webnovel

Part. 1

Author POV

Sinar matahari pagi menyengat di ibukota Jakarta, kota padat akan penduduknya yang sibuk dan ibukota dari negara Indonesia. Ibukota yang sering di sebut dengan kota kejam lebih kejam dari ibu tiri.

Seorang gadis bertubuh gendut turun dari angkutan umum dengan dua tas besar di tangannya.

"Huh...akhir sampai juga" ucap perempuan berbadan gendut, yang tidak lain adalah Sarah, gadis yang pertama kalinya menapakkan kaki ke ibukota Jakarta.

Seorang perempuan yang sedang berusaha menggadu Nasib di kota besar Jakarta.

Dengan langkah ringan Sarah melangkah kesalah satu rumah susun yang sudah di sewanya kemarin dari sahabatnya SMA-nya dulu yang sekarang tinggal di Jakarta.

"SARAH" teriak suara cempreng sahabatnya Anni.

"Anni" ucap Sarah sambil memeluk sahabatnya yang paling baik.

"Aku kangen banget sama kamu, sar" ucap Anni senang sambil membalas pelukan erat Sahabatnya.

"Aku juga kangen banget sama kamu, Anni" balas Sarah sambil terkekeh geli.

"Kamu makin subur aja badannya" goda Anni.

"Isshh kamu mah gitu" kata Sarah kesal.

"Hehe maaf deh" kata Anni.

"Ya udah lebih baik sekarang kita liat kamar kamu yuk" lanjut Anni.

"Iya ayo" balas Sarah semangat.

Sarah dan Anni berjalan sambil berceloteh ringan dan bercanda gurau.

"Ini kamar kamu mulai sekarang, Sar. Gimana kamu suka, sar" ucap anni sambil menunjuk kamar yang lumayan besar dengan satu jendela.

"Suka banget, ni. kamarnya bagus dan nyaman" jawab sarah senang.

"Ya udah yuk sekarang kita beresin semua pakaian kamu, sar" kata Anni.

"Iya, ni" balas Sarah sambil membuka dua tas besar yang isi adalah pakaiannya.

Dua bocah laki-laki bak dewa yunani dengan ke tampan di atas rata-rata bocah seumur mereka, berjalan memasuki gedung tertinggi di Jakarta dengan wajah angkuh dan tatapan dinginnya. Mereka terus berjalan tanpa memperdulikan tatapan kagum dan memuja dari para wanita dewasa yang berada di salah satu perusahaan swasta di Indonesia.

Mereka berdua adalah cucu dari keluarga Kim.

Keluarga billionaer asal Korea Selatan.

Kim yeol dan kim jeon kedua putra dari

Kim sung yoon pria berkebangsaan korea sekaligus pengusaha terkenal dan billionaer muda di usianya yang baru saja mau menginjak kepala tiga,  yang saat ini sedang mengurus salah satu anak cabangnya yang berada di indonesia.

Dua bocah laki-laki tampan itu memasuki lift khusus petinggi perusahaan dengan santai dan tidak lupa juga tatapan dingin dan wajah datar mereka.

"Di mana Daddy ku" tanya kim Yeol dingin putra pertama dari Kim sung yong, pada sekretariat kedua ayahnya yang bernama Anne.

"Tuan besar sedang rapat sekarang, tuan muda" kata Anne sopan pada putra pertama bos besarnya.

"Hmmm" balas Yeol dengan dingin dan langsung pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah katapun atau pun terima kasih.

Sedang sekretaris ayahnya hanya mampu mengelus dadanya 'untung aja ganteng' batinya.

Seorang pria dengan perawakan tinggi dan tampan khas pria Korea Selatan. Dengan gagahnya memimpin rapat dengan lugas.

"Saya tidak mau ada kesalahan dalam pembangunan hotel di Jer..." Perkata pria tampan itu terpotong dengan suara pintu yang terbuka. Membuat semua mata memandang kearahnya.

Klik...

"Ada apa, boy ?" tanya sung yong pada dua malaikat tampannya.

"Kami lapar, Daddy" kata Kim Yeol datar pada ayahnya.

Kim sung yong tersenyum kecil mendengar perkataan dari putra pertamanya, yang paling terkenal dingin dan datar.

"Baiklah, ayo kita pergi makan, boy" balas sung yong pada kedua anaknya.

"Kalian boleh pergi, rapatnya saya tunda" perintah datar sung yong pada semua orang yang berada di ruang rapat.

Tanpa mendengar jawaban dari orang yang berada di ruang rapat Kim sung yong dan kedua putra meninggalkan ruang rapat dan berjalan kearah lift yang di sediakan khusus hanya untuknya dan para petinggi perusahaan.

Kim sung yong berjalan dengan santai bersama jeon putra keduanya yang berada di gendongnya dan satu tangannya lagi yang bebas mengandeng tangan Yeol putra pertamanya.

Sung yong berjalan dengan santai bersama dua malaikat tampannya masuk kedalam salah satu restoran hotel bintang lima miliknya.

Baru saja masuk sung yong dan kedua anak sudah di sambut oleh pelayan restoran dengan sopan dan ramah.

"Selamat datang, tuan" sambut pelayan itu ramah dan sopan.

"Mari saya antar ke dalam" lanjutnya sambil membungkuk sedikit badannya.

"Tidak, saya mau tempat privasi untuk saya dan kedua anak saya" ucap sung yong dingin dan datar.

Sung yong lebih memilih tempat privasi di dalam restoran, salah satu fasilitas yang di sediakan oleh pihak restoran.

"Baik, tuan. Mari saya antar" balas pelayan itu sopan.

Sung yong dan kedua anak berjalan mengikuti pelayan restoran itu tanpa memperdulikan tatapan kagum para kaum hawa yang di lemparkan pada mereka bertiga.

"Silahkan, tuan" ucap pelayan itu sambil mempersilahkan sung yong dan kedua anaknya untuk masuk.

Sung yong dan kedua anaknya masuk tanpa mengucapkan sepatah kata pun atau pun terima kasih

"Silahkan, tuan. Menunya" kata pelayan itu sambil memberikan buku menu pada sung yong dan kedua anaknya.

"Apa yang kamu inginkan ? Boy" tanya sung yong pada Yeol putra pertamanya.

"Aku mau, kimchi dan kimbap" ucap Yeol menyebutkan menu pesanannya pada sung yong.

"Kalau kamu mau yang mana, boy" tanya sung yong pada Jean.

"Aku mau, bibimbap dan bulgogi" kata jean menyebutkan menu pesanannya pada sung yong.

Sung yong mengangguk kepalanya dan menyedukan pesanan para anak dan pesanannya.

Mereka berbincang ringan sambil menunggu pesanan mereka datang. Tidak lama setelah itu pesanan mereka datang dengan dua nampan penuh dan di bawah oleh tiga orang, dua pelayan dan satu menejer hotel langsung.

"Maaf jika pelayan kami kurang memuaskan, untuk anda tuan" kata pelayan itu takut-takut.

"Hmm, tidak. Kalian boleh pergi" ucap sung yong masih dengan nada dinginnya.

Mereka bertiga mengangguk patuh dan keluar setelah membungkuk sopan.

Kedua anaknya makan dengan tenang sedang sung yong hanya meminum kopi tanpa menu makan sama sekali.

"Terus sekarang kamu mau kerja di mana, Sar" tanya Anni pada wanita berbadan montok itu.

"Aku juga ga tau, ni. Aku cuma punya ijazah SMP, ni" jawab Sarah pelan.

"Ya udah kamu kerja di cafe milik aku aja gimana ?" tanya inna antusias.

"Boleh deh, ni. Tapi ga ngerepotin kamu" tanya Sarah ga enak.

"Allah kamu kaya sama siapa aja sih" ucap Anni sambil mengibaskan sebelah tangannya di depan wajahnya.

"Makasih banyak ya, ni" kata Sarah sambil memeluk erat sahabat baiknya itu.

"Iya santai aja kali, Sar" ucap Anni sambil membalas pelukan Sarah.

"Ya udah yuk sekarang kita beli dulu perlengkapan dan kebutuhan hidup kamu sehari-hari" aja Anni semangat yang di balas anggukan kepala dan kekehan Sarah.

Mereka melepaskan pelukan mereka dan berdiri menuju pintu dan berjalan kearah super market dekat rumah kontrakan mereka.

Suara Bruno mars dari IPhone milik sung yong megalum indah memecahkan keheningan di antara ayah dan anak itu.

Sung yong menggakat panggilan dari IPhone dengan cepat takut menggagu acara makan para anaknya.

"Ada apa" tanya sung yong the point pada sekretarisnya tanpa ada suara sapaan atau basa basi

'maaf tuan, nyonya Fei menggamuk di ruang anda tuan. Kami sudah menyeretnya keluar tapi dia masih saja menggamuk' kata sekretaris takut.

Sung yong mengatupkan rahangnya marah siap meledak kapan pun.

"Saya akan kesana" kata sung yong sambil menggertakan giginya.

"Daddy harus pergi kekantor sekarang nanti supir akan menjemput kalian" kata sung yong pada kedua anak dan di balas anggukan patuh oleh mereka berdua.

Sung yong keluar dari dalam restoran masih dengan emosi yang berada di atas kepalanya dan siap meledak kapan pun.

Yeol dan Jean keluar dari dalam restoran dan menunggu sopir pribadi milik Daddy-nya.

Sedangkan di tempat yang sama Sarah Anni berjalan dengan santai sambil memegang pelastik belanjaan mereka.

"Kakak, aku mau es krim" Kata jean pada Yeol sambil berlari kearah tukang es krim yang berada di sebrang jalan.

"Ayo" ucap Yeol sambil menggandeng tangan adiknya

"Ahhhh" teriak Yeol keras, dan di waktu bersamaan sebuah mobil sedan hitam berjalan dengan cepat kearah Jean.

"AWAS" teriak Sarah sambil berlari dan memeluk tubuh kecil Yeol menghindari mobil sedan hitam itu yang tinggal sedikit lagi menyentuh tubuh kecil Jean.

"Hua...hiks..hiks....maaf Tante" kata Jean sambil menangis keras di pelukan Sarah melihat lengan dan kaki Sarah yang berdarah.

"Tante ga papa kok sayang" kata Sarah pelan sambil tersenyum hangat seorang ibu.

"Sarah kamu ga papa kan" kata Anni panik bercampur cemas.

"Aku enggak papa kok, ni" lirih Sarah sambil tersenyum menenangkan.

"Tante maafin adek Yeol ya" kata Yeol pelan pada Sarah.

"Iya ga papa kok, sayang" kata Sarah sambil mengelus lembut rambut hitam lebat Yeol.

Yeol terpaku untuk pertama kalinya dia merasakan usapan lembut seorang wanita yang mirip seperti usapan lembut seorang ibu pada anaknya, bahkan ibunya saja tidak pernah mengelus rambutnya.

"Oh iya kok kalian bisa sendiri sih di jalan, kemana orang tua kalian" tanya Anni bingung.

"Orang tua kami tidak ada tante" kata Yeol cepat sambil menutup mulut Jean dengan tangannya saat melihat adiknya ingin bicara jujur.

"Ya ampun, ya udah bagaimana jika kalian tinggal di rumah kontrakan Tante aja mau ga" tanya Sarah lembut sambil mengelus rambut hitam Yeol dan Jean.

Yeol dan Jean menggagukan kepadanya semangat sambil membantu Sarah bangun.

"Ya udah Sar mendingan kita sekarang pulang, luka kamu harus segera di obati" kata Anni sambil memapah Sarah berjalan.

Mereka berempat berjalan beriringan sambil dengan Anni dan Yeol yang membantu Sarah berjalan.

Sepanjang jalan Yeol dan Jean tersenyum bahagia karena dapat merasakan kehangatan serta kelembutan seorang ibu dari sarah.

.................

TBC