webnovel

STONE GATE (1)

Intensitas energi dalam perjalanan ini seperti sebuah karyawisata panjang; 6 jam pertama semua orang masih energetic dan tak hentinya mengobrol, kembali ribut setelah istirahat dan tidur malam. Pada hari ke-3 semua orang mulai saling mengenal satu sama lain dan setiap grup terdapat pengelompokan antar teman yang jelas, hingga hari ke-6 setiap kelompok dalam grup sudah terbiasa dengan rutinitas dan lebih sering berkomunikasi dengan tindakan daripada menghabiskan waktu untuk bicara.

Seperti biasa, hal yang paling pertama Katrina lakukan setelah bangun tidur adalah melap dirinya dengan tisu basah. Kegiatan luar ruangan masih merupakan kegiatan yang paling dia benci, tak ada air, tak ada toilet, dan tak ada makanan pesan antar. Untuk jenis orang rumahan sepertinya, camping dan menjadi buronan di hutan kala itu adalah kejadian paling tidak menyenangkan dalam hidupnya, dan sekarang eksplorasi ini.

Dalam satu pekan terakhir ini mereka hanya mengikuti terowongan ini, jika bukan karena oksigen yang dilepaskan technical team dari atas mereka tak mungkin masih hidup setelah melalui jalan ini. Sepanjang jalan mereka memasang lampu sehingga tiap grup tak perlu menggunakan lampu helm atau senter mereka. Selain itu para akademisi yang dibawa Neo dengan mudah memeriksa ukiran yang terpatri di dinding.

Selain bertugas sebagai backup team, x team juga merupakan pengintai dan eksplorer awal. Berkat mereka technical team sudah memasang penerangan dan menyediakan perbekalan yang mungkin diperlukan disini. Sekali lagi Katrina terkesan dengan jumlah uang yang Rex berani keluarkan untuk ekspedisi ini.

"Ada apa?"

Katrina baru selesai berganti baju cukup jauh dari tempat mereka tidur malam sebelumnya, mendapati Neo dan beberapa anggota kru terlihat cemas.

"Aku tak bisa menghubungi ketua grup B dan C."

"Kamu yakin, Neo? Bukannya Beta bilang walkie talkie ini salah satu yang terbaik?"

Beta: "Bukan salah satu, Kak. Ini alat komunikasi paling mutakhir dalam alutsista kita saat ini. Alasan kita gak bisa menghubungi mereka jelas bukan karena alatnya, entah mereka gak mau atau gak bisa jawab."

Semua orang dalam ekspedisi ini mempertaruhkan sesuatu dan mereka tak mungkin memilih untuk tak menjawab. Bahkan kalau mereka menemukan harta karun lebih awal dari yang lain, mereka tak akan berhasil mengeluarkan jumlah harta karun yang signifikan tanpa bantuan tim diluar. Bahkan jika mereka berhasil, para pengawal Rex di atas tak akan membiarkan mereka pergi semudah itu.

Sial, Katrina terlalu banyak menonton film. Dia tak seharusnya mengambil kesimpulan semudah ini, tapi kekayaan adalah godaan yang besar.

"Gak perlu dipikirkan, maybe they lost it or something."

Neo: "Semuanya? Tak ada satupun yang merespon panggilan kami, Kak. padahal semua anggota punya walkie talkie."

"Kita akan tahu setelah bertemu di pintu makam.Berdasarkan perhitungan kalian kita akan bertemu grup B dan C dalam 2 hari kan? Lebih baik kita fokus pada hal di depan mata kita."

Mereka jelas khawatir tapi nada Katrina tidak bisa dibantah, bahkan jika mereka memang khawatir mereka juga tak bisa balik badan dan mencari tahu apa yang terjadi secara langsung. Lebih dari itu mereka tahu ada protokol keamanan yang diikuti setiap grup, ketika ada hal buruk terjadi mereka seharusnya sudah memanggil x team untuk membantu. Karena komunikasi mereka dengan base - tim di atas, tak mengalami kendala jadi mereka tahu tak ada informasi distress call dari grup lain.

Katrina dapat merasakan atmosfer hari ini sangat berbeda karena putusnya komunikasi dengan dua grup lain, tapi orang sepertinya cemas bukan untuk keselamatan mereka. Katrina adalah pengawas dari ekspedisi ini, dia bisa dalam masalah jika orang-orang itu sungguh mencuri harta karun mereka. Dengan perasaan cemas itu perjalanan mereka hanya berlangsung selama satu hari dan di hari ke-8 mereka tiba di depan gerbang batu yang megah.

Beringsut pada Neo Katrina menggenggam tangannya, tersenyum polos sementara detak jantungnya semakin cepat. Kemampuan mengenali orang adalah salah satu keterampilan yang Katrina asah begitu memutuskan untuk kembali ke dunia bawah tanah, kali ini gestur Katrina bukan untuk meraih hati Neo tapi berasal dari fakta bahwa dia tak menemukan para tentara bayaran di antara mereka. Orang-orang yang berdiri menyambut mereka memang bagian dari grup B dan C tetapi hanya ada limabelas orang disana.

Karena ada 90 orang yang menjadi penjelajah maka setiap grup memiliki 30 anggota, sekarang setiap grup sudah berkurang lebih dari setengahnya. Katrina juga tak mendapati navigator dari kedua grup ini, kalau sejauh ini dia masih tak paham ada yang salah maka Katrina bodoh.

"Dimana-"

Belum selesai Beta bertanya, orang-orang dibelakang mereka mengacungkan pistol pada mereka dan begitu juga Katrina dan Gamma yang memasang badan di depan Neo dan Beta.

Mereka kalah jumlah.

Dalam grup A selain mereka berempat hanya ada dua orang yang terlihat bingung dengan keadaan ini.

Menjumlahkan 15 orang tadi dan anggota yang termasuk di grup A maka musuh mereka ada 39 orang. Katrina belum pernah sekesal ini pada kemampuan mental matematikanya.

"Jadi anggota kru yang hilang itu gagal kamu ajak kudeta atau emang sengaja kamu bunuh, Ken?"

"Ha.. ha.. Ha.. Luar biasa, aku sudah tahu istri Rex pasti bukan wanita biasa," pria yang awalnya berdiri di belakang menampakkan diri. Di tangannya ada sebuah pistol dengan ukiran emas, menggunakan ujungnya untuk menggaruk pelipis, "Kamu bahkan bisa membuat anak didik Profesor Fikri bertekuk lutut, gimana kalau kamu ikut denganku dan kembali jadi Nyonya Jovan?"

"Kamu ngelawak? Aku ikut kesini demi cerai darinya, siapa yang mau berhubungan lagi dengan Jovan?"

"Sayang sekali, padahal kita bisa untung bersama."

"Hentikan omong kosong ini dan biarkan anak-anak istirahat, karena kamu kami begadang gak jelas."

Nada kesal dengan wajah serius itu membuat Ken kembali tertawa, "Kamu yakin gak mau-"

'DOR!'

Satu tembakan ke tanah dekat Ken dilepaskan dari revolver Katrina, "Berhenti bikin orang ngantuk emosi," lalu menyeret Neo ke salah satu sudut dan menjadikan pemuda itu bantal dengan rebahan di pundaknya.

Empat orang yang lain mengekor walaupun diikuti bidikan puluhan senjata

"Kalian juga tidurlah, kalau mereka mau kita mati pasti kita udah dibunuh sejak di terowongan. Kita butuh istirahat untuk apapun yang di depan kita."

Kendati sepenuh hati ingin mengikuti saran Katrina, tetapi lima anak muda itu tak bisa tidur sedikitpun karena terlalu tegang. Tak peduli betapa lelahnya mereka, badan mereka dalam kondisi siaga.

"Kak Beta, ini ada apa sih?" salah satu dari wanita di grup mereka berbisik, "Kita bukannya disini untuk bantu pacarnya Kak Neo? Kok jadi gini sih?"

"Iya, padahal kita udah bikin izin sakit sama dosen demi ikut ekspedisi ini. Kalau gini sih bisa-bisa aku izin berpulang ke pangkuan Tuhan."

Suara khawatir dari pemuda lain adalah hal terakhir yang Katrina dengar sebelum sepenuhnya disambut dunia mimpi.