webnovel

Malam Pertama Setelah Talak

"Bajingan kau, Mas!"

"Kau anggap apa aku ini? Lontemu! Hah, jawab!"

"Bahkan seorang pelacur pun kau bayar! Biadap kau!"

Seorang wanita berambut panjang melempar gelas kaca ke arah lelaki yang dia panggil dengan sebutan Mas itu, beruntung lelaki itu dengan cepat mengelak. Atau tidak sudah bisa dipastikan akan kemana berakhirnya nasib wanita yang kini tegah menarik kasar rambut panjangnya itu.

"Lelaki biadab kau, Mas!" bentaknya lagi.

Selama hampir lima tahun lebih menikah tidak pernah sekalipun Airin melontarkan kata-kata kasar. Tapi tidak untuk kali ini, kesabarannya seperti sudah habis.

Airin mengusap kasar wajahnya, menyapu air mata yang tidak henti-hentinya keluar dari pelupuk matanya.

Wanita bermata besar itu menatap lelaki yang tidak merasa berdosa itu dengan pandangan jijik. Kini, dia menyesali mengapa takdir mempertemukan dia dengan seorang lelaki yang tidak punya hati.

Airin kembali mencerca lelaki itu dengan makian yang terus saja keluar dari mulutnya. Wanita yang berparas timur tegah itu merasa jijik dengan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin hubungan suami istri yang harusnya bernilai ibadah menjadi penuh dosa dan dilaknat oleh Allah.

"Lalu bagaimana bila aku hamil?! Hah!" bentaknya lagi histeris.

"Kita tunda perceraian hingga bulan depan," ujarnya tak berdosa.

Belum juga selesai Dimas berbicara kembali vas bunga terbang ke udara, hingga terhempas ke lantai.

"Memang lelaki bajingan! Seperti ini ternyata kau memperlakukan istri-istrimu!" Kali ini Airin histeris tanpa air mata. Matanya jalang menatap ke arah suaminya yang beberapa minggu yang lalu baru saja menalak dirinya.

***

Malam itu setelah hujan sepanjang hari mengguyur pedesaan indah di salah satu kota indah di Indonesia. Seorang lelaki mengendap-endap masuk dari pintu belakang rumah yang hanya berpenghuni seorang wanita dan seorang anak perempuan berusia 3tahun. Dengan langkah pasti, dia begitu hafal setiap seluk beluk rumah sederhana itu.

Ditangan ada satu buah timun serta sehelai linda buaya.

Dimas membuka pintu belakang dengan kunci yang selalu dia bawa ke mana-mana. Lalu, menyusuri ruang tamu yang lampunya sengaja dimatikan. Lalu membuka pintu kamar, di sana terlihat seorang wanita berambut panjang tegah tertidur pulas. Di sampingnya terdapat seorang anak perempuan dari hasil pernikahan mereka tiga tahun yang lalu.

"Dek," panggilnya lirih pada telinga Airin.

"Mas." Airin terkejut. Lantas dia terduduk di pembaringannya.

"Dek, mas kangen," desahnya pada wanita tegah menatap ragu.

"Kita nikmati malam ini dengan bercumbu, ya, sayang," ucapnya kembali dengan lirih di telinga wanita yang beberapa minggu lalu menerima talak darinya.

"Bukankah, Adik merindukan sentuhan mesra dari suamimu ini?"

Dimas terus saja berusaha membuat Airin melayang dengan kata-kata manisnya, hingga Airin melupakan kemelut rumah tangga yang beberapa hari lalu mengguncang batinnya.

Dimas langsung membelai lembut rambut Airin. Membuatnya terbuai dengan setiap sentuhan-sentuhan dari Dimas, lelaki berbadan atletis itu mengusap telinga Airin dengan satu tangan kembali membelai wajah polos Airin. Dimas amat paham bagian mana saja yang membuat wanita yang hampir menjadi janda ini horny, terangsang dengan sangat mudah.

Setelah dirasa wanitanya itu terperdaya dengan sentuhan darinya. Dimas melanjutkan aksinya dengan membelai pada bagian paha Airin, menyentuhnya dengan gerakan lembut, hingga membuat wanita itu mendesah pelan.

"Mas," desah Airin ragu.

"Adik kangen, mas?" tanya Dimas membuat Airin melupakan apa yang terjadi diantara mereka.

Airin hanya diam, dan menjawab pertanyaan suaminya dengan desahan pelan. jawabnya terdengar mengairahkan di telinga Dimas, hingga membuat bulu kudu Dimas meremang.

Mendengar desahan Airin semakin liar, Dimas langsung melacuti semua pakaian yang ada di tubuh istrinya itu. Lalu mulai menikmati luapan emosi yang bercampur dengan nafsu.

Tanpa mereka sadari bahwa hubungan mereka malam itu awal dari segala prahara yang akan menambah konflik baru pada rumah tangga mereka yang sudah berada diujung tanduk.

Sepasang suami istri itu bercampur pelu, menghangatkan ranjang yang sempat dingin satu bulan terakhir karena proses talak yang sudah diucapkan Dimas, suami Airin.

Airin menggeliat tidak karuan, bagian kemaluannya mulai terasa dingin karena sesuatu yang baru saja di oleskan oleh Dimas, dingin dan berlendir.

Setelah dirasa puas Dima mengoleskan kemaluan Airin dengan lidah buaya yang dia bawa tadi. Lalu Dimas mengambil sesuatu dari balik saku celananya, melihat Airin masih menikmati sentuhan darinya, dengan berhati-hati dia memasukkan buah yang juga termasuk ke dalam sayur-sayuran itu ke dalam kemaluannya Airin.

Airin tersadar. Merasa ada sesuatu yang masuk ke dalam kemaluannya sementara dia melihat Dimas tegah berjongkok di depan kemaluannya. Memainkan alat vitalnya itu dengan sesuatu yang tidak dia ketahui.

Dengan rasa penasaran Airin menarik lengan Dimas, dan menguarkan apa yang masih tertancap di dalam sana.

'Timun.' Airin membatin. Lalu, Airin membuang timun itu ke samping ranjang mereka. Menyadari Airin tidak menyukai hal itu, membuat Dimas mengambil inisiatif lain.

Lelaki itu melucuti semua pakaiannya, lalu memulai aksinya kembali.

"Mas, sakit jangan, Mas. Aku nggak mau," ucap Airin sambil menahan tangis sebab dia tak ingin sang putri yang tertidur di sampingnya jadi terbangun.

Akan tetapi, bukannya mengalah dan menjauh, Dimas justru mendekap sang istri. Menjilati seluruh wajah Airin dan mengecup lembut kening serta bibirnya. Bahkan air mata yang mengalir di kedua pipi tak luput dari jilatan Dimas. Sebagai seorang wanita normal, Airin pasti merasa terangsang juga. Apalagi Dimas memang sangat pandai menyentuh semua titik sensitif dari Airin.

"Mas, jangan, Mas ... ah," ucap Airin mendesah perlahan.

Airin tak dapat mengelak lagi, entah dalam hitungan beberapa menit lamanya Dimas berhasil membawa Airin ke awang-awang. Lelaki tersebut sudah berhasil melucuti semua pakaiannya dan juga pakaian Airin.

"Mas, jangan gini ... nanti anak kita bangun," lanjut Airin masih mencoba menahan gairahnya.

"Coba ini Sayang, kamu pasti akan ketagihan," kata Dimas sambil menyeringai.

"A-apa itu?" tanya Airin ketakutan.

"Hanya timun," jawab Dimas sambil memeluk dan kembali menjilati seluruh bagian tubuh Airin.

"Mas, aku tidak mau," minta Airin dengan suara bergetar.

Namun, Dimas seakan-akan mengabaikan permohonan istrinya itu.

Ketika Airin lengah, lagi-lagi Dimas langsung menyeruak dan juga menembus lubang kenikmatan milik Airin dengan buah timun yang dia bawa tadi. Airin menggelinjang, meskipun terasa nikmat, tetapi tetap saja hal yang dilakukan oleh Dimas membuatnya menangis.

"Mas, sakiit," ucap Airin lagi.

"Ini belum seberapa, Sayang. Aku mau nyobain yang belakang, yang belakang masih perawan, kan," sahut Dimas.

Dalam bayangan Dimas, fantasi gilanya akan sangat sempurna jika dia bisa memasuki dua lubang dalam tubuh Airin secara bersamaan. Satu menggunakan timun, dan yang satunya menggunakan rudal perkasa miliknya. Dia membuat Airin kembali tersiksa. Namun, fantasi itu mendapat penolakan halus dari Airin. Dimas menarik dan mengecup liang kewanitaannya. Airin menahan semua rasa sakit. Dia tahu harga dirinya sedang dicabik-cabik. Tapi sekali lagi, dia berpikir mungkin malam ini mereka akan melakukan ikrar cinta kembali.

"Massh," ucap Airin ketika Dimas mulai menyapu bersih area sensitifnya.

"Enak, kan?"

"Ampun, Mas."

"Kita lanjut lagi, ya," kata Dimas sambil mengangkat bokong Airin dan mulai menyapu bersih bagian anus Airin.

"Tolong jangan di situ, Mas. Jangan, kamu jahat, Mas!" teriak Airin tertahan.

Airin tak dapat mengelak, karena kedua tangannya ditelikung di atas kepalanya dengan satu tangan milik Dimas. Satu tangan Dimas yang lain mencoba untuk masuk dan menerobos ke dalam lobang pembuangan milik Airin.

"Mas, sakit! Mas!"

"Uh, sempit Airin, sempit!" teriak Dimas tak keruan setelah sebagian rudalnya bisa masuk ke dalam lobang pengeluaran kotoran milik Airin.

Airin tak tahan lagi, dia langsung melakukan perlawanan yang akhirnya membuat Dimas kewalahan.

"Baik, aku akan main di depan saja," kata Dimas mengalah.

Airin akhirnya pasrah saat Dimas mengganti lobang yang akan dimasuki rudalnya. Setelah beberapa menit menggenjot Airin, Dimas akhirnya mengeluarkan lava panasnya. Sungguh dia merasa puas, tanpa banyak bicara akhirnya Dimas meninggalkan Airin sendiri di ranjang.