webnovel

Kejutan 3

Pernah saat mereka hanya berdua, Marra bertanya apa dia punya salah sehingga Bella berubah membencinya, tapi Bella hanya menjawab jika dia memang dari awal selalu membenci Marra dan sejak saat itu Marra pun tidak lagi repot dengan urusan Bella walau dalam hatinya dia sangat sedih.

Dalam waktu seminggu ini Marra telah berada di awang-awang, dia sangat gembira hingga tanpa sadar saat berjalan dia akan sedikit melompat-lompat. Jika ingin menuju keruangan khusus para pemain basket sekolah Marra harus melewati lapangan tengah sekolah yang sangat luas, karena selain lapangan olah raga tempat itu juga dipakai untuk upacara bendera. Jadi Marra memutuskan untuk lewat lorong belakang yang bisa tembus langsung keruangan anak basket, tapi lorong itu sangat sepi yang kadang digunakan nongkrong sama anak-anak nakal. Tiba-tiba dia berhenti berjalan saat ada yang menyebut namanya, Marra kenal anak itu, dia Adil salah satu geng Abi. Dan disana juga ada suara Abi tapi Marra tidak melihatnya, jadi dia memutuskan untuk sementara mendengarkan dulu sebelum memutuskan mau menyela atau besok saja pas Abi menjemputnya. Abi biasa menjemputnya dirumah mbok Darmi, salah satu orang yang bekerja dengan orang tuanya.

"Bray bagaimana bisa lu tahan deket-deket sama tu cupu?" Adil

"Kayak lu gak tau Abi aja dil, demi taruhan apa yang gak sanggup dia lakuin?" Aska salah satu geng Abi juga. Tubuh Marra bergetar ternyata sikap Abi selama ini hanya untuk mempermainkannya, semua hanya sebuah sandiwara belaka, permainan yang dirancang dengan sangat lihai sehingga dia pun tertipu, keterlaluan dia. Marra memutuskan untuk pergi saja dari tempat itu, tapi sebelum dia memutar tubuhnya dia mendengar hal yang lebih menyakitkan lagi.

"Tapi lu belum bisa dapet tuh duit bray, kan lu belum bisa jebol sicupu" kali ini hanya suara tawa membahana yang bisa Marra dengar dari mereka, sebelum ketahuan dan mendengar hal yang lebih menyakitkan Marra memilih untuk pergi saja.

Marra duduk termenung dihalte depan sekolah, saat ini sekitar sekolah sudah sepi hanya ada beberapa siswa yang mengikuti eskul saja yang keluar dari sekolah, saat bus yang dia tunggu datang, diapun berdiri dari duduknya, tapi sebelum salah satu kakinya berhasil naik ke dalam bus, ada motor yang melaju kencang ditrotoar dan suara sirene mobil polisi terlihat mengejar dibelakangnya. Marra tidak menyadari keadaan disekelilingnya karena diotaknya saat ini hanya Abi dan Abi saja. Motor itu menyerempet tubuh Marra dan tali tas punggungnya nyangkut disetir motor tersebut sehingga tubuh Marra ikut terseret saat motor kehilangan keseimbangan, kepala Marra mengeluarkan banyak darah saat terbentur pinggiran trotoar dan bergesekan dengan aspal jalan saat terseret motor. Marra sudah kehilangan kesadarannya saat kepalanya terbentur trotoar jadi dia tidak merasakan sakit saat terseret.

Kondisi Marra kritis saat ini hanya Mamanya yang mendampingi sedang papinya saat ini bersama dengan keluarganya yang lain dan tidak bisa dihubungi. Papinya Marra menikah lagi dengan alasan karena mamanya Marra sudah tidak bisa punya anak setelah melahirkan Marra. Sedangkan dia butuh anak laki-laki untuk melanjutkan usahanya, dengan istri kedua dia mempunyai dua anak yang pertama perempuan dan yang kedua laki-laki. Dalam keluarga besar papinya Marra, maminya tidak pernah dianggap sama sekali karena asal usulnya yang tidak diketahui, maminya Marra adalah salah satu penghuni panti yang didanai oleh keluarga papinya Marra,disanalah mereka pertama bertemu dan papinya marra langsung jatuh cinta. Karena alasan cinta papinya marra berkeras untuk menikahi maminya Marra, tapi tidak sampai dua tahun pernikahan mereka, Mario papinya marra menikah lagi karena alasan keturunan. (Seperti itukah semua laki-laki? semoga saja tidak ya).

Selama dua hari penuh marra koma dan hanya ada maminya yang selalu berada disampingnya, selama dua hari juga tidak pernah terlihat satupun keluarga yang menjenguknya. Saat mami marra melihat pergerakan jari mara, maminya langsung memanggil perawat untuk mengecek keadaan marra, mami marra memanjatkan syukur kepada Tuhan karena telah melindungi anaknya.

***

Tifa perlahan membuka matanya tapi dia merasa ada yang aneh, dia tau dia ada dirumah sakit karena beberapa menit sebelumnya ada dua perawat dan seorang dokter memeriksa kondisinya, Selama beberapa menit ini banyak gambar berkelebat dibenaknya seperti sebuah film. Disana dia melihat perjalanan hidup seorang gadis mulai saat dia bisa mengingat hingga kejadian dua hari sebelumnya, dia masih mencerna semua yang sedang terjadi, otaknya belum pulih sepenuhnya, apa yang terjadi sebenarnya kenapa seorang wanita menangis disampingnya dan selalu memanggilnya putriku. Dari film pendek yang ada dibenaknya dia tau dia ibu dari gadis itu tapi kenapa wanita itu yang bernama Ella terus memanggilnya putriku? tapi dia hanya diam tanpa menanggapi, kata dokter itu normal karena luka dikepalanya sangat parah, perlahan dia akan pulih. Semua terjawab setelah tifa merasa cukup kuat dan bisa berjalan ke kamar mandi sendiri, didalam kamar mandi ada cermin dari cermin itu tifa melihat wajah yang ada dibenaknya, ternyata keajaiban itu ada sekarang dia mengalaminya. Dia diberi kesempatan untuk membalas dendam dan merebut semua yang seharusnya menjadi miliknya lagi melalui tubuh ini, dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua yang diberikan padanya oleh Tuhan. Dia bertekat untuk cepat sembuh dan memulai rencana awal balas dendamnya. Karena sekarang dia mendiami tubuh ini, dia akan mewujudkan juga harapan dari pemilik tubuh aslinya yaitu untuk membahagiakan maminya. Itulah pastinya yang juga akan dia lakukan, dari film itu dia mengenal dan mengetahui siapa yang baik dan siapa yang cuma bersandiwara, semua akan dimulai dari aqal lagi, dia tak akan membiarkan maminya dianiaya dirumah itu lagi.

"Marra kata dokter besok kamu sudah boleh pulang, mami bahagia banget Tuhan masih sayang sama kita, maafkan papi kamu ya, dia gak tau kalau kamu sakit, mama gak mau bikin papimu kwatir" masih saja dia membela laki-laki brengsek itu, kenapa semua laki-laki yang dikenalnya brengsek.

"Mami hentikan, aku bukan anak kecil lagi, aku mengerti kok yang sebenarnya jadi mami tak perlu berbohong padaku" kataku sambil tersenyum, kulihat mata mami berkaca-kaca.

" Maafkan mami ya, jika mami tidak selemah ini kamu akan bisa hidup lebih bahagia"

"Asal ada mami, marra bahagia kok, mulai sekarang marra yang akan membahagiakan mami" mami memelukku dengan erat, dari punggungku kudengar mami bergumam " putriku sudah besar" kami berpelukkan cukup lama, aku membiarkan mami menangis sepuasnya biar dia merasa lega. Tunggu pembalasan dariku wahai musuhku kataku dalam hati sambil tersenyum sinis. Setelah puas menangis mami melepas pelukannya dan berusaha menyembunyikan kesedihannya lagi.