanti jam 22.00 baru pulang"
" Oke Bang!"
Reno pun melangkahkan kakinya menuju garasi mobil yang ada di Rumah tersebut, dan iapun melesat pergi ke kantornya. Sedangkan Reina sedang bersiap-siap untuk pergi menemui Raisa.
Ting
Tong
Suara bell pun membuat Reina berhenti dengan kegiatannya yang sedang memasukan barang ke dalam tas kecilnya.
" Raisa cepat juga"
Reina berjalan ke arah intercom dan melihat Raisa diluar sana. Kemudian ia pun membuka kunci dan mendekati pintu untuk menyambut Raisa.
" Hey "
Raisa hanya menundukan kepala dan bisa Reina lihat bahu Raisa bergetar.
" Sa, kamu kenapa? "
Tiba-tiba Raisa memeluk Reina dengan erat dan mulai mengeluarkan air matanya.
" Hiks... bantu aku Na "
" Masuk dulu yuk, ceritanya di dalem" Reina pun menuntun Raisa memasuki kediamannya dan mendudukan Raisa pada sofa ruang tamunya.
" Kamu tunggu disini yah, aku ambilin kamu minum dulu " Reina melangkahkan kakinya ke dapur.
Setelah Reina kembali kondisi Raisa masih sama, dia menangis di sofanya.
" Hiks... Hiks..."
Reina pun mendekati Raisa dan memeluknya.
" Minum dulu yah, terus cerita kamu kenapa" memberikan Raisa segelas air hangat yang di terima langsung dan Raisa pun meminumnya perlahan.
" Na, Hiks... Angga bohong sama aku Na"
" Bohong? Apa kamu yakin Sa? Selama ini bukanya Angga selalu jujur sama kamu yah?"
" Ngak Na, Hiks... kali ini dia bener-bener bohongin aku Na, ini buktinya" Raisa pun memberikan ponselnya kepada Reina.
Mata Reina sempat melotot " Kamu dapet ini dari mana Sa? Masa Angga setega itu ke kamu?"
" Hiks.. aku juga dapet ini dari Rian Na, Hiks... awalnya aku ngak percaya tapi Rian semalam kirim lokasinya ke aku dan itu bener Na, Angga main api dibelakang aku Hiks.." Raisa pun mulai menangis kencang dan memeluk Reina.
Reina pun mengusap pungung Raisa dan ia menahan amarah untuk Angga tapi ia ragu masalahnya Raisa mendapatkan informasi ini dari Rian mantannya Raisa yang masih terobsesi dengan Raisa.
" Kita minta penjelasan sama Angga yah Sa, jangan dulu berprasangka buruk" setelah batin Reina tenang dia mengusulkan pendapatnya.
" Tapi ini udah jelas Na, Hiks... aku ngak nyangka aja Angga bisa kek gini"
" Dinginkan kepala kamu dulu Sa, kamu sekarang lagi diliputi rasa emosi dan tindakan yang menggunakan emosi akan berdampak buruk ke depannya, percaya sama aku kita harus cari kebenarannya langsung dan aku akan bantu kamu Sa"
Raisa pun terdiam dan mencerna apa yang barusan Reina jelaskan, dan ia pun akhirnya menganggukan kepalanya.
" Oke Na, kali ini aku turuti ide kamu tapi bolehkan kalo emang ini kebenaranya aku minta kamu jangan halangi aku buat ngehajar muka angga" ucap Raisa membara.
Reina tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Mereka pun menghabiskan waktunya di rumah Reina untuk menyusun pertemuan Raisa dan Angga dan meminta kejelasan foto itu.
Drtt
Ponsel Raisa pun bergetar menandakan ada panggilan masuk dan pangilan itu berasal dari Angga.
Tapi Raisa mengabaikanya karena Raisa masih belum mau mendengar suara Angga. Setelah Raisa mereject panggilan Angga pesan pun memasuki ponselnya
Ting
Ting
Ting
Belasan pesan dari Angga ia abaikan dan saking kesalnya ia mulai mematikan ponselnya.
Reina yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya, dan tak lama kemudian sekarang giliran ponsel Reina yang berbunyi.
Drtt
Reina pun melihat layar ponselnya yang tercantum nama Angga disana yang menelponya.
" Bilang aja aku ngak ada Na" ucap Raisa yang kemudian mengambil remot tv.
Reina kemudian mengangkat pangilan itu dan meloudspeak nya.
" Hallo "
" Na! Kamu lagi sama Raisa ngak? "
" Raisa? Bukannya kalian ada rencana mau ketemuan yah" Reina pun mulai berakting.
" Ia Na, tapi Raisa susah dihubungi terus dirumahnya tidak ada "
" Kamu buat masalah Ga? Sampe Raisa gitu? "
" Masalah apaan Na, kemaren kita baik-baik aja kok "
" Coba kamu inget-inget lagi Ga, siapa tahu ada yang kamu lupain. Kamu udah kenal Raisa luar dalam Ga, dan kamu pasti tahu apa yang Raisa ngak suka atau Raisa benci"
Angga pun terdiam dan ia mulai berfikir ada kejadian apa semalam.
" ASTAGA " pekikaan keras terdengar dari sebrang telpon membuat Reina dan Raisa melotot menatap layar ponsel itu.
" Gila emang " batin mereka berdua.
" Na kalo gitu aku cari Raisa dulu yah, kalo kamu tahu kabarnya hubungi aku"
Angga pun menutup panggilan telponnya sepihak dan membuat Raisa melirik ke arah Reina.
" Tuh kan Sa, dia panik nyariin kamu dan mungkin dia bakal jelasin yang semalam deh "
" Ngak peduli Na, aku masih ngak mau ketemu dia " Raisa pun melangkahkan kakinya ke kamar tamu tanpa permisi. Karena ia sudah sering ke rumah Reina dan ia sudah di anggap keluarga oleh orang tua Reina.
" Dasar anak itu " Reina pun hanya menggelengkan kepalanya dan mulai mematikan tvnya kemudian menyusul Raisa ke kamar tamu, tapi sebelum itu ia mengirim Chat kepada Angga untuk bertemu dan meminta penjelasannya nanti siang di depan Raisa dan dirinya.
" Hayo... jangan emosi terus dong nanti makin tua loh " goda Raisa sambil cekikikan.
" Kagak yah, emang situ " Raisa pun menelengkupkan kepalanya ke dalam bantal.
" Lah saya? Saya ngak lagi emosi loh, yang ada situ" sambil menarik bantal yang Raisa pakai.
" Reina kamu nyebelin ih hari ini " Raisa mulai duduk tegak dan melihat Reina sambil mencebik kesal.
" Nyebelin gini juga kamu sayangkan " Reina mencubit kedua pipi Raisa.
" Aduh, jahat banget sih "
Raisa yang kesal pun mulai mengelitik perut Reina, dan mereka menghabiskan waktu siang mereka dengan perdebatan alot mereka.