Beberapa menit kemudian, sosok itu memperlihatkan bentuk fisiknya. Badannya berwarna hitam dengan bulu yang cukup lebat. Matanya merah dengan gigi taring tajam yang terus mengeluarkan air liur. Kepalanya perlahan beputar 360 derajat layaknya kamera pengawas.
Astaga! Ini pasti hanya khayalanku saja.
Anastasia menepuk kepalanya berulang kali dan terus menggelengkan kepala. Mahluk itu terlihat sangat asing dan tidak mungkin berada di dunia nyata. Namun, beberapa kali dia menepuk kepalanya, hasilnya masih tetap sama dan sosok itu memang nyata. Mahluk itu terlihat berputar-putar dan seketika menghilang.
Monster itu ke mana?
Anastasia terus menengok dari balik celah-celah dos. Denyut jantungnya terus berdetak dengan kencang. Dia tidak melihat keberadaan mahluk itu. Tiba-tiba seseorang membungkam mulut Anastasia dari belakang. Bola mata Anastasia membesar.
Sial! Jangan-jangan ….
Anastasia perlahan memutar kepalanya dan ternyata sosok itu adalah seorang anak yang terlihat seumuran dengan Jaqline. Sebuah bekas luka seperti cakaran terlihat membekas di wajahnya. Anastasia lalu menanyakan apa yang kamu lakukan seorang diri di sini. Anak kecil itu berkata bahwa dia diserang dengan mahluk yang sama dilihat Anastasia ketika berjalan pulang bersama temannya.
"Kamu Dorothy, yah?" ucap Anastasia penasaran. Semua ucapan anak itu terdengar mirip dengan perkataan Jaqline.
"Iya, Kak. Namaku Dorothy." Anak kecil berambut hitam itu membalas ucapan Anastasia dengan anggukan kecil. "Dari mana, Kakak mengetahui namaku?"
Anastasia menjelaskan bahwa temannya yang menyuruh dia untuk menolong Dorothy. Dorothy yang mendengar itu hanya bisa menggerakkan kepalanya naik turun dan tampaknya mengerti semua ucapan Anastasia.
"Bagaimana keadaan Jaqline?" tanya Dorothy penasaran.
"Tenanglah, dia baik-baik saja. Madam Nigera telah merawatnya." Anastasia menepuk pundak anak itu. "Kita harus ke luar dari kejaran mahluk aneh ini."
Anastasia kembali melihat dari balik celah kotak kayu itu. Akan tetapi, dia langsung dikejutkan dengan sebuah mata merah yang tampaknya telah mengamatinya dari tadi.
Astaga!
Anastasia mundur ke belakang dan menarik tangan Dorothy. Sosok itu melompat ke atas dos dan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sepenuh utuh. Ukurannya tergolong besar untuk ukuran normal manusia. Tangan dan kakinya tidak terlihat dan hanya terlihat beberapa tentakel yang tampaknya digunakan untuk menyokong tubuhnya. Tentakelnya terlihat memiliki kuku cakar yang terlihat sangat tajam. Mahluk itu mengeluarkan suara yang cukup mengerikan.
Kak, kita harus kabur dari sini!
Mereka berdua mempercepat langkahnya. Keringat dingin mengalir tiada henti diikuti dengan detak jantung yang terus berdegup kencang. Napas mereka juga mulai terengah-engah. Sosok itu masih terus saja mengikuti mereka dengan kecepatan yang terlihat mirip seperti predator.
Sial! Mahluk ini sangat cepat!
Anastasia berusaha mencari cara agar dapat memperlebar jarak antara mereka dengan mahluk mengerikan itu. Matanya tiba-tiba terfokus kepada tumpukan kayu cokelat yang terlihat berjumlah cukup banyak beberapa meter di depannya. Tangannya dengan cepat merobohkan susunan kotak itu hingga kotak-kotak itu berhasil menutup jalan.
"Kak, apakah sekarang sudah aman?" tanya Dorothy sambil menarik napas yang dalam. "Aku sudah mulai kelelahan," ucapnya sambil menyeka keringat miliknya.
"Aku juga tidak bisa memastikannya, Dorothy." Anastasia duduk sejenak di atas lantai. Dia bisa merasakan ototnya kaki miliknya yang mulai kelelahan. "Aku merasa kita bisa beristirahat sejenak."
"Iya Kak, itu ide yang bagus." Dorothy langsung menyadarkan badannya di tembok dan perlahan menjatuhkan badannya ke lantai.
Dorothy lalu bercerita bahwa dia dan Jaqline disuru mengantarkan barang milik madam Theresa ke rumah temannya. Jaqline mengatakan bahwa ada jalan pintas yang lebih dekat agar bisa kembali lebih awal. Awalnya semuanya aman-aman saja, tetapi sosok mengerikan itu menyerang mereka dan membuat Dorothy dan Jaqline mengalami luka. Dorothy berusaha memancing mahluk itu menjauh dari Jaqline sehingga dia bisa kabur dari tempat itu.
"Dorothy, aku merasa kamu memang anak yang sangat pemberani." Anastasia mengelus kelapa Dorothy. "Kamu betul-betul peduli dengan temanmu."
Dorothy hanya terdiam mendengar ucapan Anastasia. "Kak, jadi apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?" tanya Dorothy berusaha mengubah topik pembicaraan.
"Aku juga belum menemukan ide," ucapnya sambil menghela napas. "Namun, kita tidak bisa terus berlama-lama di sini."
"Iya Kak," ucapnya sambil mengangguk.
Suara mahluk itu tiba-tiba menghilang. Anastasia mencoba untuk mendekati tumpukan kotak itu. Sosok mengerikan itu tidak terlihat sama sekali.
"Gimana, Kak?" tanya Dorothy penasaran.
"Aku merasa saatnya kita kabur dari sini." Anastasia melompati tumpukan kotak kayu yang berserakan dan mengulurkan tangannya. "Dorothy, ayo kita harus cepat."
Mereka berdua perlahan berjalan dan tidak ingin membuat keributan. Dorothy terus memegang erat tangan Anastasia. Pandangan Anastasia hanya terus menghadap ke depan dan melihat sekeliling. DIa ingin memastikan bahwa sosok itu tidak mengikutinya kali ini.
Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya berhasil ke luar dari tempat itu dan akhirnya sampai di depan pintu panti. Anastasia perlahan membuka pintu dan membiarkan Dorothy masuk terlebih dahulu.
"Kak, aku merasa kita sudah aman sekarang." Dorothy menghela napas karena kejadian mengerikan ini telah usai.
"Iya Dorothy, aku merasa …."
Tiba-tiba Anastasia merasakan ada sesuatu yang melilit di kakinya. Pandangannya perlahan mengarah ke kakinya dan ternyata itu adalah tentakel milik monster itu berhasil melekat di kakinya. Tentakel itu langsung menarik Anastasia menjauh dari pintu panti.
"Kak!"
Dorothy berusaha meraih tangan Anastasia, tetapi jarak mereka cukup jauh hingga membuatnya tidak berhasil menyentuh ujung jemarinya. Badan Anastasia langsung menghantam permukaan tanah. Kesadarannya mulai menurun. Dia berusaha untuk mencari sesuatu yang berada di sekelilingnya, tetapi tarikannya terlalu kuat hingga dia tidak memiliki kesempatan untuk meraih sesuatu.
"Argh!"
Badan Anastasia terus menghantam permukaan tanah yang tidak rata. Dia sama sekali tidak bisa bergerak sedikit pun. Tiba-tiba matanya melihat sebilah kaca yang tergeletak di dekatnya. Dia dengan cepat berusaha meraih pecahan kaca itu. Untungnya dia berhasil mengambil pecahan kaca itu.
Dia lalu memutar badannya dan langsung menancapkan pecahan kaca itu pada tentakel. Beberapa detik kemudian, terdengar teriakan. Tentakel hitam yang menjerat kaki Anastasia langsung terlepas. Anastasia berdiri dan langsung berlari tanpa menengok ke belakang sedikit pun.
Dia mempercepat langkahnya hingga akhirnya sampai di depan pintu panti dan segera menutup pintu itu rapat-rapat. Anastasia menghela napas yang panjang. Dia menyeka keringatnya dan bersandar di badan pintu.
Astaga, untunglah aku masih selamat!
Beberapa meter di depannya terlihat Dorothy yang terlihat hanya menangis. Dia berusaha mengatur napasnya terlebih dahulu, kemudian berjalan mendekati Dorothy.
"Dorothy, tenanglah aku sudah aman." Anastasia kembali mengelus rambut hitam Dorothy.
"Astaga, Kak. Aku mengira akan kehilangan dirimu." Dorothy dengan cepat memeluk Anastasia dengan erat. "Mahluk itu membuatku ketakutan," ucapnya yang terus diikuti dengan air mata yang terus mengalir mengikuti kontur wajahnya.
"Dorothy, tenanglah. Kita sekarang sudah aman sekarang."
Beberapa lama kemudian terdengar langkah kaki seseorang menuruni tangga. Sosok itu memperlihatkan wajahnya yang ternyata adalah Madam Nigera. Dia yang melihat Dorothy dan Anastasia langsung berlari dan memeluk mereka.
"Astaga! Apa yang terjadi kepada kalian." Madam Nigera memeriksa kedua wajah mereka. "Aku akan memberikan obat merah kepada luka kalian."
"Baik, Madam." Ucap Anastasia mengangguk perlahan.
Namun, ketika Anastasia berusaha berdiri dia kembali terjatuh. Rasa sakit akibat hantaman permukaan tanah membuatnya kesulitan untuk berlari apalagi berjalan. Madam Nigera lalu membantu Anastasia berjalan menuju ke ruangannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi dengan kalian?" tanya madam Nigera sambil mengambil kotak obat merah miliknya.
"Kami diserang oleh mahluk berukuran besar," ucap Anastasia sambil menahan rasa sakit miliknya.
"Monster itu berbulu lebat, hitam dan memiliki tentakel yang mengerikan," ucap Dorothy memperjelas semunya. "Tingginya juga cukup tinggi untuk ukuran manusia. Madam."
"Anak-anak, aku sedang tidak ingin bermain," ucap Madam Nigera lalu membuka kotak obat merah miliknya dan mulai menuangkan cairan obat merah di kapas. "Kalian tidak sedang bercanda bukan?" tanyanya sambil meletakkan kapas itu di bibir Dorothy dan wajah Anastasia.
"Madam, kami tidak bercanda. Aku sendiri melihatnya dengan mata kepalaku."
"Aku juga sendiri melihatnya," ucap Dorothy berusaha meyakinkan madam Nigera.
Madam Nigera hanya mengangguk mendengar omongan mereka. Dia lalu menggulung celana Anastasia untuk memeriksa lukanya. Namun, raut wajahnya kemudian menunjukkan ekspresi yang aneh. Dia seperti melihat sesuatu yang mengerikan. Bola matanya membesar dan tangannya gemetar sesaat.
"Madam, ada apa?" tanya Anastasia mengerutkan alisnya.
***