webnovel

When That Day, I Felt Reborn

Malam itu, tepat saat malam tahun baru 2028, aku seharusnya sudah mati. Tapi aku malah terbangun pada tubuh seorang bocah laki-laki, sialnya lagi waktu kembali mundur pada tahun 2015. Bagaimana ini, apa yang sebenarnya terjadi?

Nisassyy17 · 現実
レビュー数が足りません
2 Chs

Bagian 1: When That Day

Aku berdiri di depan pintu dengan nomor kamar 265, setelah mengetuk pintu beberapa kali dan mendapat jawaban dari dalam sana, aku langsung merogoh sesuatu dari balik jaket.

Clek!

"Yo, akhirnya kau dat-"

Bersamaan dengan pintu yang terbuka, aku langsung menodongkan sebuah pisau tajam tepat dihadapannya. Dia sangat terkejut, begitu pun denganku. Kami terdiam cukup lama, namun tak lama ia tersenyum padaku dan menurunkan pisau yang ku arahkan pada wajahnya ke dada kirinya.Tubuhku gemetar, ku tarik kembali pisaunya namun dengan cepat ia menahannya.

"Kau ke sini karena disuruh membunuhku kan?"

Tak kuasa mendengarnya, aku melepaskan genggaman pisau sehingga pisau itu terjatuh, lututku lemas, aku berjongkok sambil meremas rambut. Tangisku pecah saat mengetahui bahwa aku harus membunuh sahabatku sendiri.

"Kalau kau tak bisa, biar aku saja."

Pisau yang terjatuh diambil olehnya, saat pintu ingin ditutup aku menahannya dan masuk begitu cepat. Ia menghindar saat aku ingin mengambil pisau tersebut. Hingga akhirnya tidak ada pilihan lain, selain berkelahi.

Aku berlari ke arahnya, menyelengkat kaki kirinya dan membuatnya terjatuh, aku berada di atas menahan kedua lengannya yang berusaha melawan.

"Ada apa dengan kau!" Teriakku dengan suara serak.

Dia terus berusaha melawan dan menendang pangkal pahaku begitu kencang, hal itu memudahkannya membalikan keadaan, sekarang akulah yang ditahan olehnya.

"Ada apa dengan kau!" Dia menatapku tajam, wajahnya penuh dengan amarah yang begitu penuh.

"Kenapa kau melakukannya?" Tanyaku dengan napas tercekat.

"Kenapa aku melakukannya? Kau tidak perlu tahu." Dia mengalihkan wajahnya ke arah lain.

"Aku perlu tahu, karena aku sahabatmu." Ujarku sekuat tenaga melawannya, sia-sia tenaganya jauh lebih kuat disaat seperti ini.

"Sahabat, cih, sahabat macam apa yang ingin membunuh sahabatnya sendiri?"

Aku pun terdiam mendengarnya, tak lama ia bergerak dengan cepat meraih pisau yang tak jauh, dengan begitu aku langsung meninju bagian bawah perutnya, ia meringis kesakitan, dan aku pun terlepas dari jeratannya.

"Dan sahabat macam apa yang tidak memberitahu kalau terlibat hutang 500 juta!" Aku mendekat kearahnya dan merebut pisau itu, ku buang jauh ke arah dapur.

"Dan sahabat macam apa yang tidak memberitahu kalau ia seorang pembunuh bayaran." Dia menarik kerah kemejaku, dengan kencang tubuhku dibenturkan ke dinding.

Karena hal itu, emosiku pun menjadi tersulut bagaikan api yang menyambar. Kami berkelahi, baik menggunakan tangan kosong sampai menggunakan barang-barang yang mudah dicapai.

Brangkkk!!

Suara pintu kaca arah balkon pecah saat aku mau menendang perutnya namun tidak kena, ia tertawa dengan mulut yang sudah penuh darah. Napasku sudah tak beraturan, dia begitu kuat.

Ketika aku ingin mendekat untuk meninju kepalanya, ia terlebih dahulu berlari dan mendorongku hingga tersudut di penyagga balkon. Napas kami tidak beraturan, wajah serta tangan pun penuh dengan noda darah. Kedua tangannya mencekik leherku, aku tidak bisa melawan, aku lemas.

"Rey, ka-u bu-kan saha-bat-ku." Ujarku terbata-bata karena tercekik.

Ia tersenyum,

"Thom, terima kasih."

Reyhan melepaskan tangannya dari leherku, tangannya dengan cepat meraih pecahan kaca lalu menggoresnya di lengan kirinya, tepat di nadi. Saat tangannya ingin menggores kembali, aku pun mendorong tubuhnya dan meraih pecahan tersebut, tanganku terluka, begitu halnya dengan tangannya.

Tapi Reyhan tidak mudah menyerah, dia memungut pecahan kaca lain, dengan sisa tenaga aku menginjak tangannya.

"Hentikan." Ujarku menatap wajah Reyhan yang penuh darah.

Matanya menatapku tak suka, ia melepas pecahan tersebut lalu berdiri di hadapanku.

"Mari selesaikan masalah ini secara baik-baik, aku akan membantumu." Usulku.

Reyhan terlihat frustasi, ia memukul-mukul kepalanya berkali-kali, aku pun berusaha menghentikannya, namun ia malah mendorongku dengan kencang ke arah balkon, pecahan kaca yang ku injak sangat licin, hingga akhirnya aku tergelincir dan terjatuh dari balkon.

Waktu seakan berjalan begitu lama, tubuhku melayang begitu jauh, suara kembang api menggelegar di langit, eh, kembang api?

Aku menatap balkon kamarnya, dia berdiri dibalik minimnya cahaya, aku tidak bisa melihat wajahnya. Sepertinya persahabatan kita penuh dengan kebohongan, andai kau mau bercerita, aku akan membantumu. Bukan hanya itu, aku ingin sekali tahu lebih banyak tentangmu.

Apa kau menyesal mempunyai sahabat sepertiku? Bila waktu bisa berputar kembali, sungguh aku ingin membantu Reyhan. Aku masih ingin hidup, aku ingin meminta maaf atas kejadian ini, aku ingin memeluk sahabatku yang telah hilang 5 tahun lamanya.

Duarrrr!!

Sebuah kembang api besar meledak di langit, waktu berjalan normal.

Brugh!!

Tubuhku terjatuh ke tanah, sekujur tubuhku mati rasa, mataku terpejam karna tak kuasa menahan rasa sakit. Aku baru ingat inikan malam tahun baru, 2028 ya?

Aku menghembuskan sisa napasku, rasanya sangat tenang sekali mati bertepatan dihari ulang tahun sendiri. Dan senang rasanya bisa bertemu kembali dengan sahabat lama. Aku bersyukur atas semua ini.