webnovel

Part 01 JAKARTA

AUTHOR POV

JAKARTA 28 AGUSTUS 2019

Hari sudah semakin malam, namun gadis itu tetap berada di taman. Dia sedang melamun, dia bahkan tidak sadar sudah berapa lama dia duduk di kursi taman tersebut. Orang-orang, sudah lalu lalang hendak menuju rumah mereka masing-masing. Anak-anak yang tadinya sangat banyak berkeliaran di sana bermain perosotan dan ayunan serta berlarian bersama anak anak lainnya sudah tidak terdengar lagi suara mereka yang berteriak dan tertawa bahagia. Taman itu kembali sunyi, hanya suara jangkrik yang hendak menyerbu malam yang terdengar.

Gadis itu Liv, dia berada disana sejak pagi tadi. Tidak ada yang dia lakukan selain hanya duduk melamun dan sesekali melirik anak anak yang sedang bermain.

Dia, kadang tersenyum dikala dia melihat seorang anak tertawa terbahak bahak saat melihat temannya terjungkal kebelakang akibat didorong terlalu kuat di atas ayunan, belum lagi seorang anak kecil perempuan menangis karena wajahnya mencium tanah akibat didorong kuat dari atas ayunan Astaga dasar anak anak- pikir Liv.

Para orangtua juga sibuk terlihat bahagia saat anak mereka tertawa, bahkan saat menangis pun mereka tertawa dikarekan lucunya si anak.

Bukan tanpa alasan Liv datang ke taman itu, pagi subuh tadi ibunya menelponnya menanyakan kabarnya, dan bagaimana keadaan dirinya saat dijakarta. Liv, sudah setahun berada di jakarta. Dia juga bingung entah apa yang dia pikirkan kala dia pergi dari rumahnya tanpa membawa uang cukup untuk hidupnya. Uang yang di bawanya hanya lima juta rupiah saja. Dan uang itu, terpakai untuk membeli pakaiannya dan kebutuhan lainnya selama disini. Pakaiannya sudah terlihat usang, sehingga dia membeli beberapa pasang pakaian untuknya.Sisanya dia berikan ke panti sosial tempatnya tinggal sekarang, bukan tanpa alasan dia memberinya. Di panti inilah pertama kalinya dia di beri tumpangan tidur oleh Bu Asri, wanita yang dia jumpai di bus yang sama saat mereka akan sama sama menuju jakarta. Saat itu Liv bingung akan mencari tempat tinggal dimana, dia bingung akan tidur dimana sementara hari sudah semakin gelap akan susah baginya mencari tempat untuk tidur walau hanya sehari. Bukannya tidak ingin menyewa hotel hanya untuk malam itu saja, namun dia berpikir bagaimana cara membayarnya sementara uang yang dia bawa saja hanya sedikit, dan kebetulan ibu Asri betanya dan menawarkan untuk tinggal di tempatnya saja malam ini. Liv begitu senang akan saran ibu Asri dan setelah sampai barulah dia tahu bahwa tempat yang di maksud oleh ibu Asri adalah panti sosial. Liv senang akan hal itu, dalam semalam saja dia sudah banyak teman yang mengajaknya mengobrol baik anak muda, dewasa, hingga yang tua sekalipun. Meski Liv adalah anak yang sangat pendiam dan pemalu entah bagaimana di tempat ini Liv terlihat berbeda, dia jadi lebih banyak berekspresi.

Saat teleponnya masih tersambung mereka hanya diam beberapa saat, meski ibunya menelponnya bukan berarti ibunya akan berkata hangat, sikapnya akan tetap sama dinginnya dengan adanya Liv didepan mata atau tidak. Mereka terlalu kaku dalam berbicara, tidak ada kata rindu yang keluar dari bibir ibunya padahal Liv sangat ingin mendengarnya walau hanya sekali saja. sudahlah batin Liv.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, sudah waktunya keluarga panti berkumpul untuk menceritakan pengalaman mereka masing-masing selama seharian ini. Namun, ketidakberadaan Liv yang biasanya menyuguhkan minuman diantara mereka membuat mereka khawatir akan kemana perginya gadis tersebut. Tahu akan ke khawatiran mereka, bu Asri pergi mencarinya. Dia tahu kemana perginya gadis itu seperti biasa Liv memang akan berada di taman dan melamun, seakan akan melamun adalah hobbi Liv.

Setelah berkeliling Bu Asri akhirnya menemukan Liv persis seperti yang dia temukan beberapa hari yang lalu. Bu Asri menepuk bahunya sehingga Liv begitu terkejut dan langsung menoleh ke belakang dan dia baru sadar bahwa hari sudah gelap.

AUTHOR POV END

***

LIV POV

Pagi ini ibu menelpon ku, tidak banyak kata yang dia ucapkan hanya menanyakan kabar dan bagaimana kondisi di jakarta. Setelah nya kami akan terdiam beberapa saat, aku menantinya mengatakan bahwa ibu merindukan ku akan tetapi itu adalah hanya harapan semata yang mungkin tidak bisa terwujud. Entah apa salah ku, kadang aku heran dan semakin sering aku bertanya maka ibu akan semakin murka saat melihatku. Wajahnya yang memerah membuat ku takut menatap ibu, aku trauma ditampar oleh ibu. Ditampar oleh orang yang kita sayangi itu sungguh menyakitkan kita apalagi saat seseorang itu berteriak bahkan membentak tepat di wajah kita itu sungguh membuat hati ngilu. Namun apa boleh buat? itu mungkin sudah takdirku, tidak disukai oleh ibuku sendiri dan berada jauh dengan adik adikku serta keberadaan ayahku tidak ku ketahui sama sekali di mana ayah tinggal hingga saat ini. Aku selalu mencari kabar tentang ayah, aku ingin melihat wajahnya meski hanya melalui sosial media. Namun lagi lagi aku tidak ditakdirkan untuk melihatnya.

Terkadang aku heran apakah dunia sebercanda itu terhadapku? mengapa semua menjauh seakan akan aku adalah manusia yang tidak perlu dipikirkan perasaannya, seakan akan aku adalah manusia yang jika lahir ya sudah lahir saja tidak perlu didikan.

Arrgggghhh.... Sungguh Menyebalkan geramku dalam hati.

Akukan juga manusia, aku ingin tahu bagaimana rasanya di peluk ayah ibu saat bahagia dan menangis, ingin tahu rasanya bagaimana cara memasak dari ibu, bagaimana rasanya belajar berhitung bersama ayah, dan bagaimana rasanya melihat ibu kesal saat aku dan adikku mengerjainya . Itu semua sepertinya hanya mimpi, hingga sekarang aku tidak pernah bertemu ayahku lagi aku tidak tahu bagaimana keadaannya saat ini. Bahkan hingga terlintas di otakku untuk tidak ingin menemuinya lagi sampa kapanpun.

Semua masalah yang terjadi dalam hidupku berlomba lomba keluar untuk di nostalgia kan.

hingga aku merasakan seseorang menepuk bahu ku dan itu membuatku sangat terkejut. Dan aku baru sadar ternyata sudah malam. Astaga sudah berapa lama aku duduk di kursi ini, pantas saja pantat ku sudah panas dan terasa keram. Aku menoleh ternyata yang menepuk bahuku adalah ibu asri.

" Bu, ada apa ibu disini?". tanya ku padahal aku tahu dia sedang mencariku karena aku belum pulang.

Bukannya menjawab ibu asri memukul kepala ku dengan jari telunjuk nya bukannya sakit bahkan tidak ada tenaganya tetapi membuatku tertawa. Ibu asri usianya sudah 55 tahun, dia salah satu warga di panti keluarganya sudah tidak ada. Tahun lalu aku berjumpa dengannya saat dia baru pulang dari kampungnya di cirebon untuk ber ziarah. Ibu asri wanita yang sangat baik, sungguh mengenaskan keluarga nya meninggal dalam kecelakaan. Anak dan suami sudah meninggal, itu sebabnya dia sangat menyayangi ku. Bu asri akan sangat kesal padaku jika aku melamun seperti tadi , bu asri akan mencubit kulit punggung tanganku hingga memerah.

"Auuuuhhh... ibu ini sungguh sakit, ibu selalu mencubitku di sini". ujarku sambil menggosok gosok punggung tanganku meski sudah malam lampu taman tetap terang jadi aku dapat melihatnya. Dan baru saja aku mengatakannya sudah terjadi saja.

"Kau ini bagaimana sih Liv, ibu sudah bilang berkali kali untuk tidak melamun apalagi ini berada di taman. Bagaimana jika ada yang menculikmu dan membawa mu pergi? Bagaimana dengan nasib ibu mu ini nak? ". omel dan keluh ibu asri padaku

"Jangan terlalu dipikirkan ibu, hingga sekarang kan aku baik baik saja?. Tidak terjadi apa apa padaku jangan terlalu banyak berpikir nanti ibu semakin tua". ucapku sebagai candaan agar bu asri tidak terlalu memikirkan nya. Aku sendiri heran bu asri begitu menyayangi ku bagaimana dengan ibuku? Ahh sudahlah tidak baik membedakan orang tua dengan orang lain.

"Kau ini, bagaimana ibu tidak memikirkanmu? kau selalu saja melamun, seakan akan kau akan sakit jika tidak melamun bahkan sehari saja. Aku ini ibu mu jika kau ada masalah maka berbicaralah pada ibu, agar ibu dapat membantumu. Jangan hanya diam dan melamun, jika kau keberatan berbagi dengan ibu maka berbagilah dengan orang yang kau percayai di panti. Mereka pasti akan mendengarkan, jangan seperti ini nak. Warga panti sudah mencari mu, mereka bingung kau kemana karena biasanya kau yang membuatkan teh untuk mereka semua. Ayo pulang, dan satu lagi jangan pernah mengatakan pada ibu kalau ibu mu ini sudah tua. Ibu masih muda sayang, ibu masih cantik... Hahaha". Kata ibu panjang lebar diakhiri dengan balasan kalimat bercanda ku tadi. Aku hanya diam karena apa yang dikatakan ibu memang benar, aku sebaiknya bercerita padanya .

"Baiklah ibuku sayang, mulai besok aku akan ikut bercerita dengan yang lainnya". ucap ku akhirnya tidak ingin memperpanjang karena hari semakin gelap.

"Ya sudah ayo kita pulang sekarang disini sangat dingin".ucap ibu

Padahal kan ibu memakai jaket tebal, apa nya yang dingin? Ahhh...ibuku sayang

Lalu kami akhirnya pulang hanya 10 menit dari taman dengan berjalan kaki.

LIV POV END

----------------------

Liv dan Bu Asri

MAAF JIKA ADA TYPO 🤗

Thanks 🤙🏻