Thomas akhirnya bertemu dengan Iris, wanita itu menuntun seekor kuda berwarna hitam legam, dikuti Litzy yang kembali berubah menjadi tikus mendekat dan naik ke atas kepala Thomas.
"Apa kau sudah selesai?" Iris bertanya dan duduk di dekat Thomas, bocah itu mengangguk sambil memamerkan kantung belanjaannya.
"Aku sudah tahu di mana orang itu berada," ucap Iris, tangannya mengambil kantung belanjaan Thomas dan memasukkannya ke kantung sihir miliknya, membuatnya menghilang.
Thomas berdecak kagum, lalu memasang sepatu yang baru saja dibelikan oleh Iris.
"Ayo," Iris membawa Thomas naik beserta dirinya, kuda hitam itu sangat gagah, sekali pacu ia langsung berlari kencang.
Kuda hitam itu berlari keluar dari wilayah utara, semakin jauh masuk hutan.
"Bukankah kau bilang orang itu ada dalam gua wilayah utara?" Thomas bertanya, sedikit gugup dengan posisi mereka.
"Aku punya ingatan yang buruk, bagaimana pun itu sudah ratusan tahun yang lalu," sahut Iris, Thomas tidak berniat membalasnya lagi, ia hanya duduk diam.
Mereka melintasi hutan pinus yang lebat, jauh masuk ke dalam hutan, hawa udara terasa menjadi lebih dingin dan lembab, Iris memelankan kudanya, ketika jalanan yang mereka lewati penuh semak perdu dan batu-batu terjal.
Merasa jalanan tidak dapat dilintasi kuda, Iris turun, menuntun kudanya, Thomas tetap diam tak bergerak.
"Iris," ucap Thomas pelan setelah mereka lama saling diam.
"Ya?"
"Apa kau tidak memiliki ... Itu ... Sapu terbang ... kitab mantra atau tongkat sihir?" Tanyanya penasaran, Iris tertawa pelan.
Thomas pernah membaca buku di perpustakaan kerajaan, penyihir wajib mempunyai tiga benda sakti, entah mereka memiliki salah satu atau ketiganya, barulah mereka benar-benar dikatakan kuat, tapi Thomas tidak pernah melihat Iris memiliki salah satu dari tiga benda itu.
"Dulu aku memilikinya Tomy, mereka semua hancur berkeping-keping," sahut Iris.
"Hancur karena apa?"
"Aku bertarung dengan penyihir lain, dia sangat kuat, aku mengalami kekalahan, tiga benda itu hancur dan terlempar entah ke mana." Iris menjelaskan dengan tenang, memandangi wajah polos Thomas. namun raut wajahnya menjadi waspada saat melihat bayangan besar di belakang Thomas.
Apa itu?
Kejadian itu berlalu begitu cepat, bayangan itu melompat ke arah Thomas, berniat menerkamnya.
"Tomy awas!" seru iris, di belakang Thomas bayangan itu berubah menjadi sosok serigala berwarna hitam yang sangat besar, mulutnya terbuka lebar, menunjukkan gigi taringnya.
Thomas merasakan tubuhnya ditarik kencang oleh Iris. Tubuhnya limblung jatuh ke tanah, kuda hitam Iris meringkik lari ketakutan.
"Apa yang terjadi?" Thomas bertanya dengan bingung, tubuhnya terhantam ke tanah dengan keras. Wanita itu tidak menjawab, dia berdiri di depan Thomas, melindunginya.
Serigala hitam itu menggeram, menampilkan gigi taringnya dan air liur yang menetes-netes, berjalan pelan mengitari Iris dan Thomas, mengintai mangsa.
Iris bersikap waspada, tangannya mengambil ancang-ancang merapal mantra.
"scanisandentios"
Sebuah akar muncul dan menjerat serigala, serigala itu memberontak dan melolong nyaring, dari setiap penjuru hutan, bayangan-bayangan hitam bermunculan mengelilingi Iris dan Thomas.
Thomas berdiri, mengambil kayu untuk melindungi dirinya, Litzy kembali berubah menjadi anjing yang menyalak garang.
Mereka terkepung oleh belasan serigala.
Akar yang muncul karena sihir Iris dengan mudah dihancurkan serigala hitam, mereka merengsek maju.
Thomas tidak pernah tahu manusia serigala bisa menyerang ras lain, yang ia tahu, mereka memiliki hukum untuk tidak saling menyerang, mereka bukan manusia serigala yang ia ketahui.
"Ursiloxus!"
Iris berseru, dalam sekejap Litzy berubah menjadi beruang besar, ia berteriak nyaring, mengguncang hutan, serigala hitam itu menerkam Litzy, mereka saling mencakar, menggigit dan bergulat.
Iris melompat menghindari terkaman serigala lain dari satu tempat ke tempat lainnya, gerakannya lincah dan ringan, wanita itu melemparkan sesuatu ke tanah, sebuah serbuk berwarna hitam.
"Axiolus!"
Tiba-tiba semut-semut kecil di tanah membesar, mendesis menghalangi para serigala mencapai Iris, mereka bertindak menjadi pelindung Iris.
Thomas mundur, jaraknya menjauh dari Iris, dulu di masa lalu ia dengan mudah mengalahkan serigala tapi sekarang dia kewalahan menghadapi tiga serigala sekaligus hanya dengan mengandalkan sebuah tongkat kayu.
"KRAKK!"
Tongkat kayu itu berakhir dimulut serigala berwarna coklat, hancur berkeping-keping karena giginya yang tajam, Thomas mundur, tak disangkanya serigala lain dengan cepat menggigit lengannya.
Thomas meringis, darah segar merembes membasahi baju putihnya, serigala itu tidak berniat melepaskan gigitannya, justru menyeret Thomas menjauh.
"Tomy!" Iris berteriak panik, ia kewalahan, semut raksasa itu tidak banyak membantu, para serigala dengan mudah mencabiknya.
Iris melirik Litzy yang masih berkelahi dengan serigala hitam besar, wanita itu berteriak dan merapal mantra lagi, suara dentuman tiba-tiba terdengar, Litzy berubah menjadi seekor ular besar dan melilit dengan kuat.
"Lepaskan dia! Kalau tidak akan kuremukkan serigala ini!" Iris berteriak, para serigala menghentikan gerakan mereka, saling pandang satu sama lain.
Suasana menjadi tegang, Litzy semakin mengeratkan lilitannya, membuat serigala hitam itu mengeluarkan suara rintihan.
"Lepaskan dia," kata seseorang dari belakang Iris, wanita itu bertubuh mungil dengan rambutnya pirang pucat, dia hanya memakai pakaian seadanya menutupi tubuhnya.
Para serigala itu perlahan-lahan berubah menjadi manusia, termasuk yang berada dalam lilitan Litzy.
"Kau penyihir," sambung wanita itu, menatap Iris dengan penasaran. "Apa yang kau lakukan di tempat ini?"
"Aku hanya kebetulan lewat," sahut Iris memperbaiki pakaiannya, melirik Thomas yang dibopong seorang laki-laki berambut coklat, bocah itu tidak buka suara, tetapi wajahnya sudah seputih kertas.
"Kami tidak bisa mempercayainya begitu saja."
"Iris, namaku Amara Iris." Iris berinisiatif memperkenalkan diri. Wanita itu tersenyum simpul.
"Aku Alena, kami dari pack Red Moon." Alena menatap Iris dengan mata tajamnya, menuntut pernyataan Iris.
"Kami mencari seseorang bernama Minu," kata Iris, pada akhirnya ia tidak bisa merahasiakan tujuannya pada mereka.
"Untuk menyelamatkannya," sambung Iris lagi, Alena mengangguk paham, lalu melirik ke arah Thomas sebentar.
"Kami minta maaf atas tindakan kami, situasi pack sedang tidak kondusif. Ikutlah kami sebentar, kami akan mengobati lukanya, setelah itu kalian boleh pergi." Alena dengan ramah mengajak Iris mengikutinya, suasana yang tadinya tegang menjadi sedikit santai.
Iris membiarkan mereka mengobati Thomas yang tidak sadarkan diri ketika telah sampai di pemukiman para manusia serigala.
Pemukiman manusia serigala terletak di tengah-tengah hutan pinus, rumah-rumah kayu besar berdiri dengan kokoh.
Iris saat ini berada di teras rumah Alena, ia tengah berbincang serius dengan manusia serigala itu.
"Aku hanya bisa membuat ini," ucap Alena dengan lembut, meletakkan dua cangkir teh di depan mereka.
"Apa kau tahu di mana Minu berada?" Iris bertanya tanpa basa-basi, mengaduk sendok yang dalam teh.
Alena tersenyum lalu menggeleng.
"Rumor yang beredar dia memang ada di wilayah selatan, hanya alpha kami yang benar-benar tahu."
"Di mana alpha kalian?"
"Dia sedang mengurus beberapa serigala pemberontak. Mungkin esok akan kembali, kau bisa beristirahat selama satu malam disini."
Iris mengangguk merasa itu adalah ide bagus, terutama pada Thomas yang terluka.
"Aku bertemu manusia serigala lain di wilayah utara, dia dari pack Blue Moon, namanya Morgan Lloyd. Kau mengenalnya?"
Alena tertegun, meletakkan cangkir dengan tangan gemetar, wajahnya menjadi pucat pasi.
"Kau bertemu dengannya?"
"Ya, aku bertemu dengannya. Ada apa?"
"Aku tadi bilang keadaan pack sedang tidak kondusif, itu karena dalam beberapa bulan terakhir ini, beberapa pack dibantai dalam satu malam."
"Apa pack Blue Moon salah satunya?"
"Ya, salah satunya." Alena mengaitkan jari-jarinya, "Dia adalah yang membantai packnya sendiri. Orang itu, Morgan Lloyd."