MATA yang cuma sebuah itu memandang tanpa
berkedip pada lukisan perempuan telanjang yang
terletak di atas meja. Digelengkannya kepalanya
lalu dirobahnya letak lukisan itu dan ditelitinya kembali.
Dirobahnya lagi, ditelitinya lagi, demikian sampai satu jam
lebih. Akhirnya dia menjadi penasaran sekali dan memaki
habis-habisan.
"Keparat betul! Keparat betul!"
"Mata Picak!" satu suara menegur laki-laki yang
memaki-maki itu. "Lama-lama kau bisa jadi gila!"
Elmaut Kuning Mata Picak palingkan kepala dan
mendelikkan matanya yang cuma satu.
"Kuping Sumplung! Kau bisanya mengejek saja!" kata si
Mata Picak.
"Perlu apa tergesa-gesa? Toh lukisan itu sudah ada di
tangan kita. Dan lambat laun pasti kita akan berhasil
membongkar rahasia yang terkandung di dalamnya!"
"Tolol betul kau Kuping Sumplung!" sentak Mata Picak.
"Apa kau tidak tahu dunia persilatan kalang kabut? Tokoh-
tokoh persilatan kasak-kusuk mencari-cari lukisan ini?
Ingat waktu lukisan ini dirampas oleh Awan Langit tempo
hari? Aku khawatir lukisan yang mengandung ilmu silat
hebat ini akan dirampas orang lain lagi sebelum kita
berhasil memecahkan rahasianya!"
"Tapi marah-marah dan memaki begitu mana mungkin
kau bakal bisa menecahkannya!" ujar Elmaut Kuning
Kuping Sumplung. Keduanya bukan lain daripada dua
tokoh silat golongan hitam yang bergelar Sepasang Elmaut
Kuning. Merekalah yang telah membunuh Si Pelukis Aneh
dan melarikan lukisan perempuan telanjang. Lukisan itu
telah lama berada di tangan mereka namun tak seorang
pun dari mereka yang berhasil memecahkan rahasianya.
Lukisan itu telah berpuluh-puluh jam mereka teliti mereka
jungkir balikkan, namun tetap saja tak dapat mereka
membongkar rahasia ilmu silat yang menurut keterangan
terkandung dalam lukisan itu! Jangan-jangan Si Pelukis
Aneh hanya menipu saja! Lukisan ini tak ada apa-apanya!
Elmaut Kuning Kuping Sumplung perhatikan lengan
kirinya yang buntung akibat dibetot putus oleh Si Pelukis
Aneh sewaktu bertempur beberapa bulan yang lalu! Dia
kemudian tertawa dingin dan berkata, "Kau sekarang yang
jadi orang tolol! Kalau lukisan ini tak ada apa-apanya
masakan orang tua keparat itu sampai-sampai mau
mengadu jiwa!"
Elmaut Kuning Mata Picak jambak-jambak rambutnya.
"Tapi sialan sekali! Masakan sampai saat ini kita tak bisa
memecahkan rahasianya?!"
Kuping Sumplung duduk di sebuah bangku batu.
Ditatapnya sebentar lukisan di hadapannya. Dia sendiri
sebenarnya heran juga karena sampai sedemikian lama
tak sanggup membongkar rahasia lukisan tersebut.
"Apakah kau sudah meneliti kayu pigura lukisan itu?!"
bertanya Elmaut Kuning Kuping Sumplung.
"Setiap sudut lukisan ini sudah kuteliti. Juga bagian
belakangnya!" sahut Mata Picak.
"Agaknya kita membutuhkan seseorang yang bisa
membuka rahasia lukisan ini..." desis Kuping Sumplung.
"Tapi siapa manusianya?!" tanya Mata Picak. "Satu-
satunya manusia yang tahu rahasia lukisan ini adalah Si
Pelukis Aneh sendiri! Dan dia sudah mampus di tangan
kita!"
"Siapa tahu calon muridnya juga mengetahui..." kata
Kuping Sumplung pula.
Elmaut Kuning Mata Picak tertegun. "Mungkin juga..."
desisnya.
"Kalau begitu kita datangi anak itu kembali dan paksa
dia memberi keterangan!" ujar Kuping Sumplung seraya
berdiri dari duduknya.
"Tempat anak itu ratusan kilo dari sini..."
"Soal jauh bukan halangan!" potong Kuping Sumplung.
"Ada hal lain yang aku khawatirkan," ujar Mata Picak.
"Apa?"
"Kalau kita pergi berarti kita harus membawa lukisan
ini. Dan kau tahu sendiri! Puluhan orang-orang persilatan
mengincar-incar lukisan ini! Kita bisa konyol sendiri
dikeroyok beramai-ramai!"
Elmaut Kuning Kuping Sumplung tertawa dingin. "Apa
nyalimu sudah keropok?!" ejeknya dengan pencongkan
hidung.
Mata Picak menjadi gusar. "Mulutmu kelewat tekebur,
Kuping Sumplung! Meski kita berilmu tinggi namun aku tak
mau terlibat dengan manusia-manusia yang membikin kita
jadi berabe dan tambah urusan! Di lain hal kita musti
mengakui bahwa di atas kita masih ada tokoh-tokoh
persilatan yang benar-benar lihai dan kosen! Apakah kau
mau kehilangan satu lenganmu lagi?!"
Merah-lah paras Elmaut Kuning Kuping Sumplung. Dia
balikkan badannya dengan cepat hendak tinggalkan tem–
pat itu. Tapi mendadak di ambang pintu goa langkahnya
tertahan dan parasnya berubah.
"Mata Picak! Lekas ke sini!" seru Kuping Sumplung.
Mata Picak heran mendengar nada seruan kawannya
itu. Dia melangkah cepat ke pintu goa dan terkejut. Goa di
mana mereka berada itu terletak di satu dasar lembah
yang penuh dengan batu-batu besar. Di balik batu-batu
yang bertebaran di lembah kelihatan banyak sekali orang
laki-laki yang berseragam hitam. Di tangan masing-masing
tergenggam sebatang golok besar berbentuk empat segi
seperti golok penjagal babi! Menurut taksiran Mata Picak,
orang-orang yang ada di lembah itu semuanya berjumlah
sekitar duapuluh orang!
Melihat kepada golok-golok besar empat persegi di
tangan mereka yang berkilau-kilau ditimpa sinar matahari,
melihat pula kepada pakaian seragam hitam yang mereka
kenakan, Sepasang Elmaut Kuning segera mengenali siapa
mereka itu adanya.
"Kroco-kroco sialan ini pasti hendak membalaskan sakit
hati ketua mereka," desis Mata Picak.
"Kurasa demikian. Agaknya mereka belum tahu letak
tempat kita ini. Apakah perlu kita segera bertindak...?"
tanya Kuping Sumplung.
Mata Picak manggut-manggut. Dengan tersenyum aneh
dia melangkah ke luar dari goa. Kuping Sumplung
mengikut di belakang. Tiba-tiba Elmaut Kuning Mata Picak
melesat ke balik sebuah batu besar. Dalam kejap itu pula
terdengar suara keluhan pendek. Di lain kejap dari balik
batu itu melesatlah sesosok tubuh berpakaian hitam,
laksana terbang ke udara dan kemudian jatuh di atas
sebuah batu besar dalam keadaan tulang belulang hancur
berantakan!
Belasan manusia berpakaian hitam-hitam yang ada di
lembah batu itu terkejut dan lari ke batu besar di mana
kawan mereka menggeletak mengerikan tanpa nyawa!
Semuanya terkejut dan berubah paras masing-masing. Dan
darah mereka tersirap sewaktu di lembah batu itu
mengumandang dua buah suara tertawa yang
menggidikkan! Ketika mereka palingkan kepala, semuanya
melihat dua orang berjubah kuning berewokan berdiri di
atas sebuah batu yang menjulang lima tombak tingginya!
"Sepasang Elmaut Kuning!" seru mereka hampir
serentak.
Elmaut Kuning Mata Picak dan Kuping Sumplung
tertawa lagi cekakakan. Tiba-tiba Mata Picak hentikan
tawanya dan bertanya membentak, "Siapa yang menjadi
pemimpin rombongan tikus-tikus busuk ini?!"
Seorang laki-laki berbadan tegap, berkumis melintang,
dada berbulu, melompat ke muka dan menuding keren.
"Kalian berdua turunlah untuk menerima kematian!"
Sepasang Elmaut Kuning saling pandang lalu untuk
kesekian kalinya tertawa lagi gelak-gelak.
"Apakah kau mimpi atau mengigau di siang bolong?!"
sentak Kuping Sumplung. "Ketuamu sudah mampus di
tangan kami!"
"Ketua Perguruan Seberang Kidul boleh lenyap. Tapi
Perguruan Seberang Kidul tak dapat dimusnahkan dari
muka bumi ini...!"
"Kalau begitu kami Sepasang Elmaut Kuning akan
menggusur Perguruan Seberang Kidul hari ini juga hingga
cuma tinggal nama!"
"Tak usah bermulut besar! Lekas turun!" teriak si kumis
melintang. Dia dan kawan-kawannya adalah anak-anak
murid Perguruan Seberang Kidul. Ketua mereka telah
menemui kematian di tangan Sepasang Elmaut Kuning
gara-gara terlibat dalam perebutan lukisan perempuan
telanjang!
"Tikus-tikus busuk! Ketahuilah kalian akan melepas
jiwa di sini!" teriak Mata Picak dan serentak dengan itu,
diikuti oleh kambratnya si Kuping Sumplung dia melompat
ke bawah.
Belasan laki-laki bersenjata golok besar dan berpakaian
seragam hitam segera mengurung dan dengan serempak
menyerbu Sepasang Elmaut Kuning! Maka terjadilah
pertempuran yang amat hebat di lembah berbatu-batu itu.
"Kalian mencari mati!" seru Mata Picak.
"Bangkai kalian akan membusuk di sini! Akan digerogoti
burung-burung pemakan mayat!" bentak Kuping Sumplung!
Lalu keduanya dengan berbarengan hantamkan tangan
kanan ke muka. Dua larik sinar kuning menderu. Puluhan
benda berwarna kuning yang berbentuk paku beterbangan
gencar ke arah anak-anak murid Perguruan Seberang Kidul
yang hendak menuntut balas kematian ketua mereka.
"Paku Emas Beracun!" pekik anak-anak murid Pergu–
ruan Seberang Kidul.
Yang berkepandaian tinggi putar golok mereka dengan
sebat menangkis. Yang lain-lain berserabutan menghindar.
Tapi serangan senjata rahasia paku emas beracun dari
kedua tokoh silat golongan hitam itu luar biasa sekali, tak
sanggup ditangkis, sukar dikelit! Dua kelompok anak-anak
murid Perguruan Seberang Kidul roboh bertumpukan.
Mereka berkelojotan sebentar lalu diam meregang jiwa!
Tubuh masing-masing penuh ditancapi paku-paku emas
beracun!
Dua belas orang yang masih hidup dengan kalap
membabi-buta menyerang Sepasang Elmaut Kuning. Dua
belas golok besar menderu bersirebut cepat! Laksana
hujan menerpa ke arah dua manusia yang diserang!
Sepasang Elmaut Kuning ganda tertawa. Keduanya
hantamkan tangan kembali ke muka. Dan terdengar lagi
pekikan-pekikan manusia yang dilanda serangan senjata
rahasia itu. Delapan orang menggeletak roboh! Delapan
jiwa melayang!
"Kawan-kawan larilah!" seru seorang dari empat anak
murid Perguruan Seberang Kidul yang masih hidup. Maka
serentak dengan itu keempatnya keluar dari kalangan
pertempuran dan melarikan diri.
"Mau lari ke mana?!" bentak Mata Picak. "Kalian musti
ikut sama-sama kawan kalian ke neraka!" Lalu menyusul
selarik sinar kuning menderu ke punggung keempat orang
yang lari menyelamatkan jiwa itu. Sinar kuning menyambar!
Keempatnya mencelat mental dan menjerit, lalu roboh
menyusul kawan-kawan mereka!
Seperti yang dikatakan oleh Elmaut Kuning Kuping
Sumplung tadi, maka kini Perguruan Seberang Kidul betul-
betul hanya tinggal nama saja lagi!
"Manusia-manusia tolol!" desis Mata Picak seraya
sapukan pandangannya pada mayat-mayat yang berteba–
ran di atas dan di antara batu-batu di lembah itu.
Kuping Sumplung sebaliknya bertanya, "Bagaimana?
Kurasa makin cepat kita berangkat ke tempat anak itu,
makin baik!"
"Anak mana maksudmu?" tanya Mata Picak.
"Calon muridnya si Pelukis Aneh!"
"Ah, rencanamu itu perlu dipikirkan masak-masak
dulu!" sahut Mata Picak seraya melangkah ke goa. Dengan
hati penasaran Kuping Sumplung melangkah di belakang–
nya.
Baru saja Mata Picak sampai di mulut goa tiba-tiba
meledaklah suaranya, "Celaka! Lukisan itu lenyap!"
Kedua orang itu melesat masuk ke dalam goa! Lukisan
perempuan telanjang yang sebelumnya terletak di atas
meja kini tak ada lagi di tempat itu!
"Bangsat kurang ajar! Siapa yang berani-beranian jadi
maling di sarangku?!" teriak Mata Picak lari ke luar goa dan
melompat ke atas sebuah batu yang tinggi. Sewaktu dia
sampai di atas batu dan memandang berkeliling, di jurusan
timur dilihatnya sesosok tubuh berlari cepat sekali. Dan
sosok tubuh itu memboyong sebuah benda empat persegi
yang bukan lain daripada lukisan perempuan telanjang
adanya!